Pengalaman Menjadi Orang Bodoh
Dulu, sewaktu SMA saya bisa dibilang super rajin. Selalu mengerjakan PR. Selalu belajar setiap malam selepas Magrib, walau besoknya tidak ada tugas atau ujian. Selalu, setiap hari seperti itu. Bahkan malam minggu pun.
Waktu itu, saya selalu beranggapan bahwa sedikit demi sedikit, lama-lama akan menjadi bukit. Atau peribahasa yg lain semacam rajin pangkal pandai. Alhasil, nilai rapot saya selalu diatas 8 koma. Selalu mendapatkan tempat di lima besar sekelas. Bahkan, saat semester pertama kelas X, saya meraih posisi keempat dari 240 siswa. Itulah hasil yang saya dapatkan, karena selalu mengerjakan hal-hal kecil setiap hari.
Dan, karena ke-rajin-an itulah saya bertanya-tanya dalam hati, mengapa mereka yg orang tuanya kaya, tapi malah tidak pernah belajar? Apa penyebab semua itu? Apa yg menyebabkan mereka malas dan tidak pernah mempunyai minat dalam pelajar yg diajarkan? Mengapa dan mengapa.
Sama seperti Bang Andrea Hirata, saya selalu tertarik menjadi semacam 'life observer'. Saya senang mengamati kehidupan sejak menemukan fakta bahwa orang tidak seperti bagaimana mereka tampaknya. Saya suka mempelajari motivasi orang.
Maka, timbullah deretan mengapa tersebut. Seiring waktu berlalu. Saya merasakannya sendiri. Menjadi orang bodoh versi orang lain. Maksudnya, menjadi siswa bodoh yg selalu tertinggal pelajaran. Dan dianggap bodoh oleh teman lain. walau saya selalu menganggap diri ini tidak bodoh.
Jawabannya ternyata, saya tidak peduli dengan apa yang di sampaikan dosen. Tidak peduli dengan mata kuliah yg saya ambil. Tidak peduli dengan
Selalu memunculkan pertanyaan, mengapa saya harus mempelajari hal yang tidak saya sukai. Tidak ada alasan untuk bersungguh-sungguh mengerjakan materi kuliah. Dan alasan lain yang membikin diri ini menjadi bodoh. Berada di posisi seperti teman SMA saya dulu, saya adalah anak orang kaya dan saya tidak peduli dgn apa yg diajarkan di kelas. Tidak peduli dgn nilai. entah dapat A, B atau D terserah. Yang enting kuliah dan melakukan apa yg diperintahkan orang tua.
Alasannya, karena saya tidak menyukai jurusan yg saya pilih. Mungkin, kemungkinan besar mereka teman-teman SMA dulu yang tidak suka belajar dan tertinggal dalam kelas adalah mereka yang tidak menemukan jawaban mengapa mereka harus belajar matematika, mengapa mereka harus belajar Biologi dan lainnya.
Dan, bagaimana saya bisa keluar dari lingkaran setan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H