Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bromocorah --- Makin Meriah di Indonesia

27 September 2011   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Makin banyak dan me-Rajalela di Indonesia ---tetapi makin jarang digunakan kata-kata kiasan ini. Budaya yang berkembang memang bisa merombak paradigma. Mula-mula dulu "keluarga" malu memakai mobil dinas, yang mempunyai tanda segi tiga di kacanya.   Mobil dinas berplat merah, memang hanya untuk urusan dinas saja --- sekarang seluruh keluarga menganggap mobil dinas adalah symbol status --- yang diartikan dapat berbuat sesukanya terhadap Aset Negara itu. Seperti milik sendiri - melekat-erat. Kemudian, termasuk Uang Kas dan Anggaran.   Pendapatan Bukan Pajak berarti bisa dibuatkan rekening tersendiri --- pengunaannya terserah anda. Anggaran yang berasal dari pajak, berdasarkan Authority dan Responsility bisa dipergunakan tidak sesuai dengan perencanaan dan program. Bahkan untuk tujuan pribadi dan golongan untuk memperkuat jabatan dan kekuasaan. Paradigma bergeser.   (Hati-hati "klausul hasil penjualan tiket Sea Games" --- Makmano nanti biso jadi perkaro, kato Wong Palembang)   Yang paling sederhana adalah anggaran Representasi Jabatan atau Mata Anggaran Sundries bisa dipergunakan untuk membiayai pemilu dan pemilukada. Atau mempergunakan wewenang untuk memakai mobil plat merah untuk mudik Idul Fitri --- bahkan Ambulance untuk tujuan darurat digunakan untuk urusan pribadi --- dari berbelanja ke Pasar sampai pulang kampung. Biasaaaaaaaaa.   Bromocorah ditembak Petrus ! Tiap pagi ada berita ditemukan mayat di pinggir jalan, di sawah dan rawa-rawa, di kolong jembatan, di mana-mana --- Orang mati tertembak. Siapa pembunuhnya ? Penembak Misterius.   Saling bunuh Antar Geng dengan Geng, kata berita.   Itu suatu cara di Jaman Orde Baru untuk memutus rantai kejahatan, dengan shock therapy. Dor ! Jaman ini terbalik -Wolak-walike Jaman. Mak tua memungut buah kapok randu diproses sampai Pengadilan, terseok-seok --- Perampok tertangkap, barang bukti ditilep.............dan malingnya beroperasi lagi. Bisa, seperti film India saja.   Para Koruptor dielu-elukan di Kampung sebagai Orang Sukses --- pengangguran yang mempunyai akal bisa membocorkan bahwa, ia seorang intel KPK, intel Badan Intelijen, intel ini-itu --- lantas mengumpulkan berita dari sumber jaringan --- kerjaannya memeras Calon Tersangka. Mereka memeras sasaran empuk seperti burung alap-alap merampok mangsa yang telah diperdaya Burung Hantu . Meriah deh. Para Bandar Narkotika hidup aman di Penjara --- mengatur bisnis "pembunuhan anak bangsa" dari dalam LP --- bahkan mengorganisir Organisasi Kehakiman menjadi Jaringan Peredaran Narkotika. Bromocorah lagi. Money Politics dalam Demokratisasi di Indonesia, dibiayai dari Penipuan proses Per-Anggaran APBN --- sejak penyelidikan dan penyidikan sudah bisa menjadi barang dagangan para Alap-alap --- di arena resmi Penegakkan Hukum adegan itu bisa "dikembangkan" oleh para Koruptor --- menjadi tabir asap, lempar isu dan rumor ke sana kemari --- lama-lama tertutup isu. Praktek Bromocorah. Koruptor dihukum ringan bisa pula menggunakan Remisi, peluang yang konon diperdagangkan pula ( Bromocorah) Koruptor dalam Tabir Asap bisa pula membuat skenario --- ala Cicak Buaya, namanya. Di film India itu digambarkan Penegak Hukum justru di Kriminalisasi-kan oleh para Bandit dan Boss-nya.   (Kemarin Rakyat Indonesia tertawa terpingkel-pingkel --- Petani penggarap produktif untuk mempertahankan hidup --- memakai istilah itu : "Jangan kriminalisasikan perjuangan kami". Oiiiii sakit nian menjadi Rakyat Indonesia 'tu !   Bromocorah lagi --- Rakyat tahunya berita ada krisis, menjadi Ide menalangi Bank agar konon jangan terjadi Risiko Sistemik di dalam Sistem per-Bank-an dan Keuangan --- jadinya Kasus Korupsi (kata DPR yang dibayar gajinya oleh Rakyat) ................entah ke mana Kasusnya, entah ke mana Bromocorah-nya.   Kasus itu dalam file bertajuk "Kasus Dana Talangan Bank Century --- konon uangnya mengalir ke Bromocorah secara tunai dengan angkutan truk di hari Sabtu --- ada pula yang melalui "pencucian uang" ...........Bromocorah.   Kegiatan tipu menipu, rombak sana rombak sini di proses per-Anggaran menuju APBN --- banyak tersingkap. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi ada, di Kemenpora ada, di Kementerian Kehutanan ada --- tetapi itu tadi masuk ke Sistem Bromocorah.   Ada beritanya, ada tersangka dan terdakwa , ada yang menjadi Nara Pidana --- tetapi secara Sistemik tidak tuntas --- cukup ada Bromocorah saja.   Ada berita mencuri semangka karena haus, ada anak-anak mengutil karena ingin bayar sekolah --- bagus semua diproses hukum --- sesuai dengan pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen :   Bab X Pasal 27 Ayat (1) Segala warganegara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya..". Lha, Aiyyin dan mBok Min sama dong proses dan pelaksanaan hukuman serta fasilitasnya. mBok Min tidak sempat mendapat Remisi.   Si Tersangka, si Terdakwa dan Orang-orang yang disebut-sebut terkait pokok perkara --- sama dong nasibnya, dari pengusutan sampai proses Pengadilannya. Kalau tidak semua Penegak Hukum-nya bisa dianggap terlibat sebagai Bromocorah.   Mengapa ?   Bromocorah --- (Paribasan) --- Nyala Api Kejahatan --- Pelaku kejahatan yang tidak mau dituduh melakukan perbuatannya, dan mencari Orang lain yang bisa dijadikan kambing hitam. (2.500 Kata Bijak dari Jawa, Hariwijaya, S.S. , Setiakawan Jakarta 2005).   Simbolisme Jawa ini baik sekali dijadikan ke-Arifan bagi seluruh Rakyat dan Penegak Hukum, bahwa Maling-maling yang sudah tertangkap, terbukti itu --- jangan-jangan bukan Kambing yang sebenarnya, mereka hanya kambing kelabu, kalau enggak kambing hitam yang disiapkan sejak --- per-Anggaran sampai Kardus Durian-nya. Oh, Indonesia-ku (Bromocorah adalah anasir Kejahatan Luar Biasa --- yang pasti akan menjadi Bencana Ring of Fire di Indonesia).   Pantas Orde Baru main Petrus saja --- BTL ! Bandit Tembak Langsung ! [MWA] (Hello Hari Ini -21}   *)Ilustrasi ex Internet

 

[caption id="attachment_133666" align="aligncenter" width="400" caption="Dari Skype ssamapi ke Flash Disk --- Hebat ! (msn)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun