Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang perilaku abnormal dibandingkan studi terhadap gangguan mental (atau psikologis). Psikologi abnormal adalah studi yang berfokus pada perilaku abnormal,Para pendukung humanisme menekankan bahwa pola kognitif dan tindakan membatasi perilaku dan emosi manusia pada serangkaian rangsangan dan respons. Namun demikian, manusia memiliki emosi, kebutuhan, kondisi, ciri khas yang kompleks, dan sebagainya. Oleh karena itu, sangat penting untuk menangani masalah psikologis orang menggunakan strategi yang komprehensif. Cakupan analsis semiotik perilaku abnormal pada film Black Swan akan ditelaah dalam pembahasan ini.
Karakter seorang Nina Sayers berperan sebagai protagonis yang menggambarkan perilaku abnormal dan gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Seperti penderita skizofrenia pada umumnya yang dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Film ini menceritakan kehidupan seorang penari berusia 28 tahun yang hidup berdua dengan ibunya yang overprotektif. Saat ini nina sedang  mempersiapkan pertunjukan Swan Lake  untuk memainkan peran ganda angsa putih dan angsa hitam. Nina berhasil meyakinkan Leroy dalam hal penampilannya sebagai angsa putih, tetapi tidak sebagai angsa hitam. Namun, dia mengantongi peran utama. Seiring berjalannya waktu, Nina mendapati dirinya hancur dalam menghadapi halusinasi yang aneh. Namun, Nina diberi kesempatan untuk memainkan peran itu, dan dia menerima standing ovation dari kerumunan. Tapi dia perlahan menyadari bahwa halusinasinya telah tumbuh lebih kuat dalam memainkan peran angsa putih yang bunuh diri, Alhasil Nina menerima banyak apresiasi dari penonton. Meskipun demikian, kebenaran terungkap dan dia berakhir dengan kinerja yang sempurna, mewujudkan peran itu secara ekstrem.
Ibu Nina telah mengabdikan hidupnya untuk memastikan kesuksesan putrinya sebagai balerina. Kesuksesan Nina adalah kesuksesan Ibunya, memberikan tekanan besar pada Nina dan terus-menerus menghajar Nina ketika dia tidak memenuhi harapannya. Kemungkinan adanya hubungan genetik dengan skizofrenia dari bentuk kondisi psikologis yang menyebabkan sejumlah besar stres antara anak dan ibu yang dapat menjadi pemicu episode psikotik, jika individu tersebut cenderung memiliki Keyakinan tetap bahkan dengan bukti yang bertentangan. Skizofrenia menyebabkan perilaku "menyelesaikan" yang tidak akan dilakukan dalam pola pikir "Normal" dan tanpa bantuan profesional bisa menyebabkan bunuh diri pada saat berhalusinasi.
Sebagai kesimpulan, Hubungan antara orang tua dengan anak yang tidak serasi dapat menimbulkan abnormalitas terutama masalah atau gangguan tertentu pada seseorang. Perkembangan individu pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional, sosial dan intelektual. Suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal, psikologi abnormal sangat berhubungan dengan gangguan psikologis. Tidak bisa menjalin relasi normal dengan keluarga disertai perlindungan dan kasih sayang, maka anak tersebut menjadi tidak mampu mengadakan hubungan antar manusia yang normal dengan manusia lainnya pada usia dewasa. Dalam pengaturan kehidupan nyata, humanisme, sebagai elemen terapi, juga dapat bermanfaat bagi banyak pasien. Orang cenderung membutuhkan dukungan dan pemahaman keluarga mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H