Mohon tunggu...
Muyas Syaroh
Muyas Syaroh Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Emosi adalah anugerah, tapi tak bisa mengendalikan emosi jadilah musibah.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

“Gerdema” Inilah Metamorfosa Pembangunan Harapan Indonesia

30 November 2014   01:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku:Revolusi Dari Desa, Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat

Pengarang:Dr. Yansen TP., M.Si

Penerbit:PT Alex Media Komputindo

Tahun Terbit:2014

Jumlah Halaman:178 Halaman

Harga:Rp 54.800,-

Pembangunan adalah sebuah siklus yang tidak akan pernah berhenti. Sebagaimana yang terjadi dalam metamorfosa kupu-kupu yang tergambar dalam cover buku “Revolusi Dari Desa, Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat”. Buku ini merupakan hasil kajian doktoral Bapak Dr. Yansen TP., M.Si yang dipraktikkan selama beliau menjabat menjadi bupati di Malinau. Beliau merupakan pemimpin daerah sekaligus seorang intelektual yang mampu membawa Kabupaten Malinau sebagai satu-satunya kabupaten di Kalimantan yang meraih penghargaan dari Kemenkeu RI dalam bidang keuangan serta ekonomi. Loyalitas, tanggung jawab, dan kedisiplinan yang melekat pada Bapak Yansen menjadikan beliau sebagai sosok pemimpin yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat ini.

Konsep yang terkandung di dalam buku ini searah dengan arti pembangunan yang sesungguhnya, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dapat dikatakan inilah sebuah gerakan nyata sebagai implementasi dari peraturan pembangunan yang ada di Indonesia untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Inilah harapan pembangunan Indonesia yang sesungguhnya.

Buku ini membahas tuntas tentang sebuah gerakan pembangunan di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara yang diberi nama “GERDEMA” yaitu Gerakan Desa Membangun. Terdiri dari 7 bab yang saling berkaitan dan berkesinambungan, mulai dari latar belakang, visi, dan misi hingga proses pelaksanaan serta dampak dan evaluasi dari GERDEMA.

Bab I Pendahuluan Menggugat Konsep Pembangunan sebagai prolog buku menjelaskan tentang penyebab ketidakberhasilan pembangunan khususnya di daerah Malinau yang menjadi latar belakang terbentuknya gagasan cemerlang dari Bapak Dr. Yansen TP., M.Si. Ketidakberhasilan pembangunan selama ini disebabkan karena kurang tepatnya konsep dan strategi yang digunakan oleh Pemerintah. Pemerintah sejak kemerdekaan sampai saat ini hanya sukses menjalankan dan menghidupkan birokrasi pemerintahan saja. Dan akhirnya mendorong penulis untuk mencanangkan gagasan pembangunan yang diberi nama “GERDEMA” yang memiliki moto “Berubah, maju dan sejahtera”.

Bab II Teknik Merancang Pembangunan menjelaskan visi, misi, dan pilar pembangunan, serta komitmen yang menjadi pijakan untuk mewujudkan program GERDEMA “Revolusi dari Desa, Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat” pada Kabupaten Malinau. Visi berisi gambaran keadaan masa depan yang diinginkan, sedangkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai terkandung dalam misi. Pilar berfungsi sebagai penopang tegaknya program pembangunan. Perlu diketahui bahwa selain mewujudkan RSUD sebagai rumah sakit rujukan, Pemerintah daerah Malinau juga mengfokuskan komitmen pada sektor pariwisata dan pertanian.

Bab III Gerakan Desa Membangun (GERDEMA) Sebuah Revolusi dari Desa menjelaskan tentang pelaksanaan GERDEMA meliputi konsep, kinerja, strategi, peran dan fungsi utama dalam menyukseskan GERDEMA di Kabupaten Malinau. Inti dari pembangunan berkonsep GERDEMA adalah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada rakyat. Karena semua masalah pembangunan terletak di desa, maka fokus pembangunan harus dimulai dari desa.

Bab IVKepemimpinan dalam GERDEMA menjelaskan tentang arti sebuah kepemimpinan dalam mencapai keberhasilan pada pelaksanaan GERDEMA. Tanpa kepemimpinan yang tepat, GERDEMA tidak akan berjalan secara maksimal. Nilai-nilai utama yang menciptakan dan memperkuat kepemimpinan GERDEMA adalah nilai kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, ekonomi, dan nasional kebangsaan.

Bab V Profil Desa dan Hubungan Antar Lembaga menjelaskan tentang profil desa, kualifikasi, struktur organisasi, tugas dan wewenang serta hubungan antar lembaga dalam pemerintahan desa. Profil desa yang kaya akan potensi maupun komposisi penduduk sangat disayangkan jika tidak diberdayakan untuk meningkatkan pembangunan. Hubungan lembaga di desa merupakan nilai yang sangat mendasar dalam keberhasilan GERDEMA. Pada bagian ini juga mengulas prinsip mengenai sistem penyelenggaraan pemerintahan desa yang termuat dalam UU No. 32 Tahun 2004.

Bab VIMekanisme dan Keberhasilan GERDEMA menjelaskan indikator keberhasilan, nilai capaian, pilar kebangsaan, sistem dan mekanisme perencanaan, mekanisme pelaksanaan keuangan, serta pengawasan dana GERDEMA. Keberhasilan GERDEMA ditandai dengan tercapainya 13 nilai ideal yang dipaparkan dengan jelas di bagian ini.

Bab VII Rekam Jejak sebelum dan setelah GERDEMA sebagai penutup dari buku ini menjelaskan keadaan sebelum dan setelah pelaksanaan GERDEMA yang disajikan dalam tabel yang mudah dimengerti oleh pembaca. GERDEMA yang dilaksanakan di Malinau sejak tahun 2012 ini telah mencapai keberhasilan yang ditandai dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa dengan indikator menurunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Keunggulan

1.Kata-kata di dalam buku ini tidak hanya sekedar teori, tapi juga nyata. Teori yang sudah diwujudkan dalam tindakan real di Kabupaten Malinau.

2.Susunan bahasa dan pilihan kata yang digunakan mudah dipahami oleh pembaca.

3.Desain covernya simple dan menarik dengan gradasi warna biru putih seperti langit dalam keadaan yang cerah. Secerah isi dan hasil implementasi setiap kata yang tertulis di dalamnya.

4.Gambar ulat, kepompong dan kupu-kupu pada cover buku menggambarkan metamorfosa kehidupan, sejalan dengan siklus pembangunan yang terus berjalan dan tidak akan pernah berhenti.

Kelemahan

1.Tidak adanya testimoni dari masyarakat Kabupaten Malinau yang telah melaksanakan dan merasakan dampak dari kegiatan GERDEMA. Seolah anggapan keberhasilan itu hanya ada di satu pihak saja yaitu pemimpin. Akan lebih baik lagi jika penulis menambahkan keluh kesah, hambatan, perubahan dan apa yang dirasakan oleh masyarakat Malinau baik sebelum, saat, maupun setelah pelaksanaan GERDEMA.

2.Membaca buku ini terasa agak membosankan, penulis kurang membangkitkan rasa penasaran dan keingintahuan pembaca untuk tetap setia dan terus membaca hingga halaman terakhir. Yang biasanya bisa mengakhiri membaca satu buku dalam sehari, bisa menjadi beberapa hari. Membaca buku ini seolah mendengarkan ceramah dari pejabat pemerintah.

3.Penggunaan kata ilmiah dan bahasa Inggris menambah sedikit rasa jenuh bagi pembaca.

Buku “Revolusi dari Desa, saatnya dalam pembangunan percaya sepenuhnya kepada rakyat” ini merupakan bacaan yang sangat bermanfaat dan menginspirasi bagi semua kalangan, tidak hanya pemimpin daerah saja, tetapi juga bagi masyarakat umum. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini.

Untuk para pemimpin daerah dapat menjadikan buku ini sebagai referensi untuk dijadikan pedoman dalam mengelola pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang telah dilakukan Bupati Malinau. Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang tidak sama, jadi tidak semua konsep pembangunan GERDEMA yang ada pada buku ini, bisa diterapkan pada semua daerah. Perlu adanya modifikasi yang harus dilakukan oleh pemimpin daerah menyesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerahnya masing-masing.

Bagi masyarakat umum, khususnya sebagai orang desa kita harus bangga karena banyak identitas Indonesia yang sebenarnya bersumber dari desa. Ambil contoh saja, nilai gotong royong, kebersamaan, dan keramahtamahan. Apakah anda akan menemui nilai tersebut dalam kota yang penuh dengan egoisme? Tanpa ada desa, negara juga tidak akan ada artinya, right? Sedangkan bagi masyarakat kota yang masih memegang sifat egoisme yang tinggi, sadarlah kita tak akan bisa hidup tanpa ada orang lain. Bukankah manusia itu makhluk sosial? Dan terakhir, 2 jempol untuk masyarakat kota yang masih memegang teguh pada identitas Indonesia. Lanjutkan!

Semoga untuk kedepannya, langkah Bupati Malinau ini dapat dicontoh oleh pemimpin daerah lainnya dalam melaksanakan pembangunan. Go GERDEMA untuk pembangunan Indonesia ke arah lebih baik!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun