Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesadaran Nasional (20) Soekarno-Hatta Cerdas: Pemuda Indonesia yang Berani dan Tangkas (Menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945)

15 Agustus 2010   07:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:01 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendengar atau membaca Teks Proklamasi, kita selalu terkagum-kagum --- hormat atas perumusan teks tersebut --- benar-benar hasil pemikiran anak bangsa (bacaPemimpin yang cerdas dibantu pemuda yang berani dan tangkas).

 

Ini ada catatan Bung Hatta………………Catatan Hatta. *) “…………….Kemudian telepon , dari Myoshi penghubung saya di Gunseikanbu, bahwa Somubuco ingin bertemu dengan saya. Saya terangkan melalui Myoshi tersebut bahwa kami akan datang sekitar jam 10.00 malam. Selesai mandi saya telepon Bung Karno agar menjemput saya untuk ke rumah Maeda dan Gunseikanbu jam 10.00 malam itu. Kami ke rumah Maeda dulu dan bersama Maeda kami ke rumah Somubuco. Maeda gembira sekali kami telah kembali dan bersalam-salaman. Dalam pertemuan itu Somubuco tidak membolehkan lagi mengadakan rapat ……….

 

‘ Apa boleh buat, kami telah menyerah kepada Sekutu dan sekarang kami hanya selaku alat Sekutu. Sekutu perintahkan menjaga status quo, tidak boleh diadakan perubahan-perubahan lagi ‘, kata Sumobuco…………. Kami langsung menjawab agak keras : ‘Tuan ‘kan orang Samurai. Jenderal Terauchi di Dalat telah menyerahkan. Bagaimana dengan sumpah dan janji Samurai tuan kepada kami.’

‘Ya, kita dalam keadaan yang lain sekarang’, katanya.

‘Tuan ‘kan senantiasa mengemukakan Jiwa Samurai. Cobalah tunjukkan jiwa Samurai itu, kata kami pula’……………..Agak kasar memang ucapan-ucapan kami bersama Bung Karno dan rupanya diterjemahkan Myoshi diperhalus barangkali. Akhirnya tidak tercapai apa-apa………… Bung Karno berkata pula : ‘Jadi kalau pemuda kami bergerak, apatentara Tuan akan menembak mereka ?’

Sumobuco berkata : ‘ Ya, terpaksa. Itu perintah Sekutu, apa boleh buat ‘………..”

 

Malam itu Bung Karno dan Bung Hatta baru saja tiba dari Rengas Dengklok --- setelah ‘penculikan’ dilakukan para pemuda,  Pada tanggal 15 Agustus 1945 jam 20.30 waktu Jawa jaman Jepang,  rapat pemuda memutuskan ‘bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan kerajaaan lain.’ ………..Ketangkasan dan keberanian para pemuda mematangkan dialektika tentang saat kapan proklamasi dinyatakan……Keputusan untuk membawa Bung Karno dan Bung Hatta itu diputuskan dalam rapat para pemuda pada jam 0.30 menjelang tanggal 16 Agustus, 'untuk menyingkirkan Ir. Soekarno dan Drs. M. Hatta ke luar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang '.Setelah terdapat pendekatan pendapat antarapara pemuda dengan para tokoh nasionalis --- maka Mr. Ahmad Subardjo menjeput Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengas Dengklok............

 

Jadi tanggal 15 dan 16 Agustus 1945 adalah saat gentingnya “bagaimana caranya mengambil keputusan historis itu. Mereka yang terlibat saat kritis itu adalah Putera Bangsa yang Cerdas dan Berani !

 

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sudah tidak dapat ijin rapat ---   Letnan Jenderal Otoshi Nishimura, Direktur Departemen Umum Pemerintahan Militer, telah menolak memberikan ijin rapat. Jepang yang telah menyerah pada Sekutu tidak boleh lagi merubah status quo. Berkat keteguhan hati pemuda --- yang sebelumnya didorong dengan informasi yang didapat Sutan Sjahrir melalui siaran radio (yang tidak turut disegel) bahwa, Jepang telah menyerah kepada sekutu.Para pemuda yang tangkas dan berani --- mendorong Bung Karno dan Bung Hatta dan tokoh Nasional yang lebih tua --- agar Proklamasi segera dilakukan…………..

 

Catatan Bung Hatta (selanjutnya) : “……….Tetapi Maeda tidak hanya mengizinkan, bahkan rumahnya disediakan untuk rapat yang bersejarah itu. Saya rasa hal itu disebabkan geweten (hati ) nurani Maeda, sebagai prajurit Samurai yang merasa terikat dengan janji Jepang serta (barangkali) dia merasa tokh akan dihukum Sekutu, lebih baik diantarkan keinginan rakyat Indonesia ke gerbang yang dicita-citakannya. Ini terkaan saya secara pribadi…………”

 

 

Ini paragraph Catatan Bung Hatta lainnya: “………..Bung Karno bilang agar kita bikin teks yang pendek saja, ‘Bung Hatta lebih tahu bahasa Indonesia daripada saya. Tulislah dan pikirlah, ‘ kata Bung Karno…………’Kalau menulis dan memikir sekaligus agak berat. Saya pikir kalimat-kalimatnya, Bung Karno yang tulis,’ kata saya.

…………….

Saya kemudian menyebutkan kalimat-kalimat konsep proklamasi itu, Bung Karno menuliskannya di atas kertas. Dua kalimat utama yang saya diktekan itu adalah :

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

………….Oleh Bung Karno teks proklamasi tersebut dibacakan pelan-pelan. Tiga kali dibacakan. Akhirnya semua setuju secara bulat. Semua menerima dengan gembira. Semua berteriak ‘Setuju.’…………..”

 

 

Catatan Bung Hatta mengenai siapa yang harus menandatangi : “………Kemudian semuanya saya tanyakan dengan mengatakan : ’Jadi, ini satu dokumen penting bagi sejarah bangsa kita. Baik kita semua yang hadir di sinimenandatangani dokumen ini. Seperti George Washington waktu mengadakan Proklamasi, semua yang hadir ikut menandatangani. ‘ Tak ada seorang pun yang menjawab. Diam. Lalu Sukarni berkata : ‘ Tidak baik kita semuayang menandatangani . CukupSoekarno –Hatta saja atas namasemua rakyat Indonesia ………”

 

 

 

Bahan : Pemahaman Sejarah Indonesia, Sebelum & Sesudah Revolusi, Penyunting William H. Frederick – Soeri Soeroto, LP3ES, Oktober 1982

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun