Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah O Sejarah : Soedjatmoko Sang Cendekiawan (02)

2 Desember 2011   09:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:55 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_146930" align="aligncenter" width="300" caption="...............samubarang ana kang kardhi, lamun waniya ing gampang, wediya ing pakewuh, sabarang nora tumeka, yen antepen gampang ewuh dadi siji, ing purwa nora nana. (Yosodipuro) --- inskripsi di awal Tulisan Soedjatmoko."][/caption]

 

Ini kutipan dari tulisan Soedjatmoko Pembangunan Ekonomi Sebagai Masalah Kebudayaan : "........... Harapan bangsa kita akan kehidupan yang lebih luas dan lebih baik, yang begitu kuat dorongannya di dalam revolusi kita, belum terpenuhi. Harapan itu menyertai dan merupakan akibat perubahan-peubahan sosial besar yang sedang kita alami. Susunan masyarakat yang tertutup tidak dapat bertahan menghadapi masuknya kehidupan ekonomi modern. Lingkungan desa tidak lagi dapat memberi jaminan hidup yang cukup dan suasana kehidupan ini dirasakan sebagai kungkungan. Akibatnya ialah runtuhnya susunan sosial yang lama, pemboyongan ke kota-kota, keinginan para petani untuk mencoba cara-cara yang baru, atau untuk bertindak sendiri memperbaiki nasibnya antara lain dengan turut dalam gerombolan-gerombolan..............." Bahkan sekarang Rakyat miskin bukan hanya urbanisasi ke kota menjadi miskin kota --- tetapi mereka malah lebih jauh lagi, mencari kehidupan di Negeri Orang, sebagian besar menjadi buruh migran  di sektor informal. Untuk lebih memperkenalkan, ini Riwayat hidupnya : "Soedjatmoko , lahir di Sawahlunto, tahun 1922 (meninggal dunia 21 Desember 2008). Ia adalah RektorUnitedNationsUniversity di Tokyo sejak 1980. Sebelumnya ia memangku jabatan sebagai Penasehat Ahli Bidang Sosial Budaya pada   BAPPENAS  di Jakarta (1971-1980), dan Duta BesarRI untuk Amerika Serikat (1968-1971). Duduk di berbagai pos diplomatik sejak 1947. Ia memimpin majalah Het Innzicht (1946-1947), Siasat sebagai Pemimpin Redaksi 1952-1960, Anggota Redaksi Harian Pedoman 1952-1960. Tidak menammatkan Sekolah Tinggi Kedokteran 1940, karena memprotes pendudukan Jepang. Memperoleh gelar Honoris Causa dari CedarChrestUniversity (Doctor in Laws, 1969) dan YaleUniversity (Doctor of Humanities, 1970), keduanya di Amerika Serikat. Doktor Persuratan dari University of Sains Penang, Malaysia, 1982. Soedjatmono adalah anggota Club of Rome dan anggota kehormatan AmericanAcademy of Arts and Sciences. Ayahnya Dr. KRT Mangundiningrat, Ahli Bedah didikan Barat. Dia banyak menulis di berbagai media dalam dan luar negeri, dan menerbitkan beberapa buku. Dalam tulisan di atas ada pernyataannya yang harus kita sadari (jangan-jangan sampai sekarang pun prakteknya masih demikian --- feodalistis menghisap) : "............Tidak sedikit jumlah koperasi yang sebenarnya merupakan perkumpulan unsur-unsur feodal di dalam suatu desa yang dengan cara baru ini hanya melanjutkan kekuasaan tradisionalnya atas orang-orang kecil ..............." Ini coba renungkan pendapatnya dalam tulisan tersebut ; "..............Akan tetapi, orang dapat bertanya, apakah perubahan mentalitas itu bukannya akibat dari pemakaian mesin dan teknologi dalam kehidupan kita ? Bukankah kebudayaan itu merupakan bangunan-atas dari susunan hubungan produksi di dalam suatu masyarakat ? Memang jalannya revolusi  industri di Eropa Barat  membuktikan bahwa pada umumnya hal itu demikianlah adanya............" Camkan ini, "..............Perubahan mentalitas akan terjadi sesudah proses industrialisasi dimulai. Dimulai oleh Pemerintah. Artinya perubahan mentalitas harus dimulai di kalangan pemerintah dan pemimpin masyarakat kita, sebelum kita dapat mulai dengan pembangunan ekonomi ......." Kita akan mendalami pemikiran-pemikiran Soedjatmoko --- karena kita risau Kebudayaan Indonesia yang luhur, kenyataan feodalisme yang sejak lama berkelindan dengan Kekuasaan Politik --- jangan-jangan  kini feodalisme itu bertiwikrama dengan Budaya Korupsi --- menghisap sumber-sumber daya Indonesia. Jenderal Kacangan dari Kebon Kacang Jenderal Pintar ke Tanah Abang "Jenderal Bantu prajuritmu di Pantai Normandia" "Jenderal Bantu prajuritmu di Pantai Iwojima" "Jenderal Bantu prajuritmu di  Pulau Moratai Hanya Jenderal Cerdas --- seperti Eisenhower dan Douglas Mc Arthur yang membuat, Membuat Rakyat gemuyu bungah bersorak-sorai. [MWA] (Sejarah O Sejarah - bersambung ke 03) *)Ilustrasi ex Internet (Kompasiana)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun