Jakarta telah memasuki musim hujan --- selain kemacetan lalu lintas, timbul ancaman stress yang lebih berat. Banjir. Sebelum meninggalkan apartemennya pagi-pagi sekali, nyonya Ratri menikmati kopi herbalnya --- kiriman sahabatnya Nyonya Raminah.
Sendi dan tulangnya terasa hangat dan nyaman --- tenggorokan dan otaknya segera membinar. Ori menghidangkan pula lumpia Semarang kegemarannya --- konon Markus memesannya via paket kilat. Ya, lumpia Semarang Pandanaran, yang paling enak di antara lumpia terenak di Semarang.
Ingat Pandanaran, Ratri menjadi ingat Makam Borguto --- di sana ayah-bundanya dimakamkan. Ia jadi terpanggil untuk menziarahi kuburan ayah-bundanya. Ada rasa rindu yang mendalam --- mengenang cinta-kasih-sayang kedua orang tuanya itu. Memang Idul Fitri kemarin ia tidak sempat menziarahi.
“Max, mama akan ke kantor Bu Tris --- ini langsung ke Tebet, pagi-pagi ini. Tolong pesankan ticket ke Semarang untuk jam 14 --- balik Minggu,kalau Max ingin ikut pesan sekali……….”
“Okay mam --- urusan apa mam ?’
“Mama ingin nyekar ke makam ayah-ibu --- sebaiknya Max ikutlah.konfirmketemu papa hari Rabu ya”
“Okay mam, saya ikut”
Ratri melarikan city-carnya dengan lincah --- Jakarta masih pagi.Ia telah di kedai kopi Amerika itu. Lantas menelpon Tris.--- Tris hanya berjalan kaki dari rumahnya dekat T-Square itu.
Mereka berpelukan. Biasa ciuman cipika-cipiki. Segera Tris mencium aroma “Youth Dew”.
“Ih, Ratri you setia banget dengan parfum kuno itu --- enggak susah mencarinya ?Apa namanya ?”
“Youth Dew --- kemarin Max membawakan lagi tiga botol dari Changi.Dia juga senang aroma oriental ala timur Tengah ituMereka tertawa-tawa. Khas kelakuan Wanita Kaya yang semarak. Dan mengambil tempat duduk saling berhadapan.
“You sudah mantap akan menikah ? “
“Apa lagi --- aku tidak tahan menjanda lama-lama seperti kamu”Mereka tertawa terkekeh-kekeh, seperti ada dorongan kenangan yang menggelitik urat geli mereka.
“You bawa apa dari Autrali --- anaknya Myrna apa --- perempuan ya”Tris hanya mengangguk dan memainkan alisnya.Body-language khas wanita genit-lah.
“Lolita Lempick !Aku ingin coba saja --- kalau enggak kena, ya kasih saja sama si Nia”
Mereka melanjutkan membicarakan business yang akan dimasuki Nyonya Ratri --- utang-piutang di antara mereka telah selesai.
“Saham BUMI masih aku tahan, malah aku mencoba memperbesar perbankan Rat --- ‘kan paling-paling bisnis perbank yang dibelain Pemerintah, biar penyerapan sektor riil ngambang tidak karu-karuan.Infra struktur juga enggak ada itu implementasinya”.
“Gini saja, kita jumpa di Cilacaplah, nanti sore aku ke Purwokerto mau nyekar kuburan bapa-ibu di Karang kobar ?”
“Aku juga akan Semarang nyekar ayah-ibu.Minggu pulang, tanggal 8 bicara dengan pak Wongso di Jakarta --- tanggal 9 tentatif mau sowan calon mertua --- tanggal 10-lah ke Yogya dengan pesawat. Ya……….enaknya kita ketemu di Cilacap tanggal 11 hari Jum’at ………di Yogya mungkin sampai Minggu pagi……….sudah, kita senang-senang di Yogya !”
“Jadi aku bisa 10 hari meninggalkan Jakarta ?You enak ada si Markus”bisik Nyonya Tris. Lantas keduanya saling menggoda.
Proyek kerjasama dengan Pak Wongso --- apakah dengan memasukkan modal kerja, dan langsung “in” di dalam management se-hari-hari pabrik, lantas mempelajari luasnya pasar.Apakah bisa ekspansi ?Kalau mau over langsung, harus dibuat masa tenggang 1 tahun untuk membeli seluruh perusahaan.
Cukup serius pembicaraan mereka bertiga --- Nyonya Ratri, Markus dan Pak Wongso. Tampaknya Pak Wongso ingin segera jual-beli tuntas perusahaannya itu. Tentu Nyonya Ratri mengulur waktu, ia ingin thu pasti kapasitas, organisasi dan managementpabrik yang sedang berjalan itu --- bagaimana supply bahan dasar --- yang terpenting alasan, mengapa pabrik itu dijual.Bagaimana status hukum dan sangkut paut utang piutangnya dengan pihak ke-tiga.
Detail menuju keputusan akan dibicarakan setelah meninjau pabrik tanggal 11 Nopemberdi Cilacap.
“Pak Wongso, setelah pembicaraan di Cilacap, bisa kita lanjutkan pembahasan di Yogya --- mitra saya Orang Purwokerto juga akan turut pembicaraan yang lebih serius !”
Beberapa kawasan di Jakarta telah mengalami kebanjiran --- Pintu Air Katulampa di Bogor yang menjadi barometer ancaman banjir --- konon kinilebih cepat mengakumulasi air hujan.Puncak dan daerah resapan air makin hancur. Jakarta dan Tangerang makin mudah terancam dalam bilangan jam.Ciliwung dan Cisadane yang berhulu di sana akan menjadi ancaman bagi Megapolitan Jakarta.
‘Habis para Birokrat Indonesia mampunya hanya mengotk-atik Program dan Anggaran --- tidak mampu melakukan Implementasi.Myopic kata Daoed Joesoef’
Jakarta macet, dan bertambah macet, makin tergenang.Memang Gubernurnya mengklasifikasi itu bukan banjir, tetapi genangan air --- Uh, buikan efeknya yang disimpulkan untuk diatasi --- malah perdebatan banjir atau genangan.Payah deh --- buyan galo, kata Wong Palembang yang menyaksikan persiapan Stadion Jakabaring.Wong Buyan galo !
Pak Stephanus tertawa tekekeh-kekeh menyaksikan Nyonya Ratri memperolok-olok cara Orang Indonesia me-manage proyek --- mereka lanjutkan pembicaraan dari Beranda ke Taman Bonsai dan Suseiki, koleksi Papa Stef.
“Ini yang istimewa --- hadiah Ulang tahun papa, dari Gus Sodri.Bonsai sejenis Beringin ini hasil perburuan mereka di pantai Selatan --- di gunung karang timur Jampang Kulon.Itu batu jingga tempat kedudukannya itu asli tempat ia mencengkram. Melihat ujud batang kulit dan patahannya ---ia telah berumur ratusan tahun. Dia hidup tangguh, bukan hidup segan mati tak mau !”Bersemangat pak Stephanus Lim menjelaskan koleksi istimewanya itu, bonsai di atas Suseiki Pantai Selatan.
Ia menjelaskan lagi, “ Sodri adalahaktivis KAMI yang mengurus Logistik Yon Haryono --- papa dulu pendukung perjuangan Kesatuan Aksi KAMIdan KAPPI --- setelah KAMI dibubarkan Soebandrio --- Rayon-rayon KAMI yang melakukan penekanan.Pressure Group Orde Baru. Ya…………. Selain Sodri, papa jadi ingat satu nama lagi Paulus Songga , anak Semarang perantuan dari Flores, apa ya ?”pak Stephanus Lim mencoba mengingat-ngingat beberapa nama yang sangkut menyangkut dengan Logistik yang disalurkannya pada perjuangan Orde Baru.
Mereka kembali ke Beranda, “ Papa pikir, rencana kalian untuk meneliti dan memproduksi Gatukola sebagai main product --- itu line-product yang cerdas.Produksisi ex Amerika bisa disaingi dengan mutu dan harga yang lebih bersaing --- ya manusia modern saat ini lebih menghandalkan herbal untuk memelihara memori dan otaknya”
“Papa pun terkadang kangen dengan Antaman --- dilalap atau diurap sama saja, papa suruh cari di Pasar Mayestik --- tempat lain papa tidak tahu. Di Jakartaini”
“Papa pikir mungkin Gatukola,……….. antaman itu mungkin lebih super dari Ginko Biloba --- kalau tidak mengapa Amerika juga memproduksi besar-besaran Gatukola.Gatukola memang menjadi pesaing Ginko Biloba.Mereka kebunkan di Amerika Latin dan Afrika.Iklim Indonesia mungkin lebih cocok bagi Gatukola…….. coba saja. Itu tanaman asli di bedengan sawah Nusantara ”
“Jadi pa, mohon doa restunya saja --- sementara tentatif pernikahan tanggal 7 Januari 2012 pa. Perusahaan pabrik Jamu dan Supplemenitu sebagai kenangan perkawinan kami “Pak Stephanus Lim hanya terangguk-angguk dan tersenyum memandang calon mantunya yang cerdas itu.
“Markus engkau beruntung menjadi kekasih Wanita Ungggul ini…………….”Ratri mengerling Markus dan pak Stephanus Lim.Tersenyum.
[MWA] (Nyonya Ratri, Novel 02/21 --- bersambung)
[caption id="attachment_141517" align="aligncenter" width="450" caption="Jamu Herbal Indonesia akan merangsek ke Pasaran Asia, Afrika, Eropa dan Benua Amerika. Ayo Bekerja yang Efisien !"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H