Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Ancaman ke-Lapar-an --- Tercekik Selera dapat Kiriman Lebaran [EkoniNet – 22]

6 September 2011   14:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:11 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_129895" align="aligncenter" width="400" caption="Pak, Kami Rakyat Miskin di Jawa --- masih bisa mengguris tumpahan angkutan beras, mengumpulkan sisa panen belum tersabit, masih masih mengais Nasi Aking --- di Tanah Gersang, umbi Singkong pun tidak benas. Bagaimana kami untuk melanjutkan Hidup?"][/caption]

Membaca Kompas, 6 September 2011, berita Ancaman Kelaparan terhadap 720 transmigran di unit pemukiman transmigrasi Desa Uluwae --- tampaknyaa ini proyek transmigrasi lokal (?).

Mereka itu di-proyek-kan untuk menghasilkan apa ?   Apa potensi desa dan kawasan itu  ?   Dalam Network Planning tentunya selain kedua pertanyaan mendasar itu --- tentunya ada time-frame yang menjamin mereka memperoleh “kemajuan” --- janganlah melakukan transmigrasi atau relokasi tanpa jaminan kelangsungan kehidupan..  Mereka itu Rakyatmu.

Jangan Amanat Penderitaan Rakyat disepelekan --- tanpa pertanggungjawaban.

Jangan memindahkan tempat untuk menjalani penderitaan --- kasihanilah Rakyat.   Apa potensi mereka --- petanikah, pengalaman bertani apa ? Nelayan, atau petani garamkah,  atau profesi apa sebelumnya ?

Desa para transmigrasi itu di Uluwae, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada, Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur.  Sebenarnya proyek transmigrasi itu sudah sejak kapan ?         Digambarkan di sana menanam ubi kayu (Singkong) selama 2 tahun --- tidak menghasilkan umbi apa pun.  

He, kejam amat kamu !

Desa Trans mereka itu terpencil 45 kilometer utara Bajawa, infra struktur hancur-hancuran --- secara ekonomis pastilah mereka harus ditolong untuk berproduksi --- dan distribusi kebutuhan mereka.  Untuk mencari makanan kaum wanita di sana mencari umbi-umbian di hutan --- itu pun tidak pasti dapat; sementara yang lelaki mencari pekerjaan proyek atau bangunan.

Pihak Kabupaten akan melakukan program Padat Karya, bagus.  Dan program semacam itu harus menjadi satu paket dalam APBD seharusnya --- sampai mereka dapat berproduksi.

Pada informasi lebih lanjutnya --- rupanya mereka mengalami gagal panen : jagung  (ditanam Oktober) dan kacang hijau (Februari).  Tanah   gersang dan kekeringan telah mematikan pohon singkong dan pisang --- tanah gersang itu kini retak-retak, sukar untuk ditanami dalam musim basah beriktut ini.  Lantas ?

Badan Ketahanan Pangan NTT akan mengajari mereka memproduksi “pangan lokal” --- apa gaplek (mana singkongnya),?   Adakah  Rumbia atau Aren untuk menghasilkan Sagu ?

Teringat beberapa tahun yang lalu --- seorang sahabat, Paul Usfinit,  Pemuda Timor Timur, yang kuliah (bea siswa) di Jawa, tammat , lantas membangun usaha di Jawa, karena isterinya Orang Solo, dengan beberapa anak.  Ia mengabarkan pulang ke NTT untuk menanam ‘Jarak’  --- proyek menanam jarak untuk bahan “bio fuel” antara lain --- belakangan ia menelpon, mengabarkan  bahwa proyek itu gagal --- tidak ada kelanjutan penampungan hasil produksi jarak tersebut (?).

Bagaimana nasib proyek itu ?  Tanaman jarak memang mungkin cocok dengan alam NTT, tetapi Pemerintah harus serius menangani, membina dan menjamin feasablity proyek.  Jangan “main ngabur tanpa juntrungannya”  --- proyek semacam itu harus ada jaminan linkage (outward) , syukur inward-nya pun memadai --- sehingga penduduk yang turut proyek itu atau terkait pula dengan proyek transmigrasi.  Benar-benar mempunyai “Hari Depan yang Cerah”.

Mereka itu Rakyat-mu !  Hari Depan mereka harus secerah Nasib-mu.

…………………………………………..

Anak sepulang kerja, membawakan “berkat lebaran”, semacam ketupat ketan --- menjadi hambar, karena terkenang demikian sengsara ancaman kelaparan di Proyek Transmigrasi di daerah gersang itu.  Batang leher terasa tercekik.

Pemerintah --- Insyaflah, bekerjalah dengan jujur dan bertanggungjawab.  Jadilah Negarawan yang Visioner.  Cukup Sandang Pangan dan Jaminan pekerjaan dan penghasilan bagi Rakyat-mu.

“Princeps non dignus huic ad imitandum, pecunia reipublicae abusus confessus in custodiam datus est. Estne fur ? (Khazanah  Proverbia Latina) ---   He Pembesar, yang tidak pantas ditiru itu, mengaku telah menyalahgunakan uang negara dan dijebloskan ke dalam tahanan. Apa itu maling ?

Ya, mereka Maling ![MWA]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun