Dari halte Taman Anggrek yang anggun
Dia lelaki perlente, baju lurik garis halus --- ada sampiran jaket, ada kupiahnya
Bertongkat ramah seperti memilih tempat duduk
Dor Dor Dor
Beri uluran tangan-mu --- akan kutepiskan
Aku benci orang Jakarta --- jangan ulurkan tangan-mu ingin silaturrahmi
Aku benci !
(darah Orang Jakarta langsung ciut, takut --- semua memandang arah yang sama)
Dor Dor Dor --- (kembali menembakkan tongkatnya ke lantai bis)
Ayo aku manusia pendendam --- dari kumpulan orang yang terbuang
(ingat Chairil Anwar)
Kami bukan orang yang bersedu sedan --- kami adalah para pendendam
Anak cucu Marsose dan para Romusha
Aku segera akan menghunus belati --- kutujukan buat Orang-orang merdeka
Orang Jakarta yang rakus serakah, tamak, loba dan menghisap darah bangsa
Beri aku belati --- akan kuhisap darah para koruptor dan mafia pajak
Jangan ulurkan tanganmu --- aku enggan bersilaturrahmi
Jangan ulurkan salam-mu --- kami dari kumpulan orang yang kejam
Keturunan para penghianatbangsa ini
Mari kita berebut lahan --- bukan kamu saja yang membutuhkan pangan.
Dor Dor dor--- Dor Dor Dor ………….Dor.
(Sebelum Grogol, orang-orang Jakarta di muka pintu bis --- lompat !
Arwah Marsose, arwah Romusha, arwah para Bajak Laut --- telah melakukan stelling
Di jalan, di jembatan penyeberangan, di lampu lalu lintas, di pojok-pojok, di depan pintu-mu, di pintu-pintu bank
Belati mereka tersembunyi di bawah ketiak ).
Merdeka!
(aku pun melompat mencari lorong yang aman dalam kebodohan negeri ini )
(mwa-2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H