Mohon tunggu...
Sigith Prabowo
Sigith Prabowo Mohon Tunggu... -

i'm the master of my fate, and i'm the captain of my life [Nelson Mandela]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

obrolan diam [kisah gadis purnama]

14 Agustus 2011   16:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:47 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

sapaan itu terasa hangat di telinga sasya. seakan dia sudah mengenal suara itu bertahun-tahun. menghayati setiap nada yang keluar dari diri lelaki itu. lelaki yang hanya bisa membuatnya terdiam dan membisu. tidak bisa mengungkap kebenaran di hati nya.

ingin hati teriak dan berlari menjauh. menghilang dari semua ini. tapi apa daya hanya inilah tujuan sasya selanjutnya. kota yang panas ini.sepanas hatinya yang bergolak karena kehadiran sosok pria itu. pria dari masa lalunya. dan sasya hanya bisa pasrah menerima kenyataan ini.

setengah jam berlalu hampa tanpa kata-kata apalagi sebuah obrolan yang renyah. hanya suara kendaraan yang lalu lalang di luar gang yang menemani keheningan sore itu. keheningan yang menciptakan sebuah ruang gugup. menghantarkan pesan-pesan hanya melalui tatapan mata yang malu-malu, juga melalui gerakan-gerakan kecil yang menunjukkan si pemilik gerakan tidak tau harus berbuat apa.

menikmati, hanya itu yang bisa dilakukan saat ini. tiada pilihan yang sempurna untuk saat ini.

akhirnya Yagi membuyarkan lamunan sasya. yagi, sasya masih terpesona dengan nama itu. entah apa yang membuatnya terpesona. mungkin suara nya yang membuat sasya terpesona. atau mungkin tatapan matanya yang sayu itu. ataukah sikapnya yang dingin? ah, entahlah....setiap bagian dari dirinya memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi sasya.

mungkin bukan sebuah obrolan panjang, tetapi cukup untuk membuat sasya terdiam membisu beberapa saat. hanya terpaku memandangi punggung yagi yang berlalu meninggalkan tempat mereka berbincang tanpa kata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun