Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Nyai Moravia --- kisah Tunting Wulandari dengan filsafat Damar Kurung-nya (03/01)

23 Oktober 2011   14:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:36 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

[caption id="attachment_138947" align="aligncenter" width="368" caption="Kegagahan Serdadu Kolonial --- Kekejaman Kapitalis dan Kolonialis --- Ke-arifan Jawa di Tanah Deli kaum kontrakan --- Adilkah kini Orang Indonesia menjadi Serakah terhadap Bangsanya ? (Ilustrasi ex Wikipedia)"][/caption]

(1) Rudolfo Moravia :

Setelah selesai mengikuti Perang 7 Minggu di Bavaria tahun 1866, dan kemudian turut pula dalam Perang Franco-Prussia 1870-71;Luitenan Rudolfo Moravia keluar dari dinas militer Prusia --- ia memutuskan untuk berpetualang ke Timur, meneruskan hasrat mbah Buyutnya yang menjadi Pelaut di Kapal Perang Portugis --- mBah Buyut Rudolfo akhirnya melakukan disersi ketika Portugis telah mendapat hak membangun benteng di Sunda Kelapa. Ia bergabung dengan para pedagang Banten , bahkan kemudian ia berdiam di Tuban --- setelah mengawini wanita pribumi di sana. Ia menurunkan anak-cucu-cicit dan canggah di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa.

 

Pengalaman, Kemampuan, dan Kehebatannya membawa nasib Rudolfo Moravia ke Daerah Medan-Deli Kota Dollar. Dalam episode hiruk pikuk penindasan, penghisapan, penguluran, penyerobotan, perbudakan;dan mencoba menegakkan Keadilan dan Kebenaran.Mengapa ia harus menghadapi masalah pelik di bidang sosial --- pada hal ia bisa berperan pula sama kejamnya sebagai Kapitalis Penghisap yang tidak mengenal prikemanusiaan dan prikeadilan.

 

(2) Tunting Wulandari :

Seorang Gadis 16 tahun, dengan paras cantik bestari, kulit mulus dengan hidung mancung bak dasun tunggal --- ia mewarisi satu ajaran etika dan moral yang meliputi Seni Bercinta dan Olah Pikir Penatapraja --- mBah Buyut-canggahnya adalah salah satu abdi Kanjeng Ratu Kalinyamat, ketika Sang Ratu melakukanTapa Bertelanjang Bugil di Bukit Danaraja --- karena dendam atas kematian suaminya.

 

Konspirasi Ratu Kalinyamat dengan sejumlah Ningrat dan Bangsawan untuk membunuh Aria Penangsang, telah melibatkan strategi pengalihan kekuasaan di Kerajaan Demak Bintoro --- dan kisah percintaan dengan salah satu abdi Sang Ratu.Abdi yang cerdas itu juga mempunyai taktik yang jitu untuk mendapatkan calon suami, atau bahkan lelaki berkuasa, yang menjadikannya gundik sekali pun.

 

Sudah 12 generasi turun temurun mewariskan ilmu yang ambisius berupa pantun dan sloka, yang dinyanyikan berdasarkan putaran Damar Kurung.Ajaran itu telah di-update oleh beberapa generasi mbah Wulandari --- sebagai ilmu nyata telah terpakai di lingkungan Kerajaan Jawa dan Sunda di seluruh Tanah Jawa.Tetapi yang pasti ilmu itu belum pernah bisa mencapai menjadi ratu di Kerajaan Kecil sekali pun.

 

Di Nusatara Abad XIX telah terjadi demikian banyak gerakan sosial dilatarbelakangi agama, bahkan telah merambat pula ke masalah ekonomi --- masalah keadilan, penghisapan, perbudakan dan berbagai cukai serta pajak.Masalah pertanahan dan makin sempitnya hak-hak pertanahan bagi rakyat petani di seluruh Nusantara.Masalah Perdagangan dan Pertanian menguras dendam anak negeri. Menjadi masalah politik yang menggentarkan kaum Kapitalis dan Kolonialis, serta para Kolaborator di Nusantara.Gaungnya sampai menggoncangkan di Benua Eropah.

 

Selain gerakan moral dan etis yang dilakukan Rakyat tertindas --- Perkebunan Jerman, Bavaria dan Swiss datang dengan management praktis ber- konsep etis-sosial --- wanita Tunting Wulandari yang cerdas, walau hanya menggunakan catatan huruf Arab-Jawa, telah berhasil membangun gerakan etis di Perkebunan-perkebunan di Sumatera Timur.

 

Semua catatan para wanita terdahulu yang mewariskan “ilmu nyata”--- dari masalah sensualitas dan seksualitas lelaki dengan perempuan ; yang dulunya juga menyangkut kehidupan bagaimana berkonspirasi politik dan politicking di lingkungan Kerajaan, sampai Kecamatan, dari Permaisuri sampai Garwa Ampil dan para Gundik --- kini Sang Cucu-canggah mengembangkan filosofinya ke masalah perjuangan sosial nyata --- membela buruh dan tani di daerah Onderneming di Sumatera Timur.

 

Betapa hebat pelayanan di ranjang bagi para perempuan yang ambisius --- begitu pula garangnya menghadapi kaum Kapitalis dan Feodalis yang penuh Suap dan Korupsi.

 

(3) Filsafat Damar Kurung yang terdiri dari 32 bidang warna warni dan gambar ditingkah dengan Pantun dan Sloka yang terdiri 4, 6, 9 sampai 12 baris tiap bait, menyimpan misterikehidupan manusia --- yang mencari kepuasan dan Kekuasaan. Filsafat Manusia yang bermotifkan Mystikisme ……………….Dunia berputar kehidupan pun berputar

 

[MWA] (Damar Kurung Nyai Moravia, bersambung 03/02)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun