Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ibunda, Isteri, Uti (Eyang Puteri); Kepergian [ Features – 37]

14 Juli 2011   23:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1.Ibunda

Tiada satu manusia lain yang bisa menggantikan kedudukan Ibunda --- Ia-lah yang melahirkan, mengenalkan kedekatan Jiwa dan Kehidupan melalui degupan jantungnya, dan belaian kasih-sayangnya.

Ibu yang mengajarkan lingkungan dan perjuangan hidup --- ia membacakan syair dengan tangisan emosional, mendramatisir arti penguasaan kekuatan bathin --- untuk sadar mampu melihat ke dalam dan ke luar diri.

Ibu yang mengajarkan bagaimana menyintai lelaki, membahagiakan seluruh keluarga. Anak-anak mendapat tauladan bahwa lelaki harus bertanggungjawab dan menyintai seluruh keluarga dan hari depan mereka.

Ibu menjahitkan pakaian Hari Raya yang menjiwai arti kegembiraan dan arti kesuksesan hidup --- dalam usianya yang renta ia masih memberikan pengajaran yang indah : “sudahkah kau sholat ?”.Suaranya, tatapan matanya, tepukan dan ajuk-annya sangat mendalam membahagiakan cucu-cucunya.

Ibunda, dalam usiamu yang ke-86 kami haribakan jasad-mu di bumi Allah.

2. Isteri

Konco wingking, sahabat kehidupan, segaran nyowo --- bayangan silhout sikap-nya dalam Takbiratul Ikhram, Ruku’ dan Sujud, adalah bayang-bayang sikap Iman dan Takwa ibunda. Mendebarkan dan mengilhami ajaran Bunda --- seperti kata-kata Bunda menjawab pertanyaan Dokter.

“Ibu, tidak bisa membedakan mana yang anak mana yang menantu”Begitulah bijaksananya ibu terhadap menantunya.

3. Uti (Eyang Puteri)

Tak terbayangkan rasa kehilangan seorang Cucuanda --- perginya Sang Nenekanda untuk tidak kembali lagi.Kisah sedih duka dari “Chicken-Soup dan Gurindam Orang Melayu atau pun Minang”. Duka nestapa cucu yang kehilangan Sang Nenek ……………..

Pagi ini Atuk dan Uti akan pergi --- Cucu sudah berhari-hari selalu menangis emosional karena kedua kecintaan-mereka akan bertolak.“Dengan siapa kami bermain dan belajar ?"

[caption id="attachment_119701" align="aligncenter" width="640" caption="Piramida, Epitaph, dan Prasasti adalah Hiasan Spiritual Manusia meng-Abadi-kan Cinta, Percintaan, dan Kecintaan arti Kehidupan."][/caption]

Mungkin dalam pikiran anak-anak-kami, inilah cara bagaimana memperkenalkan mereka dengan “rasa kehilangan Atuk dan Uti”, tetapi masih bisa kembali --- Insya Allah !”

4. Kepergian

Pergi untuk kembali lagi, adalah adat kebiasaan dalam keluarga --- mencari nafkah atau urusan duniawi lainnya.Tetapi tibalah masa itu --- kapan pun, bagi yang bernyawa untuk menemui ajalnya.Pergi untuk tidak kembali lagi………..Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.

[MWA]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun