Mohon tunggu...
Sigith Prabowo
Sigith Prabowo Mohon Tunggu... -

i'm the master of my fate, and i'm the captain of my life [Nelson Mandela]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hidup baru di jogja [Kisah Gadis Purnama]

30 Juni 2011   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:03 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

malam masih menyelimuti kota itu ketika sasya menginjakkan kaki di kota baru nya. bahkan masih jauh menuju fajar menjelang. tetapi tidak sedikitpun membuat sasya menjadi takut menjalani kehidupan baru di kota yang baru. terutama setelah kepergian gusti. sang terkasih.

dirapatkannya sweater yang dikenakannya untuk mengusir dinginnya malam di kota ini. Jogja memang sedang memasuki musim kemarau yang membuat malam terasa sangat amat dingin. dan di Jogja inilah sasya akan mencoba melanjutkan hidupnya. hidup baru dengan orang-orang baru.

diliriknya jam tangan di pergelangan kirinya. 02.00 WIB. sesekali dia mengecek HP nya, kalau-kalau temannya sudah menghubunginya. dan benar saja, sebuah pesan masuk dari temannya yang mengatakan bahwa ia sudah ditunggu di depan stasiun. dalam hati sasya bersyukur memiliki sahabat yang mau membantunya di kala duka seperti ini.

sepeda motor bebek dina, sahabat sasya yang bekerja di salah satu mall di kota gudeg ini, memecah kesunyian malam menembus dinginnya udara jogja. meluncur menuju seputaran kali code. melewati gang kecil dan rumah berhimpit-himpitan satu dengan yang lain. mungkin secara kasar bisa dikatakan bahwa jika tetangga mendengkur sedikit saja, kita bisa mendengarnya. fenomena kota yang ramai akan pendatang.

setelah memarkir sepeda motor kesayangan, dina mempersilakan sasya masuk ke kamarnya yang hanya berukuran 3x3 meter. memang sasya bukan tergolong orang yang kaya raya, tetapi cukup berada. hidup dalam keadaan serba terbatas seperti ini menjadi hal baru buatnya yang terbiasa hidup nyaman di bandung, kota kelahirannya. setelah menyusun barang bawaan yang hanya sebuah koper kecil dan tas punggung, dina dan sasya bersiap untuk tidur dan menyambut esok.

rasanya baru saja sasya terlelap, setelah semalaman dia hanya bisa menangis di kereta,  mentari sudah mulai mengintip dari sela-sela ventilasi kamar dina. saat ia melihat sekelilingnya, hanya dia sendiri berada di kamar itu. dina sudah berangkat bekerja. dan secarik pesan untuk sasya tertempel di monitor PC yang mengatakan agar beristirahat saja hari itu dan jika ingin makan di depan ada warung makan.

ah, betapa baiknya sahabatnya ini, pikir sasya.

setelah berberes dan mandi, sasya ingin berjalan-jalan di sekitar kos-an dina. karena berdiam diri di kamar tidak akan membuatnya tenang. lagipula dia belum sarapan.

setelah menikmati sepiring nasi gudeg di depan gang, sasya berniat untuk berkeliling jogja. sekedar melepas kejenuhan. dia masih ingat jika berkeliling jogja cukup menggunakan trans jogja, seperti yang  dia lakukan 2 tahun lalu saat mengunjungi dina.

hari pun mulai beranjak senja. saatnya sasya kembali ke kos dina untuk kemudian menyusun sebuah rencana hidup ke depan. menjalani hidup baru.

baru saja kakinya melangkah beberapa langkah, sekumpulan lelaki bertampang sangar menghalangi jalannya untuk menggoda. surut sudah hati sasya melihat keadaan tersebut. dengan tertunduk dia terus berjalan menerobos kumpulan tersebut. dan rangkaian nada manusia bersuit pun menghiasi sore sasya. dan secara tidak sengaja dia melihat sesosok wajah yang membuatnya beku untuk sesaat. hanya sesaat. karena sasya sadar bahwa dia berada di dunia nyata. bukan mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun