Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Kinerja Kabinet Presiden RI Susilo Hanya 50%; Lha ? [Polhankam – 16]

9 Juli 2011   00:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak kaget, memang kinerja para Menteri sangat menurun --- menurut ukuran PresidenRI : hanya mencapai 50 persen saja.Yang kasat mata saja terlihat oleh Rakyat; kinerja Menlu, Menhukam, Menakertrans --- ‘kan jelas sekali belepotan dalam “meng-acton” dan mem-follow-up bidang kerja masing-masing. Begitu pula organ penegakkan hukum Kepolisian Negara dan Kejaksaan Agung.Lamban.

Lantas apa tindakan yang sebaiknya dilakukan PresidenRI ?Reshuffle itu kabinet --- menteri-menteri yang telah nampak tidak menguasai tugasnya, sejak program 100 hari hingga kini --- raportnya merah.Ganti saja.

Bagi Presiden RI (yang merangkap Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat), ada tindakan politik yang juga harus ia ambil, yakni merombak Sekretariat Gabungan --- itu lho organ pengendalian Koalisi yang mendukung Kebijakan Pemerintah.Itu tidak efektif, tidak efisien --- menjadi lembaga transaksional belaka.Partai Golkar dan PKS harus dikeluarkan saja.

Dengan PartaiGolkar dan PKS dikeluarkan --- Rakyat menjadi mengerti sampai di mana Susilo Bambang Yudhoyono dengan Partai Demokrat efektif menjalankan “kepercayaan” para pemilih. Harus itu.

Dengan per-Lembaga-an Demokratisasi seperti praktek saat ini, telah terjadi “kemunduran “ yang luar biasa :

  1. Ideologi, Falsafah Nasional Pancasiladan Undang-undang Dasar 1945 merosot peranannya --- aplikasinya tidak konsisten.
  2. Politik --- praktek politik transaksional bukanlah “ Kerakyatan yang dipimpin hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan” --- tetapi set-back --- Budaya Retrogresif yang memasung peranan pemisahan Kekuasaan secara Trias Politica.Rakyat Rugi.
  3. Ekonomi tampak jelas karena tarikan pertumbuhan dari Negara-negara Asia Timur --- pemrintah harus pada kesempatan pertama “inward-looking”, melihat,  meng-koreksi dan membangun linkage perindustrian dalam negeri, mendorong Penanaman modal Dalam Negeri --- dari hasil pertumbuhan.Agar masalah Ketahanan Ekonomi sinkron dengan pengurangan pengangguran, dan pengentasan kemiskinan.
  4. Sosial, makin nyata yang miskin bertambah miskin, yang kaya makin merajalela --- pembentukan kekuasaan politik dan kekuatan ekonomi ini pasti bertentangan dengan azas --- “ Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.Nanti terlambat Cak !
  5. Budaya, Kinerja yang dihasilkan Orang Indonesiabersifat “Retrogresif” --- dinyatakan dalam Visi dan Program, tetapi Output yang retrogresif. Mundur.Tambah lemah, tambah miskin, sia-sia, buang waktu --- bersifat “trial & error”, eskalasi konflik dan perpecahan, kebangkrutan, makin koruptif, makin khianat, makin menggerus Nilai Kebangsaan ------- dan semuanya menjadi retrogresif.Tidak menghasilkan kinerja yang progresif mendorong Inovasi.Mandeg, mundur dan mundur terus --- hanya menggapai-gapai.
  6. Pertahanan, NKRI lemah --- secara nasional maupun internasional, makin lemah.Lihatlah merosotnya Martabat dan Wibawa Indonesia. Negara makin tidak berperan.
  7. Keamanan masih terkendali --- tetapi apa bila ke-6 aspek di atas makin mundur dan lemah, niscaya aspek terpenting ini akan menjadi suatu ancaman nyata bagi Negara.

Kalau Pemerintahan di Daerah-daerah sudah menggejala --- kebangkrutan.Apa yang salah ?

Kalau Falsafah dan Konstitusi NKRI benar ---maka, kesalahan pada implementasi VISI dan Misi Kebangsaan --- Strategi dan Pelaksanaan Program pemerintahan yang keliru.Bangsa ini melakukan kekeliruan yang menjurus fatal.Fatal !

Bung, tingkatkan Kinerjamu menuju Sasaran Konstitusi --- itu Tugas ke-Negarawanan-mu.Mau ?

Koreksilah dengan Sikap Budaya --- yakni Strategi Budaya yang Progresif.Berani --- harus berani !

“Berani --- karena benar “, kata Pepatah. Janganlah Sumber Daya yang Kaya, Falsafah Nasional yang prima; tidak pandai mengelolanya, maka terjadi laksana Pepatah Jawa berikut ini :

“Wastra Lungsed Ing Sampiran --- Mempunyai pengetahuan, mempunyai Cita-cita (Bangsa-Negara) tetapi tersia-sia --- tidak terpakai.

Kaum Penguasa Indonesia --- para Elite, ingatlah : “Bona Opinio hominum tutior pecunia est, Nasihat yang baik dari Orang Lain itu lebih Aman dari pada Uang (Publius Syrus).

Uang akan menyeretmu --- menjatuhkanmu dari Singgasana ! Jaman telah membuktikannya. [MWA]

[caption id="attachment_118812" align="alignleft" width="300" caption="Perekonomian itu Berhasil --- Kalau seluruh Rakyat memperoleh Pendapatan Yang Adil --- Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia."][/caption] *)Foto ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun