Mohon tunggu...
muzaki
muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa PMM4 USK Menyelami Kota Tua Banda Aceh untuk Pemahaman Mendalam akan Sejarah dan Budaya

2 Maret 2024   20:45 Diperbarui: 2 Maret 2024   20:53 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.28 Mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ke-4 (PMM-4) di Universitas Syiah Kuala (USK) telah melakukan kunjungan ke Kota Tua yang berada di Banda Aceh pada hari Sabtu, 02 Maret 2024, mereka di pandu oleh Dosen Modul Nusantara, Dr. Irfan Zikri serta didukung oleh dua Liaison Officers Mahasiswa USK, yaitu Muhammad Rizki Rahmadani dan Syarifah Fathimah Azzahra.

Kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran Modul Nusantara yang bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang sejarah dan budaya di wilayah Aceh. Kota Tua Banda Aceh dipilih sebagai destinasi utama yang dikunjungi karena kaya akan warisan sejarah dan budaya yang dapat memberikan wawasan baru bagi para Mahasiswa. Dr. Irfan Zikri , Dosen Pembimbing Modul Nusantara PMM4 USK Kelompok Seulanga menyampaikan "kalian disini belajar sejarah dan budaya Kota Tua Banda Aceh yang nantinya kalian akan dibagi dua kelompok setiap kelompok akan dipandu oleh petugas disini yaitu bapak Teto".

Sebelum menjelajahi kota tua banda aceh para mahasiswa berkumpul terlebih dahulu untuk dibagi menjadi dua kelompok dan diberikan arahan mekanisme penjelajahan. Selama kunjungan, para mahasiswa diajak untuk mengunjungi berbagai tempat dan objek wisata yang berada di Kota Tua Banda Aceh seperti Taman Sari/Bustanussalatin, Gunongan, Sentra Telpon Belanda, Taman Putroe Phang, Meuligoe, Gedung Juang, Kompleks Rumah Indies, Kandang XII dan Water Toren.

"Dengan diadakannya kegiatan ini kita mendapat ilmu baru dan pengalaman baru bahwa betapa jayanya kerajaan di Aceh ini sebelum adanya kedatangan dan penjajahan oleh kolonial Belanda" Ujar Muhammad Ikhwan Mahasiswa Universitas Hamzanwadi, Lombok.

Mahasiswa memulai kunjungan ke Taman Sari atau yang lebih dikenal dengan Bustanussalatin, Mereka diberikan wawasan terkait sejarah dan perkembangan Bustanussalatain. Taman ini merupakan salah satu kawasan ruang terbuka hijau sekaligus tempat bersejarah di Banda Aceh. Kawasan taman ini dulunya dinamakan Taman Ghairah yang dibangun Sultan Iskandar Muda dengan maksud menjadikan Banda Aceh Darussalam sebagai Taman Firdaus.

Setelah Bustanussalatain, kunjungan dilanjutkan ke Colonial Water Toren atau menara air. Menara air tersebut merupakan peninggalan sejarah Belanda yang didirikan pada masa pendudukan Belanda Aceh yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan perindistribusian pada masa penjajah kolonial Belanda baik untuk keperluan pemerintah ataupun masyarakat. Dari segi arsitekturnya bangungan tersebut memiliki ciri khas tersendiri yaitu memeliki pola yang simetris dan berwarna putih.  

Lanjut lokasi ke-3 yaitu Komplek Makam Kandang XII yang merupakan makam keluarga Sultan pada masa Kesultanan Aceh abad ke-16. Pak Teto menjelaskan "Pemberian nama kandang 12 tersebut berdasarkan dari jumlah makam, pemakaman yang diperkirakan sejak tahun 1500 masehi (M) hingga 1580 masehi itu. Hikayat Aceh tidak menyebut nama pemakaman Sultan Aceh tersebut kandang 12, melainkan dengan nama kandang Bait Ar Rijal" Ujarnya. Dalam bahasa Aceh adalah makam, dalam bahasa Kerajaan adalah baitul Rijal. "yang bikin menarik adalah kerajinan ukiran batunya yang terkenal sampai ke seluruh penjuru Dunia" lanjut Pak Teto.

Komplek Belanda lokasi ke-4 setelah Makam Kandang XII, Rumah yang dibawa oleh Belanda masuk ke Indonesia yang menyesuaikan Iklim setempat. Dulunya rumah panggung dengan jendela besar dan atap curam.

Lanjut ke Gedung Juang lokasi ke-5 yang dulunya merupakan kawasan keuangan Belanda dan setelah Indonesia merdeka dijadikan kantor Peteran "yang bikin menarik adalah Urep Saree Matee Sjahid Hidup Bersama Mati Syahid" Ujar Pak Teto. Serta digedung juang tersebut banyak makam karena dulunya adalah kawasan Keraton.

Setelah Gedung Juang, Perjalanan dilanjutkan ke Kantor Gubernur, dulunya sebagai tempat tinggal Gubernur Belanda, bentuknya masih sama dan sekarang menjadi tempat tinggal Gubernur Aceh.

Lokasi ke-7 Pinto Khop dibangun pada Tahun 1920 Masehi atau Taman Putroe Phang yang menghubungkan antara Taman Raja dengan bangunan kerajaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun