Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Episode I sampai VII Jilid 1

24 Desember 2009   02:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:47 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Episode Satu

Hutan jati kyai punya

Hutan campuran aku punya

Ada jati, ada mahoni, ada berjenis bambu-bambu

Ada bunga-bunga-an, mudah jatuh cinta

Dari tingkap mobil aku dan dia jatuh cinta

Ada apa ayah ?

Ini pertanyaan indah

Di Bulan Januari yang basah di tahun 1996

Lumpur, batu dan becek yang terbenam

Gelapnya malam, gelapnya hutan.

PG 061208

Naomi Campble dan Dia, Dia dan Naomi

Di kereta api Bekasi

Melaju ke stasiun Gambir

Rabu tanggal satu April, pagi hari yang sejuk

Di depan wanita mungil berjilbab, motif tutul-tutul

Wajahnya mungil

Senyumnya---matanya mencuri pandang

Ber-kali-kali

Berkali-kali, dengan senyum tertahan, ia mencuri pandang

Matanya memandang

Di luar, gedung berlari-lari

Dari jendela memori cepat mencatat bibirnya yang indah

Ada anak rambut di kening di tepi jilbab

Jilbab motif tutul-tutul

Jendela kereta api gambir bekasi pulang pergi.

Berdiri gadis berpostur indah

Perutnya indah, tidakmembesar, seksi sekali

Pantatnya besar, berbentuk bagus sekali

Dadanya cantik, tidak besar tetapi proporsi

Ah

Dibalut blus hitam kombinasi putih di dada

Celana panjang hitam ada tonjolan garis celana dalam

Itu dia kulitnya yang hitam, mata bergaris wayang, sipit

Potongan rambutnya yang hitam sebahunya

Karena ia hitam memoriku memanggil

Ia adalah Naomi Campble

PG010409

Di kantor kami sampai Taman Ismail Marzuki

Ruang sejuk itu,dengan teman berdiskusi macam-macam

Dari koperasi sampai teman minta dukungan kampanye

Teman itu anak muda calon legislatif

Ia bagus dan cerdas tetapi tak ada duit

Ia beri kartu-kartu dan mainan kunci untuk ditebar

Aku tinggalkan berjalan kaki ke Taman Ismail Marzuki

Taman yang teduh

Studio

Pusat dokumentasi HB Yassin

Mendapatkan indeks buku Rudyard Kipling

Terbitan tahun 1934---aku merasa hidup di alam yang kurindukan

Ada diskusi tentang Bung Sjahrir telah berlalu

Diundang untuk diskusi buku hari Jumat jam tiga

Akan bertemu para pencinta dunia, yang aku pun senang di sana

PG020409

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun