Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Features (10) Terkenang Ernest Hemingway, The Old Man and The Sea

25 Maret 2010   14:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:12 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dia adalah seorang jurnalis, penulis novel dan cerita pendek --- yang di tahun 1954 meraih Hadiah Nobel untuk karya Kesusteraan. Hemingway dilahirkan di Oak Park, Illinois, 21 Juli 1899, dan berpulang 2 Juli 1961 --- kisah hidupnya sendiri sebetulnya asyik untuk disimak, terutama untuk mengapresiasi prestasi dan karya-karyanya, yang ada beberapa di-film-kan.

Inilah yang mengesankan, The Old Man and the Sea, ditonton pada tahun 1957, saat penulis remaja.Film itu didasarkan pada novel Hemingway dengan judul yang sama. The Old Man and The Sea adalah novel-nya yang mendapatkan penghargaan Pulitzer pula.

 

Film itu mengesankan, selama puluhan tahun mengendap dalam memori penulis sebagai perjuangan seorang nelayan tua, mencari nafkah secara ekstraktif --- seperti untung-untungan.Dan di masa tuanya ia bahkan ditinggalkan kemujuran, yang diandalkan untuk menyambung kehidupan yang masih hidup. Orang tidak lagi mempercayainya sebagai nelayan yang produktif --- pembantunya, sahabatnya, seorang pemuda bernama Manolin --- dipaksaayahnya agar meninggalkan Santiago, nelayan tua yang tidak bernasib baik lagi itu.

Tetapi begitu penulis mendapat kesempatan membaca novel itu di masa umur yang lanjut ini ---novel ini ternyata menyembunyikan tekad seorang nelayan tua yang ingin tetap survive, ingin tetap eksis. Di pengujung umurnya. Inilah saduran singkatnya.

 

Diceritakan lelaki tua itu, adalah seorang nelayan tua dan miskin. Ia tinggal di tepi pantai di sebuah gubuk --- ia memancing ikan di Teluk Meksiko sebagai nafkahnya.Ia kini harus berangkat ke laut seorang diri --- selama 84 hari yang lalu ia sial, tidak mendapat ikan seekor pun..

 

Digambarkan dalam novel. “Lelaki tua itu bertubuh kurus dan pucat, dan tengkuknya penuh kerut-merut. Di pipinya nampak banyak bintik-bintik coklat noda kulit yang diakibatkan oleh pantulan matahari di laut tropis. Bintik-bintik itu memenuhi kedua sisi wajahnya dan kedua tangannya penuh dengan goresan-goresan tajam, yakni bekas luka karena gosokan tali sewaktu menghela ikan besar. Tetapi luka-luka itu tidak ada lagi yang masih segar. Setua erosi gurun pasir yang tanpa ikan…………..”

Santiago, memang seorang nelayan tua --- sial, dan kini banyak pula orang mengejeknya.Ia tidak marah, seperti menyadari.

 

Walaupun begitu ia masih mempunyai kegemaran membaca tentang pertandingan baseball di Amerika --- itu menggambarkan bahwa ia masih mempunyai “fighting spirit”. Ia masih mempunyai tim dan pemain favorit.Hebat!

Hubungan Nelayan tua itu dengan anak muda pembantunya itu seperti dua orang yang bersahabat --- sebenarnya pemuda itu masih ingin ikut dengan perahunya, Santiago dianggapnya gurunya. Manolin tetap membantu mempersiapkan keberangkatan Nelayan tua itu.

Pagi itu lelaki tua itu berangkat memancing seorang diri.

 

Ia berdayung mengikuti arus makin jauh --- menyebar dari nelayan lainnya. “Awan di atas daratan nampak bangkit bagaikan gemunung dan pantai hanyalah sebuah garis hijau panjang dengan perbukitan biru-kelabu di belakangnya. Kini air berwarna biru tua, begitu pekat sehingga hampir ungu. Dilihatnya warna merah plankton-plankton lembut yang terkumpul di permukaan air dan cahaya matahari yang nampak aneh. Ia jaga terus agar tali-tali kailnya tetap lencang ke bawah sampai tak nampak jauh dalam air……………”

Sebelum jadi nelayan ia pernah juga bekerja di kapal nelayan yang menangkap penyu, pernah pula bekerja di Afrika --- itu mengapa ia selalu mengenang singa-singa yang bergelut di pinggir pantai Afrika --- bahkan ia sering bermimpi tentang singa-singa kesayangannya itu.

Sebelum kailnya mengena --- ia selalu memperhatikan ikan terbang berkelompok, ataupun tanda-tanda ikan bergerombol apabila ada kawanan burung mengintai dan mengitari kawasan laut itu.

 

Dalam kesepiannya ia selalu berbicara keras sendiri. “kalau oranglain mendengarku berbicara keras mereka pasti menganggapku sudah gila. “ katanya dengan keras. Tetapi aku tak peduli sebab aku tidak gila. Dan mereka yang kaya punya radio di perahu yang bisa bercakap pada mereka dan bercerita tentang baseball.”

“Kini matahari sudah terik dan menyengat tengkuk lelaki tua itu, terasa butir-butir keringat meluncur di punggungnya sementara ia mendayung………….Aku bisa menghanyut saja dan tidur dan mengikatkan tali di jari kaki supaya bisa terbangun………….”

“Kemudian terasa sentuhan lembut pada talinya itu dan ia merasa gembira…………”

“Ia merasa gembira merasakan sentuhan lembut itu teramat berat. Itulah bobot si ikan dan dibiarkannya saja talinya terulur ke bawah, terus, terus, sampai habis gulungan cadangan yang pertama. Ia masih bisa merasakan bobot ikan itu meskipun jemarinya hampir tak menekan tali yang meluncur di sela-selanya dengan lembut.”

“Betapa besar ikan itu.” Katanya. “kail itu disebelah sisi mulutnya dan ia menariknya pergi.”

Orang tua itu memang nelayan tua yang kaya dengan pengalaman. “telah kena sekarang,” katanya. “Biar saja ia menelannya dulu. .“

“Sekarang !” katanya keras-keras sambil menyendal tali itu dengan kedua belah tangan, berhasil ditariknya sampai satu yar dan kemudian disendalnya lagi berulang kali, dua belah tangannya diayunkan bergantian, dengan seluruh tenaga………..”

Ia memang menyiapkan untuk memancing ikan besar, ini lah tekniknya beradu tenaga dengan lawannya itu. “Talinya kekar dan sengaja dipintal untuk memancing ikan besar-besar dan lelaki itu melilitkannya di punggung begitu erat sehingga bepercikan butir-butir keringatnya………………..”

Perjuangan dia dengan ikan besar baru saja dimulai. “Kemudian ia berpaling ke belakang dan disadarinya bahwa daratan tak nampak lagi. Tidak apa-apa, pikirnya.Aku selalu bisa masuk pelabuhan dengan petunjuk cahaya yang datang dari Havana.Masih ada waktu dua jam lagi sebelum matahari terbenam dan barangkali ikanakan muncul ke permukaan sebelum saat itu…………….”Ia memperkirakan ikan itu akan menyerah bila bulan terbit, paling lambat besok sebelum matahari terbit.Ahoiiiiiiiiii hebat sekali.

“Seandainya aku bisa melihatnya sekali saja sekedar supaya tahu macam apa lawanku ini.”

 

Ikan itu terus menyeretnya ke satu arah saja. “Berdasar pada pengamatan lelaki itu atas letak bintang-bintang ternyata ikan tidak pernah mengubah arah perjalanannya semalam suntuk”Semalam suntuk dua makhluk itu, nelayan dan ikan besar itu, masing-masing meneruskan perjuangan kehidupan mereka.Lelaki tua itu banyak mengeluarkan berbagai kenangan dan keinginan-nya selama waktu perjuangan panjang untuk menundukkan ikan besar itu.Terutama peranan pembantunya, seandainya anak lelaki itu ada bersamanya.

“ia berkata keras-keras : Seandainya anak laki-laki itu di sini sekarang.”

Wajar sekali dalam perjuangan panjang menundukkan ikan besar itu --- segala penyakit ketuaan menggejala, tangan kirinya kejang berjam-jam, tetapi ia tetap optimis, tidak akan menyerah --- ikan besar itu yang harus menyerah !

“Matahari serta gerakan-gerakan jari-jarinya telah mengendorkan kejangnya sepenuhnya dan ia mulai membebankan talinya pada tangan kiri dan ia menggeliatkan urat-urat punggung untuk sekedar menggeser rasa pedih karena tali itu……………”

Ada saatnya ia merasa teramat letihdan malam segera akan turun (untuk kedua kali), malah ia memikirkan pertandingan besar Gran Ligas.

Pertandingan Yankees dari New York melawan Tigers dari Detroit.Semangat hidupnya masih lengkap.

Ia hanya makan beberapa potong ikan mentah, dan meneguk persediaan airnya sehemat mungkin. Seteguk atau setengah teguk !

 

“Bagaimana kabarmu, ikan ?” tanyanya keras-keras.Aku baik-baik saja dan tangan kiriku semakin sehat dan persediaan makan cukup untuk satu hari satu malam. Tarik saja perahu ini, ikan.”Memang ikan besar itu tetap saja menarik sampannya, dan itu lebih baik dari pada ia menarik tali kailnya --- yang mungkin akan putus, karena ikan besar itu masih sangat bertenaga.Kalau pun ia tidur , dia tidur dalam kesiagaan penuh.

 

“Tangan kirinya mati dan dengan sekuat tenaga ia mengerem dengan tangan kanan dan tali terus saja meluncur. Akhirnya tangan kirinya bergerak menemukan tali dan ia merebah ke belakang menahannya dan kinitali itu membakar punggung dan tangan kirinya…………….”

Perjuangan yang sangat berat menghadapi perlawanan ikan besar itu.Tarik ulur itu menguras tenaga, dan menimbulkan rasa sakit yang memang telah biasa dirasakan dalam pertempuran dengan ikan yang mengena di kailnya.

“Sudah sejam lamanya lelaki tua itu berkunang-kunang dan keringat telah menggarami matanya dan menggarami luka di atas mata dan dahinya. Ia tidak khawatir pada kepalanya yang berkunang-kunang.. itu biasa terjadi kalau ia menarik tali sampai tegang sekali. Tetapi, dua kali sudah ia merasa lemas dan pusing dan itulah yang mengkhawatirkannya…………..”

“Aku tak boleh gagal dan mati karena ikan seperti ini.Sekarang ia telah mendekat dengan baik-baik. Tuhan pasti membantuku bertahan. Akan kuucapkan Bapa Kami dan Salam Maria seratus kali. Tetapi bukan sekarang……………….” Dalam kesulitan dan puncak-puncak tantangan berat ini, lelaki tua itu mengingat Tuhan yang bisa memberikan-Nya kekuatan untuk memenangkan pertempuran itu.

 

“Pada kesempatan berikutnya lelaki tua itu hampir berhasil menghelanya. Tetapi lagi-lagi ikan itu meluruskan diridan dengan tenangberenang menjauh.Kau membunuhku , ikan, pikir lelaki tua itu. Tetapi kau berhak berbuat itu. Tak pernah kulihat ikan yang lebih besar, atau yang lebih indah, atau yang lebih tenang dan lebih mulia dari kau, saudaraku. Aku tak peduli entah kau entah aku yang terbunuh nanti………..”

Memang perjuangan yang sangat menguras tenaga mereka --- entah siapa yang akan memenangkan pertempuran ini.

 

Akhirnya pertempuran itu dimenangkan manusia tua itu. Ikan itu sungguh besar . tidak bisa dimuat di perahunya. Bahkan seandainya ia mempunyai pembantu untuk mengangkat ikan itu.Ikan itu hanya bisa ia ikatkan di sepanjang perahunya.

Dalam perjalan pulang ke pelabuhannya --- dalam kecapaian, ia masih bertempur untuk menyelamatkan hasil pancingan-nya dari rampasan ikan hiu yang lapar memangsa ikan lelaki tua itu --- perlawanannelayan tua itu tidak kuasa menantang buasnya ikan lapar yang telah mengikuti darah dan bau ikan itu sepanjang perjalanan pulang.

 

Walaupun ikan tangkapannya tinggal tulang belulang sesampainya di pelabuhan ………….ia bangga bahwa ia bukanlah sembarang nelayan tua, ia telah menundukkan ikan yang sangat besar.

Nelayan lainnya memuji kehebatannya --- mereka semula mengkhawatirkan nasibnya, karena telah berhari-hari tidak kembali ke pangkalan.

Bahkan para pelancong pun mengerumuni bangkai ikan besar itu

“Apa itu ?tanya wanita tersebut kepada seorang pelayan sambil menuding ke arah ikan besar yang kini hanyalah sampah yang menunggu sampai terbawa hanyut oleh air pasang……………………Nun di sana, dalam gubuknya, lelaki tua itu tertidur lagi. Ia masih tetap tertidur tengkurap dan anak laki-laki itu duduk di sisinya, menjaganya. Lelaki tua itu bermimpi tentang singa-singa.

Novel Ernest HemingwayThe Old Man and The Sea ini,kini setelahpenulismenjadi tua, berkesempatan membacanya--- sungguh menggetarkan, lansia yang tetap produktif, aktif dan eksis. Kenangan film itu kini telah di-refresh oleh novel itu.

 

(disadur dari Ernest HemingwayLelaki Tua dan Laut, Seri Pustaka Prosa, diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono, Penerbit Pustaka Jaya, cetakan ketiga, 1983 --- kutipan dari novel dicetak dalam Italic oleh penulis artikel)

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun