Materi ini diambil dari Buku Kuliah Akhlak Tasawuf (Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail) Tema "Triologi Ajaran Islam (Iman)".
Iman, sebagai konsep yang mendalam dalam agama Islam, memiliki akar etimologis yang mencerminkan makna keamanan, kepercayaan, dan ketenangan jiwa. Artikel ini akan menjelaskan etimologi iman, komponen iman, serta dampak dosa besar terhadap iman dalam konteks pemahaman ulama.
Etimologi Iman
Iman berasal dari akar kata "ali, mim, dan nun" yang melahirkan kata "al-amin," artinya aman atau rasa aman. Sebagai lawan dari al-khawef yang berarti takut atau cemas. Huruf akar tersebut juga membentuk kata "al amanah" yang berarti dapat dipercaya dan merupakan lawan dari "al-khiyanah" yang berarti khianat. Secara bahasa, iman berarti "al-tasdiq," yaitu membenarkan, dan merupakan lawan kata "al-taktib" yang berarti mendustakan.
Perspektif Al-Raghib al-Isfahani
Menurut al-Raghib al-Isfahani, iman berasal dari kata "al-amn," yang berarti ketenangan jiwa. Iman tidak hanya menciptakan rasa aman pada dirinya sendiri, tetapi juga pada orang lain. Iman menumbuhkan sifat amanah dan kepercayaan. Ibn Manzhur menyatakan, "Iman itu amanah, tidak beragama bagi orang yang tidak amanah."
Iman dan Pola Hidup Terpuji
Iman menggambarkan pola hidup terpuji dengan memantapkan jiwa pada kebenaran dan membenarkan ajaran Rasulullah. Iman terdiri dari tahqiq bi al-qalb (mengokobkan iman di dalam hati), iqrr bi al-lisan (menyatakan keimanan secara lisan), dan lomal bi al-jawarily (melakukan ajaran agama dengan anggota badan).
Iman dan Dosa Besar
Meskipun seseorang melakukan dosa besar, itu tidak membuatnya keluar dari koridor keislaman. Dosa besar menurunkan kualitas iman, namun tidak menghilangkannya sepenuhnya. Ulama ahli sunah waljamaah menyatakan bahwa dosa besar menyebabkan al-fisq (retaknya kualitas iman), bukan kekafiran mutlak.