Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hot Money Masuk ke Indonesia; Apakah Perekonomian Indonesia Aman? [EkonomiNet – 10]

4 Mei 2011   12:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:05 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_105192" align="alignleft" width="300" caption="Indonesia harus memperkuat Sektor Riil dan Infra Struktur-nya. Bubble-economy adalah pepesan Kosong."][/caption]

Uang yang dulunya bekerja di Pasar Amerika Serikat dan Eropa --- belakangan ini menyerbu Asia Timur, Cina dan Korea Selatan, terutama.

Emerging Countries lain,pun seperti negeri-negeri ASEAN, dan juga India--- dialiri Hot money itu.Mereka tidak memasuki lingkungan Foreign Direct Investment, atau investasi diSektor Riil. Mereka bermain di BursaIndonesia --- mengejar Fixed Income danCapital-gain (?).Mereka ber-Spekulasi-ria, goreng menggoreng

Memang Hot-money melarikan diri dari Negeri industri yang kini masih mengalami kelesuan --- di mana tingkat bunga pun rendah, produktivitas pun belum memadai. Masih lesu dan banyak Negara Eropa terbelit krisis utang luar negeri.

Ke Indonesia mereka tentu gemar sekali --- karena tingkat bunga tinggi.Juga mereka masuk ke Portofolio saham-saham komoditi yang pasarnya masih kuat ke Negeri-negeri Asia Timur dan India.Atau saham-saham Sektor Perbankan yang masih menggelinding.

Apakah uang hasil korupsi di Indonesia bisa dicuci lewat aliran Hot-money ? Tentu sangat bisa, mereka bisa menggunakan Pasar Modal dan Pasar Uang --- dan pasar gelap korporasi.Licin dan mulus berbusa-busa. Sayangnya kasus bobol-membobol bank sepertinya tidak dijadikan model pengembangan penyelidikan pencucian uang .

Apa yang diharapkan mereka dari Pasar Modal Indonesia ?Fundamental ekonomi Indonesia tidak kokoh amat --- Sektor riil tidakefisien, dibebani dengan :

1.tingkat bunga yang tinggi

2.biaya tinggi – high-cost economy sepanjang jalur logistik dan infra struktur

3.biaya lain-lain yang juga membebani produksi bukan main alang kepalang.

4.  daya saing rendah

Tetapi ada yang menarik, bahwa rupiah menguat --- inflasi yang terukur (sementara ini, at all cost), dan pasar modal pun psikologis sangat terpengaruh dengan trend regional dan ajang permainan investor asing. Mereka suka psikologi pasar modal di Indonesia.

Amerika Serikat memperlemah Nilai USD terhadap berbagai mata uang asing lainnya --- mereka ingin menggerakkan ekonominya yang belum berhasil pulih --- pengangguran masih tinggi.

Rupiah Indonesia sepertinya perkasa --- akan memperlemah Sektor Ekspor dan mengancam NeracaPerdagangan.Apakah Cadangan Devisa Indonesia benar-benar terjamin ?Apakah Indonesia tidak sadar akan memasuki BubbleEconomy ? Apalagi ada ancaman Inflasi yang menyertai “peningkatan Impor” .

Terhadap Yuan Cina, AS berusaha melobby dengan berbagai cara --- Cina tidak bergeming, (Yuan tetap stabil, karena Cadangan Devisa Cina luar biasa besar untuk mensupport perekonomiannya), produknya tetap meraja-lela ke seluruh pelosok dunia.

Ke Indonesia Cina telah menunjukkan keperkasaan produknya.Murah bersaing --- Industri sejenis atau substitusi di Indonesia terancam rontok satu per satu.

Belum jelas betul apakah hasil pembicaraan PresidenRI dengan Perdana Menteri Cina --- yang baru berkunjung ke Indonesia.

KononRI memperoleh jaminan Investasi Cina di Sektor Infra Struktur --- okay saja, karena barang konstruksi Cina ingin menguasai pasar di Indonesia.Kalau perencanaannya tepat waktu mungkin hal ini bisa sangat menolong Indonesia.

Tetapi perkirakan dengan teliti, produk nasional di masa datang --- apakah tetap terjangkau pertumbuhan ekonomi Indonesia, untuk membayar kewajiban kepada luar negeri ?Jangan mengalami krisis utang luar negeri seperti yang dialami Negara-negara Eropa saat ini.

Bangkrut.

Kalau hanya mengandalkan instrumen hot- money untuk mencapai kekuatan Rupiah --- industri dan pasar dalam negeri tidak tertolong, yah, sangat berbahaya bagi Daya Beli, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan, serta hari depan perkenomian nasional Indonesia.

Pasar Modal tidak memberikan sumbangan yang nyata bagi Tingkat Kesejahteraan Rakyat --- IHSG meningkat, capital gain, dan fixed income yang dicapai di pasar itu --- hanya menguntungkan segelintir investor saja. Dan dukungan hot money terhadap manajemen pengendalian kurs rupiah dan tingkat inflasi, berbiaya sangat tinggi dan sangat riskan.

Sehingga kesimpulannya, pasar tergantungsikap hit & run yang bisa selalu disponsori oleh investor asing. Kalau bubble-economy itu meletus, Indonesia hanya bisa mlongo, dengan mengandalkan SWAP ( dari kalangan ASEAN dan beberapa Negara Asia Timur yang makmur) --- serta meneken utang luar negeri lagi. Hot-money tetap aman meninggalkan gelanggang !

Setelah IMF --- sekarang Negara Cina yang akan beruntung, kalau Indonesia menghadapi Krisis Moneter atau Utang Luar Negeri.Karena Cadangan Devisa Indonesia sebenarnya , tidak cukup kuat untuk menjamin roda perekonomian berputar normal.

Cherio !

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun