Mohon tunggu...
Muziatun Mukadji
Muziatun Mukadji Mohon Tunggu... Dosen - Ordinary Human

Inexplicable

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nyambi

31 Mei 2024   15:39 Diperbarui: 31 Mei 2024   16:07 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu saya terlibat sebuah percakapan yang cukup menarik dengan salah satu rekan yang kebetulan juga adalah pimpinan saya di Fakultas -- kami adalah dosen dengan status Aparatur Sipil Negara (baca: PNS bagi sebagian orang yang susah move on) di salah satu universitas negeri di ibukota provinsi tercinta ini, Gorontalo.

Kebetulan pula beliau adalah senior saya setahun ketika menimba ilmu di jenjang S1 diawal tahun 2000an  -- kami begelar S.Pd (Sarjana Pendidikan), alumni di universitas tempat kami bekerja kini. Gelar S2 dan S3 kamipun kami peroleh di negara Kangguru; Australia, walau bertautan waktunya dan dengan gelar yang berbeda -- beliau berfokus dalam bidang pendidikan; M.Ed, dan saya applied linguistics; M.App.Ling (Master linguistik terapan yang terkadang disangka orang-orang "Master Aplikasi Lingkungan").

Untuk gelar Ph.D (bahasa Inggris: Doctor of Philosophy), saya lebih senior beberapa tahun dari beliau, karena saya lulus dan resmi menyandang gelar tersebut ditahun 2017, sedangkan beliau ditahun 2020.

Anyway, percakapan kami tersebut lumayan singkat, namun gaungnya didalam hati dan fikiran saya  begitu besar bak kenangan mantan pacar yang tak kunjung hilang meskipun telah bertahun-tahun termehek-mehek untuk dilupakan -- yah saya tak yakin ada pribadi yang mudah melupakan seseorang, terlebih lagi jika seseorang tadi adalah sosok yang telah banyak menemani kita melewati lembar demi lembar memori hidup, meskipun hal itu subyektif depends on each person personality.

Paulo Coelho, seorang novelist dan intelektual berkebangsaan Brazil yang fikirannya menjadi fenomenal sepanjang masa karena paling banyak dibaca dan dicari orang di seantero dunia -- kita bisa dengan mudahnya menemukan quote-quotenya di mesin pencari Google, pernah berkata "I think it's important to realize you can miss something, but not want it back.".

Terjemahannya bisa dipahami bahwa sebagai manusia ada masa dimana kita bisa saja merindukan dan mengenang sesuatu, seseorang, sebuah tempat ataupun sebuah momen yang telah usai. Namun bukan berarti kita harus kembali ke masa itu, maupun memilikinya kembali.

Kembali ke laptop! Percakapan singkat kami itu membahas tentang teman-teman kuliah kami yang pada umumnya telah menjadi guru bahasa Inggris di sekolah-sekolah yang tersebar di seluruh wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo. Beberapa diantaranya selain berprofesi sebagai Guru Bahasa Inggris, juga nyambi berbagai usaha lainnya.

Ada yang menjadi pengusaha tambak udang di area Pohuwato, menjadi pengusaha bunga, pemilik usaha simpan pinjam, pedangang sukses, pemilik rumah makan, sopir Grab dan lain sebagainya.

Nyambi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata "sambi" yang diserap dari bahasa Jawa. Ada dua makna kata "menyambi", yang pertama dapat diartikan sebagai melakukan pekerjaan lain di samping pekerjaan pokok pada waktu senggang.

Sementara makna kedua adalah melakukan kegiatan rangkap. Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua unsur utama pada kata "menyambi": (1) pekerjaan dan tanggung jawab inti/utama/pokok (2) pekerjaan tambahan/sampingan/bukan utama.

Jika ditilik lebih lanjut, berbagai usaha sampingan teman-teman kami ini tidak berkaitan dan bersinggungan langsung dengan "Bahasa Inggris" yang merupakan gelar akademik akhir mereka -- profesi utama. Bisa diasumsikan bahwa tingkat kreatifitas mereka sangatlah tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun