Sudah tahukah kamu, kalau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) tidak menyetujui pendaftaran produk yang mencantumkan label "Palm Oil Free" atau "Bebas Minyak Sawit"? Dan mengapa Badan POM melakukan tindakan tersebut?
Yup! Beberapa tahun belakangan ini, muncul isu negatif (black campaign) terhadap industri kelapa sawit Indonesia. Termasuk maraknya pencantuman label "Palm Oil Free". Padahal, industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis Indonesia. Di tahun 2018 saja, nilai ekspor sawit mencapai US$ 17,89 Miliar dan berkontribusi hingga 3,5% terhadap Produk Domestik Bruto. Devisa yang diperoleh dari ekspor sawit sebesar US$ 20,54 Miliar.
Karena itu, untuk mengatasi isu negatif (black campaign) tersebut, Badan POM secara tegas tidak menyetujui pendaftaran produk yang mencantumkan label "Palm Oil Free" atau "Bebas Minyak Sawit". Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala Badan POM, Penny K. Lukito (21/08/2019) : "Butuh upaya bersama untuk menangani masalah ini (isu negatif terhadap industri kelapa sawit). Perlu dilakukan tindak lanjut berupa sosialisasi, penyebaran informasi dan edukasi secara efektif dan bersama-sama lintas sektor. Tak hanya kepada pelaku usaha tetapi juga kepada masyarakat luas."
Produksi Kelapa Sawit di Indonesia
Kelapa sawit (Elais Guineensis Jacq) sebagai tanaman penghasil minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit (palm kernel oil) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang hanya bisa tumbuh di daerah sekitar ekuator bersifat tropis dan basah (lembab, dengan RH -- 85%) dengan suhu berkisar 24-32 C sepanjang tahun, sinar matahari melimpah, curah hujan tinggi (~2,000 mm).
Wilayah Indonesia sangat cocok ditanami pohon kelapa sawit. Daerah penyebaran kelapa sawit di Indonesia terutama di daerah pantai timur Sumatera, Aceh, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia sebagai negara penghasil utama minyak sawit terbesar di dunia.
Merujuk data dari Oil World, penggunaan komoditas berbasis minyak kelapa sawit di pasar global terus meningkat mengalahkan industri berbasis minyak nabati lain. Mengapa demikian? Karena minyak sawit mempunyai karakteristik yang unggul dari tanaman lainnya. Misalnya kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati paling produktif di dunia. Data dari Journey to Forever menyebutkan bahwa satu hektare kebun kelapa sawit dapat menghasilkan hampir 6.000 liter minyak mentah. Jumlah yang sangat jauh jika dibandingkan kedelai dan jagung hanya menghasilkan sekitar 446 dan 172 liter per hektare. Kelapa sawit juga termasuk minyak nabati paling efisien karena menghasilkan 4 ton per hektare, jauh dibanding bunga matahari yang hanya 0,7 ton per hektare (selengkapnya lihat pada grafis).
Tak hanya untuk minyak goreng, manfaat minyak kelapa sawit sangat banyak  mulai dari bahan industri pangan seperti margarin, es krim, krimer dan pengemulsi dalam kopi. Bahan industri kimia contohnya bahan membuat detergen, sampo, sabun, pasta gigi, kosmetik (lipstik, bedak, skincare). Dan juga campuran bahan bakar nabati atau biofuel. Biofuel ini adalah energi alternatif ramah lingkungan dan sumber energinya dapat terus dikembangkan atau dapat diperbaharui (renewable resources).