Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Epos Medan Kota Dollar (02) Pasar Malam

25 Mei 2010   07:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:59 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bejo dan Pariyem habis kontraknya tahun ini, akan pulang ke kampung halamannya di Purworejo --- Bejo adalah buruh kontrak tukang deres getah di Perkebunan Galang, dekat Medan Kota Dollar--- mereka akan pulang ke kampung halaman, karena bapak angkat Pariyem, sebelum meninggal dunia menghibahkan tiga bau bidang sawah kepadanya.Memang Pariyem dari umur dua bulan dipungut angkat oleh pamannya Sarijo --- ia dipelihara Sarijo dan Sungkem sampai umur tujuh tahun ---karena pertikaian keluarga pada umur tujuh Pariyem diambil kembali oleh pasangan bapak-ibunya .Dan setelah kawin Pariyem turut rombongan ikut tranmigrasi sebagai buruh kontrak. Ya, merantau ke tanah Deli.

Sebagai buruh kontrak hidup mereka memang paspas-an --- anaknya sudah lima,Pariyem membantu kehidupan keluarganya sebagai pedagang ayam, dan ternak-ternak kecil lainnya.Tanah hibah itu telah terbengkalai 4 tahun ini --- Pariyem kuatir nanti kalau terlalu lama diurus keluarga, akan menjadi masalah.Toh kehidupan mereka tidak maju-maju sebagai buruh kontrak --- lebih baik mengurus sawah, sudah cukup pengalaman hidup, dan Pariyem merasa telah berpengalaman berdagang. Dari hasil dagang itulah telah terkumpul tabungan sebesar 25 gulden. Untuk biaya pulang ke Jawa. Tabungan itu hasil jerih payah dan penghematan yang dilakukan Pariyem.

Dua ekor lembu, sejumlah ayam itik dan angsa sudah dijual --- enam ekor kambing pun telah dipanjer Lik Endun.Malam ini pun Pariyem akan tetap berdagang getuk dan opak dengan cairan gula merah.Memang Pasar Malam yang selalu diselenggarakan Perkebunan adalah satu-satunya hiburan harapan bagi para buruh perkebunan --- Ramai sekali Pasar Malam itu, penonton dan pengunjung datang dari beberapa afdeling perkebunan tetangga, juga orang kampung dan desa sekitar.Bukan saja pengusaha dreimolen, kuda putar, komedi putar, tong setan atau stan judi dan ketangkasan, serta rumah setan, juga tontonan manusia dan binatang ajaib, dipertunjukkan --- pedagang makanan dan mainan juga selalu panen di Pasar Malam perkebunan. Buruh-buruh dan penduduk miskin cukup terhiburlah. Apa lagi kalau ada layar tancap.

Anak-anak Bejo juga gembira sekali, karena bapak mereka membawa mereka menonton macam-macam hiburan --- beli makanan dan minuman yang lezat --- karena ini adalah Pasar malam yang terakhir yang akan mereka kunjungi.Setelah itu mereka akan berangkat ke Belawan dilanjutkan belayar dengan kapal KPM ke Tanjung Priok.Pasar malam juga semacam kartesis bagi para buruh yang selalu dirundung kemiskinan dan tidak ada harapan apa pun. Mereka selalu dari kemiskinan menuju waktu dan musim kemiskinan berikutnya.

Pasar Malam adalah remang-remang dan gebyarnya lampu riyep-riyep listrik tahun 30-an.Lebih banyak oncor , petromaks dan lampu sentir --- tetapi itulah malam harapan dan kegembiraan, melupakan penderitaan yang seperti pakaian yang selalu melekat di badan

.

Pasar Malam diadakan selalu setelah bayaran gaji bulanan ---buruh kontrak di sana selain dapat gaji juga dapat catu beras, ikan asin kresek, dan terkadang ada juga garam -gula.Para buruh dan keluarganya mencukup-cukupkanpendapatannya yang memang kurang itu --- tetapi pasar malam selalu saja menjadi daya tarik untuk melampiaskan impian dan harapan --- sambil mengubur penderitaan dan kemiskinan.Di sana juga tersedia arena perjudian .Dari dadu koprok dengan arena tikar di atas rumput dengan lampu petromaks, sampai permainan semacam roulette dan melempar paser ke arah nomor berputar.

Anak-anak senang bermain melempar lingkaran rotan ke arah bebek --- yang jika lingkarannya masuk kepala bebek, mendapat hadiah sabun mandi atau vaselin minyak rambut.Ada juga melempar lingkaran rotan ke arah kubus bernomor --- kalau masuk mendapat hadiah yang tergantung di atas arena --- sesuai nomor di kubus. Mau ikut melempar bola ke mulut gambar harimau juga ada.Mau memasang lempengan kayu berwarna pada petak-petak berwarna dan benomor --- hadiahnya, lempengan kayu bernomor dan berbagai bentuk. Kalau ada lempengan kayu yang tersisa dapat ditukar duit, sesuai nilainya.Apabila akan meninggalkan arena.Asyik !

Pokoknya gembiralah semua pengunjung.Walau pulang sisa gaji tidak bisa untuk menyisihkan tabungan. Memang mereka dibuat tidak bisa menabung agar senantiasa melanjutkan kontrak --- untuk menyambung kehidupan di musim berikutnya. Yang penting catu beras dan ikan asin kresek jangan terjual.

Hati puas dan gembira --- pulang kembali ke barak, yang lantainya tanah diberi lapisan lembaran "smoked sheet" karet,  untuk tidur dan besok bekerja keras kembali.Oh, Buruh kontrak.

Bejo mengantar pulang anak-anaknya, semuanya puas, anak-anak itu menonton macam-macam dan bermain ketangkasan --- pulang sambil mengunyah martabak dan apam balik. Bapak mereka betul-betul memberikan kesenangan dan kenangan bagi anak-anaknya. Anak anak itu tahu bahwa bapaknya begitu, karena mereka akan kembali pulang ke Jawa . Menjadi petani di Jawa.Mereka pulang kenyang dan mengantuk.Hanya anak nomor satu si Tinaryo balik menemani emaknya jualan getuk dan opak, entah sampai jam berapa.

Bejo berjongkok di seputar permainan dadu --- tadi selintasnya permainan itu mudah, banyak yang menang. Banyak yang menang , tetapi hati-hati di situ banyak tukang copet. Memang ia pernah dua tiga kali bermain dadu menang --- dia pintar membaca gerak tangan bandar memutar dadu dan melenggang tempurung penutup.Ia bisa selalu menang --- walau pun si bandar menanam logam di dalam kukunya, Untuk mengatur mata berapa yang keluar.Lembaran satu gulden telah tertukar tiga kali --- ia tampaknya tidak bisa melawan arena itu. Bandar selalu menang.

Ia diajak Pak Burhan dan Pak Untung Rustadi untukmengadu nasib di arena poker --- arena itu memang kegemaran Pak Burhan.Pak Burhan adalah mandor,sedang Pak Untung Kerani Gudang Ransum di Adolina --- ia merasa pantas untuk meladeni ajakan kedua orang terpandang itu.Arena poker itu di bangunan di belakang rumah makan --- ada empat meja.Bejo satu meja dengan pak Kerani.Pak Burhan bersama Pak Butar-butar , Si Rudi Gulo, dan Lik Suyo.Dari tempat mereka terdengar gendang ronggeng bertalu-talu, meriah --- itu arena yang menarik juga, bisa melirik dan mencolek perempuan.Tetapi di arena Poker juga para perempuan melendot dan mendorong untuk terus main dan memasang taruhan yang berani.Uang dipirit si Bejo,tinggal delapan gulden. Ia permisi.

Pertaruhan berikut ia harus menarik kembali uang titipan bininya --- hanya satu harapan.Dia pernah menangdi arena roulette. Di situ permainan lebih adil --- di poker tadi tampaknya yang menang hanya si Butar-butar dan Bandar saja.Si Rudi Gulo sudah lari duluan --- dia diejek-ejek perempuan cantik di sana. Bejo juga lari dengan tidak sanggup lagi memperhatikan perempuan rambut kriting yang melendot dari tadi --- menabrakkan payu daranya berkali-kali ke kepala dan bahunya. Perempuan itu sebenarnya mengganggu konsentrasinya --- tetapi ia membutuhkan penghargaan dari perempuan cantik itu. Tadi ia mabok diumbang perempuan itu.

Di Pasar Malam tidak terdengar ayam berkokok atau suara adzan dari mesjid dan surau --- menjelang subuh masih hingar bingar dengan suara gambus dan orkes. Roulette pun mengakhiri duit titipan bininya. Ia pulang dengan gontai --- barak gelap tempat tinggal mereka --- lampu sentir dan oncor telah tinggal satu dua. Ia tidak berani melihat apakah istrinya masih di pasar malam atau telah pulang.

Memang bagi Ordeneming, menyelenggarakan arena judi di pasar malam merupakan bagian taktik mereka agar buruh tetap dalam arena kemiskinan --- kemiskinan memaksa mereka meneken kontrak kembali --- walau kehidupan mereka tidak bisa keluar dari kemiskinan dengan kontrak itu. Uang yang dititipkanistrinya ludes.Bejo merenung di bawah pohon nangka --- terdengarsuara adzan subuh.Ia betul-betul dalam ketakutan dan sedih sekali.Ia ingin tobat, ia menuju Surau dekat kolam besar di afdeling Pulau Gambar.Tobat.

Sekeluarga mereka tercenung --- Bapak mereka memutuskan tetap kembali ke Jawa. Walau sangu mereka hanya tujuh gulden, tiga benggol dengan beberapa ketip.Mereka harus berani kembali ke Jawa.Bapak memutuskan begitu, ia akan menebus nasib baik ke kampung halaman.Ia malu bertahan di kebun karet itu --- biarlah mereka lapar di perjalanan, asal jangan lapar seperti di Kebon Karet Galang, Bejo meminta maaf dan ampun kepada isterinya --- ia percaya istrinya-lah yang membawa pulung bagi kehidupan mereka.Ia harus menebus dosanya.Dalam doanya tadi di Surau --- ia merasa ada suara bahwa “Pulung Istri”-nya ada di Jawa. Mereka harus meninggalkan Medan Kota Dollar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun