Mohon tunggu...
Sigith Prabowo
Sigith Prabowo Mohon Tunggu... -

i'm the master of my fate, and i'm the captain of my life [Nelson Mandela]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahagia Itu Sederhana

19 Desember 2012   10:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:22 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

setelah lama gak nulis, tiba-tiba sore ini saat nungguin hujan yang lagi main-main di luar gedung kuliah jadi pengen nulis lagi di kompasiana. hehehehe.

banyak orang mengeluhkan diri mereka tidak bahagia. atau mereka mengatakan bahawa mereka akan bisa bahagia jika memiliki ini-itu, atau ke sana-kemari, dan sebagainya. tapi, tahukah kalian wahai teman-teman, bahwa bahagia itu sederhana? tergantung bagaimana kita bisa menikmatinya. sebuah contoh : seorang teman merasakan tidak bahagia saat dia bisa berlibur keliling dunia dengan segala kemewahan yang dimilikinya. atau seorang ternama yang tidak bahagia dengan pernikahannya karena istrinya ini-itu lah. padahal istrinya cantik jelita.

lalu apa yang memuat bahagia? atau sebelum ke sana, apa itu bahagia?

menurut wikipedia, bahagia adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kebahagiaan berasal dari kata bahagia yang berarti keadaan atau perasaan senang dan tentram atau bebas dari segala yang menyusahkan. Kebahagiaan sendiri memiliki arti kesenangan dan ketentraman hidup atau lahir batin, keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin

nah, jadi jika kita merujuk dua definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahagia itu adalah sebuah perasaan senang dan tidak merasa susah. intinya ada bagaimana kita merasa.

karena bahagia itu sebuah perasaan, maka semua tergantung pada apa yang kita rasakan. orang bisa merasa tidak bahagia berlibur di luar negeri, padahal orang lain akan mengatakan bahwa dia bahagia. tetapi kenyataannya bertolak belakang. dia tidak bahagia karena ada yang "nyangkut" di hatinya.

mari bandingkan dengan keadaan saya dan teman-teman. kami bisa berbahagia tanpa harus bisa ke luar negeri, makan di restoran mewah, atau memiliki barang mewah lainnya. kami bisa cukup bahagia dengan hanya makan ubi cilembu dan sebungkus cilok (cemilan khas bandung). atau kami bisa jalan-jalan keliling pusat penjualan baju bekas hanya sekedar melihat-lihat jaket atau sekedar berjalan-jalan ria. kami bisa bahagia walaupun lelah mendaki gunung serta berbasah-basah ria di gunung yang dingin.

jika melihat dari kacamata normal, apa sih nikmatnya makan ubi dan cilok dengan modal 15ribu berempat? atau apa sih enaknya muter-muter tempat penjualan baju bekas? capek doank dan sulit mencari barang yang bagus. tetapi, kami bahagia dengan hal kecil tersebut.

bagi saya dan teman-teman, bahagia itu tergantung bagaimana kita menikmati apa yang kita dapatkan, sekalipun itu hal kecil. orang bisa tidak bahagia dengan kemewahannya tetapi kami bisa bahagia dengan keterbatasan kami. karena cara kami menikmati berbeda-beda.

so, apa yang membuat kompasianer bahagia? apakah menurut kalian Bahagia itu sederhana? seperti kami?
salam kompasiana ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun