Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kesadaran; 2 Puisi dalam Sebuah Buku [Trilogi 1/3 Filsafat-08]

22 Maret 2011   02:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:34 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusiamenggunakan rata-rata kemampuan otaknya hanya kurang dari 5 persen --- bahkan menggunakan Kesadarannya pun rata-rata hanya satu persen saja.Dengan cara itu Manusia telah bisa hidup mengelola alam dan budayanya, untuk tetap survive dan berkembang. Walau pun kenyataan-nya ia tetap tersandung dengan duka cita dan belitan masalah yang tidak berkesudahan.

Amankah manusia ?Banyak nilai yang ditetapkan Budaya Manusia terhadap segala gejala di luar dirinya.Tetapi pada hakekatnya bertumpu pada tiga hal :

  1. mengelola masalah survival --- sampaiKalis Sambi Kolo.Dari hidup bersama sampai memulihkan hidup setelah bencana
  2. mengelola berkembangnya budaya --- sepertinya proyeksi hidup manusia itu tidak terpuaskan; ingin berkembang dalam budayanya
  3. mengola perubahan --- Panta Rei !Segalanya berubah terus --- banyak gejala perubahan alamiah dan budaya yang harus dikelola-nya.

Lha itu tadi, kemampuan Otak dan Kesadaran Manusia demikian kecil yang baru digunakan.Apakah itu yang menimbulkan Rising Demand dalam hidup budaya manusia ?

Budaya Kekuasaan manusia bisa menimbulkanpenggunaan “Bom Buku” untuk mempengaruhi ketentraman hidup masyarakat manusia --- atau bahkan memplesetkan Resolusi PBB untuk menteror Kedaulatan Libya dengan Rudal Tomahawk.Kedua perbuatan manusia itu adalah hakekatnya ancaman pembunuhan.Kematian.

Kesadaran manusia terhadap ancaman kematian.Dead line berakhirnya kehidupan.

Tiada Manusia yang tidak gentar terhadap kasus kematian --- apakah disebabkan Alam atau pun oleh sebab Kebudayaan Manusia.

Tidak penting hari ini anda berapa persen menambahkan kemampuan Otak --- tetapi cobalah proyeksikan tambahan Kesadaran anda ke dalam diri.Mengapa ?

Nikmati dengan indra pengecapan terhadap tiap gigitan, limpahan air liur sampai berbagai cita-rasa, sampai ia lenyap dalam telanan agar selanjutnya dicerna lambung dengan berbagai organ dalam --- bukan hanya usus.Kesadaran itu akan menambah kesadaran yang lebih luas tentang arti kehidupan --- makin dalam makin anda hargai Kehidupan ini. Bisa pula menghayati panca indrawi lainnya. Terserah

Puisi I.

Ada sesuatu yang penuh rahasia, tanpa awal tanpa akhir,

Kehadirannya mendahului adanya langit dan bumi

Tidak bergerak, luas tak terbatas

Tetap diam dalam kesendiriannya, tak pernah berubah

Hadir di mana pun juga, tidak menyusut tidak meluntur

Dia Ibu dari segalanya yang ada

Dicari tak ditemukan, didengar tak terdengar, diraba tak teraba

Dia bentuk tanpa wujud

Hadir dalam ketidakhadiran

Dia misteri dari puncak segala misteri.

(Tao Tse Ching )

Manusia bisa menemukan ketakutan, bayangan kengerian dan kemunculan Bencana --- apatah itu berasal dari Alam mau pun Budaya-nya sendiri.

Ujung-ujungnya adalah Kematian. Mati.

Proses ketakutan itu bisa dimanupulir dengan Sanksi Hukum atau pun bencana tangan terputus oleh karena “missing link” prosedur yang diciptakan --- di-intercept oleh Skenario untuk menciptakan Ketakutan terhadap Kematian.

Otak bisa mengatakan dan menyimpulkan demikian.Benarkah itu ?

Puisi II

Kuderitaini bak teratai merindukan air yang tiada,

malam kelam tak berbulan. Demikian, apabila

hamba kehilangan diri Mu, Bak ikan menggelepar

matitanpa air, dannyawaku putus tanpa

Dikau.. Wahai, apa yang bisa kuperbuat ?

O, Tuhan, tanpa perjumpaan dengan-Mu betapa

hati ini bisa tentram. Di sini aku berdiri mengetuk

pintu-Mu.

Hamba mohon ya Tuhan, bukakanlah.

(Miira, penyair mistik India)

Dua Puisi di atas untuk mempertautkan kegiatan anda di waktu istirahat siang, termangu-mangu di angkutan umum, atau merenung di dalam gencetan lalulintas yang macet --- atau di rumah menjelang tidur malam nanti.

Atau kalau Anda seorang Muslim --- dalam Sholatmu, pergunakan rukun-shalat, yakni Tuma’ninah --- seperti Rasullah berpesan dalam Sabdanya --- rasakan dalam hayati setiap gerak dari setiap ruas tubuhmu. Dengan Kesadaran.

Itu memberdayakan Kesadaran dalam kekhusukan berhubungan dengan-Nya.

Perbanyak , tingkatkanlah penggunaan Kesadaran anda ke arah Dalam --- di sana akan anda temukan sisi lain dari pada Persoalan hidup atau mati-mu.

Hanya di Alam Fana ini anda akan mengalami Kematian ( disambung Trilogi 2/3; Mati di Jepang, mati di Libya; Filsafat -09)

*) Diilhami setelah membaca buku Meditasi : Melampui Batas Kesadaran Supra ,Avadhutaika Anandamitra Acarya, PersatuanAnandaMarga Indonesia, cetakan kedua, Juni 1991.

**)Foto ex Internet

Proyeksi-kan Kesadaran Anda ke arah Dalam; niscaya Dikau ketemukan hal-hal yang baru dalam Kehidupan-mu. Merenung dan Ber-kontemplasi-lah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun