Ada satu hal yang menarik perhatian saya ketika melihat logo Presidensi G20 Indonesia, yaitu gambar motif batik Kawung dan Gunungan. Ternyata, ada makna filosofis tersembunyi di dalam logo tersebut. Seperti dilansir dari website resmi Presidensi G20 di Indonesia, motif batik Kawung mempunyai arti semangat menjadi lebih baik dan berguna bagi sesama. Sedangkan motif Gunungan, bermakna perpindahan babak menuju pemulihan ekonomi dunia lebih inklusif dan berkelanjutan.
Menurut sejarahnya, Gunungan Gapuran (Gerbang) berasal dari tradisi Jawa kuno telah digunakan pada masa pemerintahan Susuhan Pakubuwono II (tahun 1734 M). Disebut Gunungan karena bentuknya menyerupai gunung meruncing ke arah atas. Gunungan ini dalam legenda berisi mitos "sangkan paraning dumadi" artinya asal mula kehidupan di bumi, yang disebut juga "kayon". Kata "kayon" melambangkan semua tingkatan kehidupan yang terdapat di bumi.
Makna dari motif batik Kawung dan Gunungan dari logo tersebut, sejalan dengan salah satu isu penting Presidensi G20 yaitu pengembangan pembiayaan berkelanjutan melalui pembiayaan hijau (green financing). Ya, ada banyak isu penting yang akan dibahas dalam Presidensi G20 di Indonesia, salah satunya adalah mengenai green investment atau investasi hijau.
For Your Information, green investment adalah kegiatan penanaman modal yang berfokus kepada perusahaan atau prospek investasi yang memiliki komitmen kepada konservasi sumber daya alam, produksi serta penemuan sumber alternatif energi baru dan terbarukan (EBT), implementasi proyek air dan udara bersih, serta kegiatan aktivitas investasi yang ramah terhadap lingkungan sekitar (Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2018).
Sangat penting bagi Indonesia sebagai Presiden G20 untuk menerapkan langkah nyata yang dapat mendukung pengurangan emisi karbon sekaligus juga mendukung pemulihan ekonomi  akibat pandemi. Seperti meningkatkan investasi hijau untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Apalagi, potensi pembangunan berkelanjutan di Indonesia sangat besar, yaitu membutuhkan anggaran sebanyak Rp. 3461 triliun untuk mencapai target penurunan emisi karbon seusai target pada 2060.
Tidak hanya bagi perkembangan pembangunan berkelanjutan, pertemuan anggota G20 diikuti oleh banyak delegasi yang hadir dari berbagai negara secara langsung dapat mendongkrak citra, identitas dan memperbaiki reputasi Indonesia. Yang nantinya akan menarik tourist, trader dan investor (TTI) sehingga menghasilkan dampak ekonomi yang positif bagi Indonesia. Apa saja dampak positif lain dari presidensi G20 bagi perekonomian Indonesia?
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pelaksanaan pertemuan G20 akan menciptakan kontribusi Rp 7,4 triliun pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kemudian dalam sektor pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, menyatakan bahwa dengan terselenggaranya rangkaian kegiatan Presidensi G20 Â di Indonesia akan berkontribusi terhadap peningkatan wisatawan mancanegara sebesar 1,8 juta - 3,6 juta dan juga menciptakan peluang 600 ribu - 700 ribu lapangan kerja di sektor pariwisata.
Telah kita ketahui bersama bahwa Coronavirus Disease (Covid-19) pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China, kemudian menyebar di seluruh negara di dunia. Bahkan, World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi sejak 11 Maret 2020. Menurut data terakhir, total kasus Covid-19 global mencapai lebih dari 270 juta dengan korban meninggal dunia sebanyak lebih dari 5,3 juta.
Semua aspek kehidupan terkena dampaknya, tidak hanya krisis bagi kesehatan dan kemanusiaan tapi krisis ekonomi dan peningkatan kemiskinan. Banyak negara yang mengambil kebijakan lockdown dan social distancing sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Dengan diberlakukan pembatasan kegiatan di tengah masyarakat tentu saja membuat perkembangan kurang menguntungkan bagi perekonomian. Contohnya saja di sektor pariwisata yang mengalami penurunan. Merujuk data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi penurunan jumlah wisatawan mancanegara pada triwulan I tahun 2020, hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan. Penurunan terjadi karena adanya larangan penerbangan luar negeri yang telah diberlakukan.