[caption id="attachment_248336" align="alignleft" width="960" caption="Pertanyaan Pedas dari Pemilih buat Kandidat dalam Sesi Kampanye Singkat Sebelum Acara Pemilihan Dimulai."][/caption] [caption id="attachment_248330" align="alignleft" width="960" caption="Ngantri Dulu Sebelum Mencoblos atau Manyontreng."]
Hari Minggu, 14 April 2013 di sepanjang arealSekolah Indonesia Singapura baik itu di dinding, pintu, jendela, ataupun di mana saja tempat yang bisa diakses oleh manusia dilekati dengan sebuah poster surat suara yang tertera tiga orang kandidat yang sedang bertarung dalam perebutan sebuah kursi jabatan tertinggi. Sejenak, kita diingatkan bahwa pada hari itu ‘Pemilu 2014’ telah berlangsung di sekolah itu. Tapi, jangan kaget! ‘Pemilu’ itu adalah pemilihan yang tidak memilih wakil rakyat yang duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), melainkan pemilihan yang akan menentukan PLRT mana yang layak untuk menduduki kursi jabatan sebagai ketua Himpunan Penata Laksana Rumah Tangga Indonesia di Singapurauntuk masa jabatan 2013-2015 yang akan membawahi 120 ribu PLRT di Singapura.
Pilket (Pemilihan Ketua) ini berjalan dengan lancar dan aman dengan mengadobsi model yang sama persisis dengan model Pemilu (Pemilihan Umum) —di mana setiap pemilih diwajibkan untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada Panitia Pilketdan selepas memilih mereka harus cap jari dengan tinta sebagai bukti bahwa mereka telah memilih.
Sebelum hari pemilihan berlangsung, masing-masing kandidat dengan penuh semangatnya berkampanye melalui Facebook untuk mencari penyokong dengan membentangkan background yang dimiliki, visi, dan misi untuk memikat hati para pemilih. Dari hasil kampanye ini jelas terlihat bahwa para PLRT di Singapura telah begitu matang dalam penerapan ‘pemilu’ yang bersifat demokratik. Walaupunsewaktu berkampanya di Facebook ada penyokong yang sampai terbawa emosi dengan memojokkan kandidat yang tidak disokongnya, ketiga orang kandidat tidak terpancing sedikitpun untuk memicu keadaan menjadi panas. Al hasil inilah demokrasi ala PLRT yang patut diacungi jempol dan layak untuk dijadikan role model dalam Pemilu 2014 nanti.
Sebelum acara penyontrengan atau pencoblosan dimulai, acara pembentangan visi dan misi oleh masing-masing kandidat dilakukan sekali lagi di depan para pemilih, bahkan yang menariknya kampanye singkat di tempat pemungutan suara yang berlokasi di Hall Sekolah Indonesia Singapura juga ikut digelar. Dalam kampanye ini, ketiga kandidat dihujani dengan pertanyaan-pertanyaan yang super pedas dari para pemilih yang begitu kritis. Pokoknya, inilah Pesta Demokrasi PLRT yang benar-benar demokratik. Dan alangkah baiknya jika tokoh-tokoh politik di Indonesia mau menoleh dan mengambil pelajaran dari Pesta Demokrasi Pemilihan Ketua HPLRTIS ini.
Bapak Andri Hadi selaku Duta Besar untuk Singapura juga ikut menyaksikan prosesi ini, bahkan beliau diberi kesempatan untuk membacakan hitungan suara yang diperoleh bagi ketiga kandidat.
Catatan Panitia Pemilihan ketua menyebutkan bahwa:Jumlah pemilih yang terdaftar sebanyak 448 suara, jumlah pemilih yang memilih sebanyak 370 suara, jumlah pemilih yang abstain sebanyak 6, dan 2 suara dinyatakan nitip. Dari hasil penghitungan suara, Muzalimah Suradi memperoleh 179 suara, Supriyatin atin memperoleh 96 suara, dan Anny Susanti memperoleh 87 suara.
Dengan begitu bahwa yang layak untuk menyandang gelar Ketua HPLRTIS adalah Muzalimah Suradi, Atin Supriyatin sebagai Sekretaris, dan Anny Susanti sebagai Bendahara.
Sebenarnya jumlah pemilih bisa melebihi angka yang terdaftar, karena pada hari itu banyak PLRT yang mengikuti kegiatan-kegitan lain di tempat lain yang sama waktu, jadi terpaksa mereka tidak mengeluarkan hak suaranya. Namun apapun yang terjadi, Pemilihan Ketua HPLRTIS kali ini layak diacungi jempol. Dan event tersebut merupakan bukti bahwa semangat Kartina benar-benar tertanam di jiwa-jiwa PLRT Indonesia di Singapura.
Pesta Demokrasi Pemilihan Ketua HPLRTIS berjalan sukses berkat fasilitas yang diberikan oleh KBRI Singapura dan Sekolah Indonesia Singapura, namun yang tak kalah penting adalah kematangan para PLRT akanarti sebenar dari definisi “apa itu demokrasi ?”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H