Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mini Cerpen (27) Setangkai Kembang untuk Papa, se-Bouquette Bunga buat Reinnike

27 April 2010   02:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:34 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kehidupan yang mapan --- bisa segera menjadi bergolak, karena prahara penyakit.  Mama Rein, tiba-tiba jatuh di depan pintu kamar mandi.

Mama Rein baru berumur 48 tahun, sewaktu serangan stroke itu terjadi.  Papa Ron 54 tahun, umur menjelang MPP.  Reinneke puteri bungsu mereka kuliahnya di semester delapan.

Kegiatan Mama Rein berubah drastis, sehari-hari ia berbaring lemah di tempat tidur --- kecantikan segera lenyap, karena bibirnya menyot ke kanan --- ia putus asa.  Cara berpikirnya timbul tenggelam --- on-off.  Mata-nya tidak bersinar lagi.  Kegiatan hura-hura tidak pernah terlintas lagi. Ia tercampak dari komunitasnya --- arisan, shopping, makan-makan enak, mengobrol bergilir di rumah-rumah para sahabatnya. Lenyap tidak berbekas.

Kini keluarganya pun tidak suka ada orang lain yang berkunjung ke rumah mereka --- menunjukkan simpati. Mereka merasa lebih nyaman tak ada kunjungan. Mama Rein pun selalu menangis menjerit-jerit bila, ada temannya yang berkunjung. Ia emosionil.  Kita tidak paham bagaimana perasaannya.

Beruntung Papa Ron memberi perhatian yang luar biasa apabila ia di rumah --- ia menghibur dan melayani Mama Rein.  Mama Rein bisa merasakan perhatian suaminya --- hanya itu yang masih tertinggal dalam tautan emosionilnya --- ia bahagia, walaupun ia tidak bisa menggerakkan tangan kiri-kanannya dan bagian bawah tubuhnya.   Ia tampak senang terlihat bahagia   sekali-kali bila suaminya membopongnya, dan mendudukan dirinya di kursi roda. Ia rasakan pelukan suaminya.  Hanya itu.

Setelah Papa Ron pensiun --- ia tidak membiarkan Mama Rein terlalu banyak diasuh oleh pembantu. Dia-lah yang menjadi perawat istrinya.  Reinnike selalu kagum melihat cara papanya merawat ibunya --- sungguh setia !  Kesehatan Mama Rein, begitu stabil tak berdaya --- tidak ada kemajuan.  Mama Rein tampak berbahagia, karena suaminya lebih sering di rumah saja --- merawat dirinya.

Adakalanya Papa Ron membawa Mama ke Mall, atau ke Taman Kota --- waktunya bisa pagi, terkadang siang, adakalanya di waktu malam. Mama bisa menikmati lampu-lampu, bulan dan bintang, sejuknya  dan ramainya suasana di Pusat Perbelanjaan.  Tampaknya ia berbahagia.

Reinnike bertambah kagum dengan sosok lelaki yang setia dan kreatif memebahagiakan pasangan-nya.

Serangan kedua stroke --- mematikan Mama Rein. Habis riwayatnya.

Rumah tambah sepi, kini Papa Ron mendesain ulang interior mobilnya --- kembali seperti untuk orang normal --- penumpang manusia yang sehat.  Ia lebih banyak bekerja di kebun dan bertukang --- memang ia mempunyai perlengkapan alat untuk berkebun dan bertukang. Ia membelinya jauh sebelum ia pensiun. Jadi masa persiapan pensiun selama setahun itu sangat berguna untuk diabdikanya kepada istrinya.  Mama Rein.  Delapan bulan waktu MPP memang diabadikan untuk Mama, kini Mama telah berbaring di pemakaman  selama lebih empat bulan.

Reinnike diwisuda tanpa mama --- ia menangis dalam pelukan papa.  Ia hanya berfoto berdua dengan papa.  Bahkan papa lucu sekali menumpahkan kebahagiaannya.  Mengambil snapshot dengan HP berkali-kali berdua saja. Dengan macam-macam latar belakang. Tiga abang Reinneke memang juga datang meramaikan hari bahagia itu.  Keponakan juga ramai menciumi Reinnike. Bahagia.

Masih di Convention Hall --- papa mengajak Reinnike ke coffee-shop.  Setelah Reinnike bebas dari teman-temannya.  Mereka minum bertiga --- suasana memang sangat gembira. Orang ketiga yang diajak papa semeja. Bukan orang sembarangan.  Ia wanita matang dengan penampilan yang sangat menarik --- sosok wanita karier yang mapan, sepertinya. Sewaktu Reinnike memanggil "ia" tante --- ia dengan ramah dan senyumnya. "Panggil saja saya ibu, seperti di kantor'

"Ibu  ," pikir Reinnike.  Ia wanita yang luar biasa menariknya --- umurnya kira-kira awal tiga puluhan.

"Ibu Rahmah" rupanya teman kursus bahasa papa.  Memang untuk mengisi waktunya yang panjang dan sepi --- Papa Ron mengambil kursus bahasa, Bahasa Jerman dan Bahasa Arab. Belakangan memang papa tampil lebih segar, bergairah dan tetap cekatan.  Hampir tiap malam ia pulang larut. Rupanya ada acara dating dengan Ibu Rahmah.  Ketahuannya setelah perkenalan di hari wisuda.

Di suatu hari Minggu Papa mengumpulkan semua anakanya . "Papa akan menikahi ibu Rahmah " --- saudara lelaki Reinnike spontan menyetujui. Mereka semuanya memahami dan memberikan berbagai alasan. "Agar papa tetap berbahagia di hari tuanya --- tidak kesepian dalam "empty nest Syndrom".

Banyak alasan dan berbagai dalil mereka.  Reinnike tidak bisa menerima --- ia berkesimpulan, biarpun ibu Rahmah wanita mandiri --- tetap saja ia akan mempengaruhi hidup keluarga mereka.  Papanya akan segera melupakan cinta mamanya --- mama segera tersisih dari kenangan dan memori papa.

Lelaki hanya seks. Seks. Seks saja --- sampai tua !  itu kesimpulan Reinnike dalam benaknya --- yang ia tuangkan dalam penolakannya tentu dengan kata-kata lain.  Kalimat lain.

Reinnike telah bekerja hampir setahun --- ia mempunyai karier, dunia dan sisi kebahagiaan-nya sendiri. Papa dan abang-abangnya selalu mendesaknya agar memilih pasangan. Tetapi ia tampaknya belum juga dapat memilih lelaki calon suaminya.  Ia tidak tersisih dalam pergaulan.  Ia selalu turut hura-hura, bersenang-senang --- happy dengan beberapa komunitasnya.  Umurnya kini 25 tahun. Belum ada pasangan tetap. Ia gonta-ganti pasangan --- selain beberapa pria cakap pasangannya , ia juga mempunyai sahabat wanita yang sangat akrab  dengannya. Reinneke selalu diledek ipar-iparnya. "Lu jangan=jangan lesbi, ya".

Papa Ron telah menikah dengan "Ibu" --- walaupun mereka serumah, tidak pernah terjadi perselisihan apa pun.  Dua tahun ini disaksikan Reinnike , bahwa Papa benar-benar bahagia.  Semula ia iri dan kuatir papa akan berubah melupakan almarhumah dan mereka semua.  Rahmah benar-benar Ibu yang melengkapi suasana kebahagiaan mereka. Papa dan ibu tampaknya sehat-sehat saja --- kehidupan mereka mesra.  Bahkan papa tampak lebih bergairah, seperti manusia lelaki yang sehat lahir batin.

Suasana sensual dan seksual pasangan Ibu Rahmah dengan papa --- selalu terlihat, terdengar dan disaksikan Reinnike. Mereka berbahagia !

Ibu juga mencarikan calon bagi Reinnike --- kawan abang-abangnya, atau pemuda-pemuda yang bagus memang sering diketahui berada di sekitar Reinnike.  Tetapi tidak ada calon suami.

Sampailah malam tahun baru 2010.  Mengagetkan.  Sepulang berlibur di Bali selama sepekan, Reinnike memperkenalkan calon suaminya.  "Ibu dan papa --- dengan Pak Oka , saya sudah mantap, walau sepekan berkenalan --- tetapi ia lelaki terbaik yang pernah saya kenal.  Banyak pacar saya sebelumnya.  Tidak semantap beliau !".

Hampir tiap pekan Reinnike terbang ke Bali --- tinggal di rumah Pak Oka, ia menikmati kehidupan Pak Oka sebagai pengusaha perikanan laut. Mereka merencanakan patungan untuk berusaha di bidang perikanan.  Nelayan modern.

Pak Oka telah mengajukan lamaran kepada Papa Ron.

Sudah tiga bulan ini --- masalah  perkawinan dan calon suami si Reinnike sangat mengganggu kehidupan Papa Ron --- beranda rumahnya yang dulu tempat ia memadu kasih dengan ibu Rahmah, kini menjadi tempat pergulatan "konsep penolakan" --- yang mengacaukan emosi dan  nalar Papa Ron.

"Rein, kamu tidak akan bahagia dengan lelaki tua itu --- mengapa tidak kamu pilih yang sepadan ?"

"Papa lihat si Oka itu tipe lelaki Buaya --- setelah kamu menjadi investor di perusahaannya , ia akan membelit kamu. Kamu akan menderita lahir batin ".

Tekat Reinnike telah bulat --- ia akan menikahi Pak Oka. Kemudian hidup di pantai Lovina sebagai nelayan modern.  Meneruskan berkasih-kasihan dengan Pak Oka.

"Papa, Pak Oka walau bujang tua, tetapi ia enerjik dan cerdas --- pengalaman dan ilmunya melebihi siapa pun yang pernah saya, kategorikan sebagai calon suami "

"Ia serius pa --- Rein juga telah mengajukan berhenti bekerja ---  tanggal 7 Desember , tepat 1 Muharram kami akan menikah di Mesjid Amlapura.  Papa harus menjadi Wali Rein."

"Papa saya telah dewasa, telah mmilih dia menjadi calon suami saya, saya telah menemukan jalan hidup saya ke depan.   Papa dan Ibu doakan saja"

Resepsi pernikahan Reinnike dengan  Oka Mahendra dilakukan di Teluk Jakarta, dalam suasana yang meriah --- banyak para undangan bertanya-tanya mengapa gadis cantik ini, bisa ketemu jodohnya, seorang lelaki bujang tua --- berumur 57 tahun, sepantar ayahnya.

Ada yang berbisik " si Reinnike adalah penyandang Electra Complex --- menyintai lelaki dengan sosok ayahnya"  Mereka tertawa terbahak-bahak !

Ego sum qui sum --- Cinta adalah Cinta --- Sang Ada adalah Cinta.  Kata Samuel Johnson  " Love is the Wisdom of the Fool and the Folly of the Wise ".  Tidak aneh !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun