Pagi ini di Runningtext TV, dinyatakan bahwa, Republik Indonesia adalah negara dengan Birokrasi terburuk kedua di Asia, Menurut hasil survey PERC --- International transparancy Indonesia menyerukan agar Presiden RI turun tangan --- Harusnya KemenPAN dan seluruh Kementerian serta Management Birokrasi cancut taliwondo ! Diperintah atau tidak --- jadikan hasil survey itu menjadi Bench-mark. Jangan sewot atau merumuskan "alasan", cari kambing hitam --- apalagi membuat tabir asap. Lho ?
Tanpa hasil survey itu apa Orang Indonesia tidak merasakan kebobrokan Birokrasi di Indonesia ? Bisa kok dirasakan, disaksikan. Macam-macam hasil pekerjaan mereka, ulah dan akal negatif, tindakan tidak produktif, kebijakan yang tidak cerdas --- Lho, Manajemen 'kan masalah memilih alternatif paling --- baik, tepat, ekonomis, optimal, atau mempunyai linkage yang akurat. Mengajari ya ?
Baru-baru saja ada kisah. Bertahun-tahun (dalam kurun 5 tahunan) STNK diperpanjang/diperbarui, lancar --- entah lagi demam apa --- baru diketahui KTP fotonya belum distempel (tukang stempel dan laminating adalah organisasinya Birokrat). Urus KTP ke Pemerintahan Desa, dioper ke Kependudukan Kecamatan (hanya untuk paraf dan surat pengantar) --- Ada juru tik pakai Komputer (yakinlah itu bukan tenaga Organik) --- Orang yang berpangkat dengan berbaju seragam Pegawai Negeri Sipil, diberi kamar 3x3M ber-AC plus perabotan dan perlengkapan oleh Negara (dengan "timid" *) melakukan bisikan : "Pak sisipkan uang untuk tukang tik" (yakinlah uang terkumpul untuk dia dkk plus honor itu tukang tik--- hitung-hitung memberi kesempatan kerja --- tetapi apa efisien ? Cukup si penjabat yang mungkin ketinggian pangkat itu, mengisi form dan meneken atau memaraf --- 'gitu saja kok repot !). Itu sebagai contoh saja.
Di Badan Pertanahan Nasional, juga macam-macam prilaku yang mismanagement --- kalau diintai atau dialami di seluruh kantor Birokrasi Indonesia, setiap detik terjadi "tindakan" mismanagement --- yang menjurus "pemborosan/waste", spekulatif, manipulatif dan merugikan "publik" dan APBN (ingat ini Negara Republik Indonesia, didirikan untuk "Kepentingan Umum").
Birokrasi Indonesia "ditempati" oleh Manusia yang terdidik dan terlatih dengan berbagai ragam titel kesarjanaan, bahkan bisa dua tiga gelar kesarjanaan mereka (enggak malu, apa ?)--- begitu juga dalam organisasi Birokrasi itu pun di-isi oleh pegawai yang berpengalaman, dari dulu sampai sekarang (dua generasi -65 tahun menikmati Kemerdekaan). Kalaulah mereka itu ber-"Budaya" kemajuan, progresif, berswadaya, berinisiatif, berpartisipatif --- dan mempunyai budaya malu, kalau tidak mempunyai prestasi positif. Harus-nya RI kinerja-nya bukan Nomor Dua terburuk Prestasi-nya. Tetapi ?!
Sebagai seorang Kaisar Hippo IV, ia tertegun mencerna berita itu--- mengapa NKRI d imana warganya berdiam sebagai penduduk penghasil devisa, yakni Komodo --- tidak mempunyai prestasi yang meyakinkan --- yang bisa membaggakan warganya ?
"Perdana Menteri, apa akibatnya bagi warga kita yang menjadi penduduk di Indonesia ?"
"Tidak apa-apa Tuanku"
"Mengapa begitu?"
"Karena Manusianya, yang baru di-sensus Mei lalu --- 230-an juta orang merasakan itu sebagai hasil kemerdekaan mereka yang pantas untuk dinikmati di tingkat Budaya saat ini"Â Jawab Sang Perdana Menteri.
"Terima kasih, menurut profesor doktor Al Jirafi pun, --- memang Manusia Indonesia senang dengan Budaya Retrogresif --- Dia pikir telah bertindak maju (ada angka statistikal-nya segala sih), pada hal mereka mendapatkan hasil yang mundur" secara Budaya Kok ?!