Mohon tunggu...
Inazum
Inazum Mohon Tunggu... wiraswasta -

chemical engineer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metamorfosis Manusia

16 Februari 2015   14:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada moment tertentu manusia berada pada sebuah titik yang bukanlah sebenarnya manusia. Kapan itu? Dimana itu? Bagaimana itu? Apa itu? Dan Mengapa itu? Tak ada yang tahu. Yang tahu hanyalah manusia itu sendiri atau malah bukan, entahlah siapa yang tahu atau tidak, bukanlah hal yang penting.

Yang terpenting adalah bagaimana manusia bisa bermetamorfosis dari satu moment ke moment yang lain, dari satu titik ke titik yang lain tanpa ragu dan mantap, bahwa apa yang sedang ditempuh merupakan sebuah proses pertarungan akan sebuah metamorfosis yang layak.

Metamorfosis sendiri juga merupakan sebuah moment, dan pada moment inilah terjadi pertarungan di dalam diri manusia itu sendiri. Pertarungan yang melawan diri sendiri, pertarungan yang harus memilah dan memilih mana harus diambil dan mana harus dibuang.

Pada moment metamorfosis ini manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa pada moment sebelumnya dirinya bukanlah manusia yang meghewakan hewan, mengetumbuhankan tumbuhan, memalaikatkan malaikat, menyetan setan, memanusiakan manusia dan yang terpenting dari semuanya adalah menuhankan tuhan.

Pada moment sebelum metamorfosis ini manusia sering mencampuradukan antara satu dengan yang lain setiap sifat di atas dan tak jarang dengan berbagai sifat yang lain yang entah dari mana asalnya. Lebih parahnya manusia tidak sadar hal yang dilakukannyha bukanlah yang selayaknya manusia lakukan.

Bisa dibilang metmorfosisi merupakan sebuah kondisi yang mana manusia “dimasak” agar bisa menjadi “makanan” yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Makanan yang benar-benar makanan yang tidak hanya menarik secara penampilan sehingga menggugah selera, tetapo juga secara rasa dan kandungan gizinya. Dalam membuat makanan semacam itu hal yang terpenting adalah bagaiama cara membuatnya, dan untuk manusia, ya bagaimana masa metamorfosisnya. Apakah bisa bertahan dari segala godaan atau malah keluar dari “kawah codrodimukonya” dan mengikuti arus deras kehidupan yang tidak berujung arah dan tujuannya.

Bukanlah bahan makanan yang menjadi penentu kualitas dari sebuah makanan, karena pada dasarnya semua bahan apapun memiliki potensi yang sama untuk dirubah menjadi makanan yang layak dan benar-benar layak untuk dihidangkan dan dinikmati. Sepertihalnya bahan makanan tersebut, setiap individu manusia memiliki kamampuan dan kemauan untuk bermetomorfosis. Hanya saja, faktor kemauan inilah yang sering menjadi batu sandungan manusia untuk maju. Karena kemauan itu bisa naik turun tidak setabil, tergantung dari seberapa besar pengaruh lingkungan dan kemauan internal dari si individu manusia.

Ada satu hal lagi yang bisa mempengaruhi masa metmorfosis manusia, yaitu bagaimana kondisi dari metamorfosis itu sendiri. Ibarat dalam dunia masakan sebagaimana sebelumnya, kemampuan seorang koki merupakan sebuah hal yang sangat penting. Karena kemampuan kokilah yang bisa menjadikan bahan makanan yang biasa-biasa saja menjadi makanan yang pantas dan pas untuk dihidangkan. Namun tetap saja manusia dan bahan makanan itu  berbeda. Oleh karenanya untuk manusia, manusia itu sendirilah yang menjadi pusat dari semua tindakannya, selain campur tangan Sang Maha Penentu.

Itulah semua beberapa hal mendasar dari manusia yang ingin menjadi manusia yang sesempurnanya manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun