Adagium Hang Tuah dan Hang Jebat kepada Anak Cucu Orang Melayu
Dalam Hikayat Hang Tuah, suatu legenda yang juga tercantum dalam kronik Sejarah Melayu, banyak terdapat ajaran demokrasi kontemporer. Hikayatnya sendiri terlahir dalam lingkungan masa Kerajaan Melayu, khususnya Kerajaan Malaka. Hikayat ini telah didaftarkan oleh Malaysia ke UNESCO ‘s Memory of the World, Programme International Register di tahun 2001. Namun Hikayat Laksamana Hang Tuah adalah juga bagian dari hasanah perbendaharaan masyarakat suku Melayu khususnya di Indonesia. Tidaklah heran Indonesia juga mempunyai kapal perang bernama KRI Hang Tuah; dan banyak kota mengabadikan nama Laksamana Hang Tuah sebagai nama jalan atau untuk hal-hal yang yang fenomenal lainnya.
Laksamana Hang Tuah dengan empat saudara perkasanya : Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu; banyak meninggalkan warisan jiwa kepahlawanan, pengabdian kepada tanah air dan kebijakan mengurus negara. Yang kalau dikaji, dapat digunakan dalam mengurus negara kita di masa kini.
Katakanlah secara birokratis Laksamana Hang Tuah memang mengabdikan dirinya kepada Maharaja Sultan Malaka di abad ke XV---tetapi dalam hikayat itu terdapat pula pertentangan kepentingan-nya dengan Sang Raja. Bahkan bisa saja sang Sultan melakukan hukuman pembinasaan tehadap Laksamana Hang Tuah. Namanya juga Laksamana, tentulah ia orang yang berpengaruh pula---tidak mudah menangkap dan membunuhnya.
Perlakuan Sultan Kerajaan Malaka terhadap Laksamana Hang Tuah yang sewenang-wenang, tentu mengundang kemarahan sahabat-sahabatnya. Hang Jebat tampil melawan Sultan dan kerajaan. Sultan menyadari bahwa perlawanan Hang Jebat hanya bisa diatasi oleh Laksamana Hang Tuah. Hang Tuah pun diampuni dan diadu-domba dengan “penentang” raja “Hang Jebat”. Maka terucaplah fatwa demokratis Hang Jebat yang terkenal : RAJA ADIL RAJA DISEMBAH, RAJA LALIM RAJA DISANGGAH !
Banyak orang Melayu modern, menganggap Hang Jebat adalah seorang pahlawan demokrasi Melayu. Pesan Hang Jebat dipatrikan oleh semua pilar demokrasi untuk melaksanakan amanat demokrasi dengan teguh dan benar. Jangan ada tindakan pelanggaran wewenang, korupsi dan tindakan lalim (baca zalim). Pesan Hang Jebat memperkuat semboyan Laksamana Hang Tuah : TIADA MELAYU HILANG DI DUNIA. Mungkin kedua pesan kesatria dan patriotis itu sesuai untuk menumbuhkan dan mengembangkan demokrasi di Negara-negara Rumpun Melayu di Nusantara (ingat ide brilian Tan Malaka dan Sutan Takdir Ali Sjahbana mengenai wawasan wilayah kawasan ini).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H