Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

5 SMS Upy kepada Kekasihnya, Leo (SCUL)

2 Oktober 2012   09:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:22 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349169219147136996

[caption id="attachment_209332" align="aligncenter" width="473" caption="Grafis MWA--- Puisi II/05 SCUL"][/caption]

 

(1)

Dalam pengerjaan Novel “Surat-surat Cinta Upy dan Leo” (SCUL), yang mengisahkan keikhlasan dan pengorbanan 2 Relawan gempa dan tsunami --- 2004 Aceh dan Nias 2005 --- penulis harus mendalami beberapa surat mereka, peristiwa komunikasi mereka, dan suasana bathin mereka --- mengalami penderitaan dan keputusasaan mereka, cetusan emosional mereka.

(2)

Upy dan Leo adalah sepasang kekasih --- coba hayati 5 SMS berikut ini, dari Upy kepada Leo.

a.    Sesi ini mengundang Tanya --- penjajakan 2 hati remaja yang mulai mereguk cinta …………….

“………… 16.02 2005 10.46 …………….Apkah ………..dermagaku p’singgahan t’akhir bg petualangan C’mu ………….”

    

b.    Apa pula yang sebenarnya “ungkapan yang puitis” berikut ini ?

“ ……….. 17.03 2005 09.13 ……………. Di sisiku ada akar, menggapai esok yang jauh.   Sebuah rimbun kehidupan, harum cinta & kasihmu”

    

c.    Mungkin sementara mereka bertugas membantu korban bencana yang masih hidup, atau mungkin salah satu mereka sedang mengusung korban yang telah menjadi jenazah …………….

“ ……….. 17.03 2005 13.47………… Kuselipkan sbh kalimat di antara tebing dan muara berpegangan pada awan. Cinta ‘tuk Leo ……………..”        

 

d.    Apa pula bunyi SMS yang filosofis ini --- patriotisme-kah (?)

 

“ …………… 23.07 2005 10.47 …………… Negriku ………. Maaf, aku belom bole membalas ikhlasmu. Uang tak bole membeli kebahagiaan, tapi bole menjadi sesuatu yang membahagiakan ……………….”

 

e.    Tragedi bencana alam yang menyentuh kemanusiaan --- himpitan keletihan badaniah, kekayaan bathin dari keikhlasan berkorban 2 pemuda ini di Tanah Rencong dan Pulau Nias. Kengerian ancaman alam dan keterbatasan budaya manusia --- tetap saja melahirkan sentuhan dawai estetika --- kata-kata dan kalimat puitis.

 

“ …………… 24.07 2005 18.57 …………… Bila senja turun dihujung hayat, bunga jatuh di laman diri, merayu rayu ttg mimpi untuk terbang bersama janji yg tertulis di kaca laut, dermaga cintaku persembahkan hanya ‘tukmu………….. “

(3)

Sebagai penulis aku masih bimbang apakah episode percintaan kedua Relawan ini harus kubatasi agar sampai mereka mereguk kasih ………… ataukah tetap seperti plot di dalam alam mentalku semula --- mereka juga tenggelam dalam tragedy dengan sad ending (?)

 

[MWA] (Puisi II/05 ---SCUL)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun