KAU MENGGUNJING DI BALIK KBM
(Kemah Bakti Mahasiswa)
Kawan, sejujurnya kami bingung mau berbicara apa, tapi kami ingin menceritakn hal ini padamu sejakberakhirnya pengumpulan uang KBM dua hari yang lalu. Kabar burung, barang kali. Namun kami tak mengirti, berbagai isu memenuhi BBM teman-teman kami. Dari PM sampi BC, setatus TW maupun FB dan kini kuteruskan kepadamu: KBM enggak jadi dan enggak penting, enggak usah ikut KBM! Perlahan-lahan gossip ini menggerogoti keyakinan sahabat-sahabat kami, lalu kenyataan. KBM—satu bentuk wadah KKN—Korupsi Kolusi dan Nepotisme.
Untukmu yang berpura-pura lugu, berbibir manis tapi menggerutu, mengangguk tapi menggeleng. Kami tak perduli dengan bualnmu di belakang layar, atau senyummu di muka layar. Meski kami menatap kedepan, namun kami masih dapat melihat garis 180 ÌŠdi kanan-kiri kami. Ya, kami tahu, kau menggunjingkan kami!
Sepantasnya kami bersyukur atas hadirmu, karena hadirmu sadarkan kami bahwa didengki itu ciri berprestasi. Kami tak akan hancur oleh kedengkianmu, tapi dirimulah yang akan hancur oleh kedengkianmu!
Kawan, kami ucapkan ribuan terimakasih untuk mu yang bersedia membayar iuran KBM tapi tidak bisa mengikutinya karena alasan tertentu. Semoga Allah melapangkan rizkimu dan memudahkan urusanmu yang menghalangimu mengikuti kegiatan ini.
Kawan, kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk sahabat-sahabat kami yang dengan suka rela membayar iuran KBM dan mengikutinya dengan senang hati. Tanpa kalian, kami bagai debu yang terhempas angin. Semoga KBM tahun ini tak mengecewakan kalian, tapi bisa membuat kalian tersenyum bahagia bersama sahabat-sahabat terbaik kalian.
Kawan, kami ucapkan terimakasih kepadamu yang telah membayar iuran KBM, tapi keikhlasanmu tergoyahkan oleh gossip-gosip murahan. Jangan takut dan jangan bersedih, aku tak tahu isi hatimu, jadi aku tak akan menyuruh teman-teman kami untuk membencimu atau mengucilkanmu. Kami akan selalu berprasangka baik kepadamu.
Kawan, kami ucapkan selamat datang kepadamu yang sejujurnya ingin mengikuti KBM, tapi tak memiliki biaya untuk membayar iuran. Kami di sini bukan siapa-siapa lagi bagimu, kita sahabat. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Kisah kita di sini sama, sama-sama belajar, sama-sama memerlukan uang untuk makan, sama-sama jauh dari orang tua, sama-sama di rantau urang. Kisah kita di sini semanis madu sepahit empedu. untuk itu, kami menanti kehadiranmu di bumi perkemahan.
Kawan, entah kami mau berucap apa untukmu yang tidak mau mengikuti KBM dan tidak mau membayar iuran. Sumpah serapahpun nampaknya tak menguntungkan bagi kami. Ya, kami hanya bias mendo’akanmu semoga kau segera menyadari hal ini:
Kawan
KBM memang kegiatan kami
Tapi itu kewajiban dari Akademi
Salah satu tuntutan
Tri Darma Perguruan Tinggi
Yang harus kita jalani
Kawan
Kewajiban membayar iuran KBM
Sama wajibnya seperti membayar kuliah
Jika engkau tidak membayar
Dirimu terjerat hutang!
Jika dirimu tak mengikuti KBM
Studimu di perguruan tinggi
Masih pincang!
Tak layak dan tak pantas bagimu
untuk diwisuda!
Kawan, kami tak berdaya untuk menghukummu, tapi Tuhan mampu membelah langit dan bumi. Bukan maksud kami mengancammu, tapi kami hanya mengingatkanmu bahwa ini hanya dunia.
Kawan, kami tak mengirti apa yang ada dipikirkan setiap orang. Kami besok akan berangkat menuju bumi perkemahan. Kami tak memaksa kalian untuk mengikuti kegiatan ini, tapi tolong pinjamkan kami kekuatan kalian untuk menyukseskan kegiatan ini. Ya, hanya pinjamkan kami kekuatan kalian untuk menyukseskan kegiatan ini.
Muhammad Muyasir
Padang, 26 November, 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H