"Cik lanjutkan cerita sukses Pak Mahathir tadi Cik" ada pula suara yang penasaran di pojok dekat akuarium. Cik Yung tersenyum.
"Di benakku ini masih tergambar jelas 'kebencianku memandang sikap Michel Camdessus ---utusan IMF, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, yang bersedakep memandang sinis Presiden Suharto menanda tangani Letter of Intent, apa ya ? Mana itu pemimpin-pemimpin Orde Baru yang mengelilingi Pak Harto --- Mengapa mereka membiarkan Pak Harto tersudut dalam krisis itu --- siapa itu, ide siapa itu untuk mengucurkan BLBI, Bantuan Likuiditas Bank Indonesia --- ide siapa itu. Kecerdasan siapa itu. Ayo paparkanlah fakta sejarah itu !"
"Indonesia masuk ke dalam pusaran krisis --- dari krisis moneter ke krisis ekonomi, krisis politik dan .......... dengan bangga Indonesia memberi cap pada krisis itu. Krisis Multi Dimensi --- tidak jelas lagi siapa yang berdosa ":
"Sebelum kalian pulang bubar ...........ini dia pendapat Cik Mahathir, sebagai pemimpin Asia --- kepada negara-negara Asia dalam menghadapi Krisis Finansial Amerika Serikat (yang konon mengancam semua negara secara global) ............Ini pesannya yang diucapkan di Jimbaran Bali tanggal 27 Nopember 2008 pada Top Executive Forum on Governance ..........' Mahathir mengingatkan negara-negara Asia dalam menghadapi krisis ini, jangan menggantungkan diri pada investasi dan pinjaman dana dari pihak Asing..........hanya negara-negara yang mengandalkan investasi dan bantuan fianansial asing yang sangat terpengaruh ..........Ia mengingatkan pula ' agar hati-hati pada konsep globalisasi dan perdagangan bebas' ............" Cik Yung mengakhiri penjelasannya.
"Pak, mengerti enggak pemimpin Indonesia pada pesan peringatan dari Pak Mahathir itu !" entah siapa yang menyeletuk sambil pamit bersalaman dengan Cik Yung. Cik Yung hanya tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H