Mohon tunggu...
Muhammad Valdie Arsanur
Muhammad Valdie Arsanur Mohon Tunggu... -

This is my jungle. Salam UG!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gotong Royong: Semangat Kebudayaan Indonesia

10 Juni 2013   23:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:14 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budaya Gotong Royong

Budaya Gotong Royong (sumber: teresakok.com)

Di jenjang pendidikan dasar, guru-guru kita menggambarkan bagaimana semangat gotong royong yang ada di Negeri kita yang tercinta ini, bagaimana orang-orang begitu antusias bahu-membahu tanpa pamrih saling membantu, bagaimana rasa persaudaraan masing-masing (walaupun sebenarnya mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda) mempersatukan mereka. Itulah "gotong royong".

Kita sadar bahwa tanpa adanya gotong royong, yaitu semangat kebersamaan dan saling bahu membahu, mungkin negara ini tak akan mencapai kemerdekaannya. Bahkan kalau kita mengorek sedikit sejarah pada masa-masa kerajaan, seperti fakta sejarah pada abad ke empat, pada kerajaan Kutai, didalamnya tercermin kaum Brahmana dalam prasasti Tugu yang memiliki jiwa gotong royong yang kuat, termasuk saat membangun 7 Yupa untuk Raja Mulawarman.

Saat ini, kita menemukan corak gotong royong yang lebih variatif, kita lihat banyaknya lembaga yang merangkul relawan-relawan untuk melakukan aksi sosial. Ada pula muncul beberapa komunitas pencinta hobi tertentu dengan tujuan orang yang berkumpul satu sama lain bisa saling berinteraksi dan tak jarang juga sambil melakukan aksi sosial.

Adapun semangat gotong royong antar tetangga yang masih dapat kita temukan hingga sekarang, walaupun makin berkurang. Masih bertahannya semangat itu tak lain karena adanya jiwa sosial yang tertanam pada diri masing-masing, kita lihat kegiatan-kegiatan yang umum ada di lingkungan bertetangga seperti kerja bakti, mendirikan pos kamling, adanya kegiatan me-ronda, mengadakan acara keagamaan bersama, dan lain lain.

Ingatkah kita dengan kasus Prita Mulyasari yang dengan hukum yang menjeratnya, lalu masyarakat kita dengan tak teganya melihat kondisi Prita saat itu akhirnya mengadakan penggalangan dana demi membantu membayar denda yang dialamatkan kepada Prita. Ataupun aksi "1000 Sandal untuk Aal", yang dilakukan karena ketidak tegaan kepada seorang anak berumur 17 yang terjerat hukum akibat mencuri sepasang sandal jepit. Adapun juga aksi "Koin untuk KPK" yang semuanya dipelopori oleh inisiatif masyarakat yang memiliki jiwa sosial.

Moderenisasi dan Globalisasi yang mencampur baur dengan kehidupan manusia saat ini tak terkecuali Indonesia, membuat semangat gotong royong itu mulai terkikis. Orang-orang mulai nyaman dengan dengan hidup individualis, bahkan dalam kehidupan bertetangga pun ada masyarakat yang enggan untuk saling mengeenal dan memilih untuk hidup tertutup serta enggan bersosialisasi.

Seperti pada paham "kekeluargaan", paham "gotong royong" ini jauh lebih luas, oleh karena itu "gotong royong" dapat berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. "gotong royong" dapat merangkul segala lapisan masyarakat. Negara manapun, untuk mencapai titik kemakmurannya haruslah melibatkan berbagai golongan masyarakat.

Harapannya adalah, dengan kehidupan yang dinamis ini "gotong royong" harus selalu dipertahankan, dalam kehidupan bernegara, bahkan yang lebih kecil lagi, di dalam berkelompok, kehidupan bertetangga, maupun di dalam keluarga. Ingatlah bahwa kita tak hidup sendirian, dan pasti membutuhkan orang lain.

Sebagai penutup, saya ingin memberikan satu fakta lagi yaitu saat Ir. Soekarno merumuskan pancasila, beliau mengatakan bahwa dari Lima Usulannya mengenai Pancasila, dapat diperas lagi menjadi Tiga (Tri Sila) dan akhirnya jika diperas lagi menjadi Satu (Eka Sila) maka dia mendapatkan istilah asli Indonesia, yaitu "Gotong Royong". Begitulah beliau menganggap bahwa memang "Gotong Royong" ini berarti besar bagi bangsa ini, dan beliau melihat ini sebagai satu Identitas Bangsa yang harus terus dijaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun