Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Humor

Politik Cartoon --- Panji Koming Mengirim Surat, ada Timun dan Sukribo [Features – 44]

5 September 2011   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13152330592020454491

Kompas, Minggu 28 Agustus 2011 --- dicomot dari tumpukan Koran. Lha ini, ini nekat !

 

Maksud semula ingin cari hiburan inspiratif --- malah ketemunya politik tinggi lagi.  Semula sudah muak dan bosan menonton kasus-kasus Korupsi digocek ke kiri dan ke kanan. Malah out.   Dari Century sampai Nunun Nurbaetie ---- Rakyat malah mlongo lagi.

 

Komik Panji Koming, ada 8 panel :

 


  1. Dialog Panji Koming dengan bocah bernama, Bujel.  Jawab Bujel : “Nulis surat untuk Sang Adipati, paman “
  2. Panel 2, isi surat
  3. (no comment)
  4. Panel 4, Sang Adipati digotong di usungan mewahnya, komentar Panji Koming : “Kamu diabaikan karena kamu terlalu kecil”
  5. Kalimat bersayap (politik tinggi) Panji Koming :”Beliau harus cepat mencapai tujuannya “
  6. “Ini Balasan Suratmu untuk Menjaga Citraku” . Itu Ucapan Sang Adipati,  kartun dengan sosok Gendon, menunjukkan sepucuk Surat dengan Sampul Mewah dan “di-lak” .  (penggambaran kartonomiks yang cerdas).
  7. Statement Panji Koming : “Sang Adipati selalu sigap dalam urusan Pencitraan”.
  8. Grendengan  Panji Koming sebagai Seorang Rakyat : “Yah, hanya Sang Hyang Widhi yang menentukan apa yang akan menimpa diri kita kelak” . walaupun bersifat diktum kutukan --- tetap berbunyi “apa yang akan menimpa diri kita kelak”.

 

Suatu Komik Politik yang jitu dan cerdas.  Tetapi Mengapa tetap Rakyat yang harus turut menanggung --- Dosa dia itu ?

 

Komik TIMUN , melukiskan Orang-orang Gendhut dengan Senyum lebar mengucapkan :

 


  1. Setelah menggarong duit Rakyat
  2. Menggunduli Hutan
  3. Mengeruk Darat dan Lautan
  4. Mempermainkan Hukum, Politik, Peraturan, Apa saja ………
  5. Ini Kesempatan kami Mohon Maaf Lahir Batin.

 

Memang Kasus-kasus di atas telah menjadi “kerjaan” Elite (Partai Politik dan Birokrasi) --- kartun digambarkan dengan hidung panjang --- Sosok Penipu, Sosok Maling, Sosok Pembohong.  Dan semua sifat-sifat Terkutuk lainnya.

 

Sungguh cerdas Karikatur komik itu --- Sang Rakyat yang di- “kartun-kan”  --- tergambar, dengan mimik melas, terkejut, kecewa, bibir memble.

 

“KAMU JANGAN MERENDAHKAN MARTABAT KELUARGA KITA YA, BERHARAP DIBALAS SEGALA  !! BAPAK KAMU BUKAN KORUPTOR “

Itulah jawaban Sukribo kepada anak-nya yang akan berkirim surat --- diatas Panel Komik kartun ada ‘Sub Judul- leading’ , tak semua malu”

 

Memang, tak semua malu, tidak semua mengerti, tidak semua mau menyadari karena --- “Hanya dengan Korupsi mereka mampu tetap berkuasa “ --- tindakan Korupsi oleh Elite Politik adalah semacam  Metode ‘Coup d’ etat’ --- sebuah jalan makar !  [MWA]

 

[caption id="attachment_129720" align="aligncenter" width="600" caption="Humor Politik, Cik Gu !!!"][/caption]

*)Foto Grafis ex Internet, Kompas.Com Images.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun