Mohon tunggu...
Meutia Amalia Putri
Meutia Amalia Putri Mohon Tunggu... Jurnalis - UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Mahasiswi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Tren Cover Lagu Bahasa Isyarat di Media Sosial, Banyak yang FOMO?

4 Januari 2024   21:21 Diperbarui: 7 Januari 2024   23:05 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Tangerang Selatan, 4 Januari 2024 - Media Sosial menjadi salah satu sarana masyarakat untuk bersosialisasi atau berinteraksi satu sama lain yang dilakukan secara online tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dalam media sosial tentunya bisa memberikan hal-hal menarik dan bisa membagikan pemikiran dan ide dengan orang lain, serta mempelajari lebih lanjut tentang apa yang terjadi di dunia luar. Peranan media sosial sendiri bisa digunakan sebagai media pertemanan, media informasi, dan media hiburan.

Mayoritas masyarakat menggunakan salah satu peranan media sosial dalam memenuhi kebutuhan hiburannya, yaitu dengan peranan media hiburan. Contoh media hiburan yang sekarang digemari masyarakat, yakni TikTok. TikTok merupakan salah satu platfrom dari media sosial yang memberikan penggunanya membuat video pendek dengan fitur musik, filter, dan berbagai fitur kreatif lainnya. TikTok sendiri juga menjadi tempat yang memberikan banyak konten yang seru, positif, edukasi dan hal-hal yang sedang trendy.  

Baru-baru ini, terdapat tren TikTok yang sedang digemari oleh pengguna TikTok, yaitu tren cover lagu dalam bahasa isyarat. Dalam mengcover lagunya pun menggunakan lagu bermacam-macam, seperti yang sedang tren saat ini khususnya menggunakan lagu 'My Love Mine All Mine'. Hal tersebut juga dipicu karena adanya drama Korea yang memberikan penayangan drama dengan plot bertemakan time travel, fantasi romance dan juga penggunaan bahasa isyarat yang menarik perhatian para penonton. Hal ini, membuat para pecinta drama Korea meramaikan tren penggunaan bahasa isyarat karena ingin menunjukkan minat yang besar dalam mencoba dan memahami komunikasi manual malalui gerakan tubuh dan bibir.

Namun, hal ini menuai pro dan kontra antara penyandang tuli dan masyarakat biasa. Dimulai dari kontra, bahwa dalam tren cover ini kebanyakan dimulai oleh pengguna TikTok luar negeri, sehingga mereka mengunakan bahasa isyarat dari berbagai negara. Penting diketahui bahwa bahasa isyarat itu tidak universal karena bahasa isyarat yang digunakan dalam setiap negara itu berbeda-beda dan jika digunakan secara asal-asalan bisa menyebabkan kesalahpahaman dalam artiannya.

Ada beberapa kreator tuli yang mengkhawatirkan jika tren cover tersebut semakin populer karena penggunaan dalam gerakan bahasa isyarat yang salah dan yang hanya mengikutinya karena FOMO (Fear of Missing Out). Salah satu Content Creator teman tuli di TikTok, Jennifer Natalie mengungkapan bahwa, "FOMO. Merugikan banget bagi teman-teman tuli karena mereka tidak menyampaikan bahwa belajar dari teman tuli dan jangan ikut belajar dari video orang dengar mengcover," tulis dari Jennifer Natalie, dalam wawancara online, Jum'at (29/12/23).

Kebanyakan yang meramaikan tren tersebut ialah orang dengar. Hal ini membuat banyak orang yang FOMO hanya meniru bahasa isyarat dari orang dengar lewat tren ini tanpa memikirkan dampak untuk kedepannya. Seperti kita ketahui bahwa meniru dari orang dengar bisa saja ada kesalahan dalam gerakan isyaratnya dan itu bisa menimbulkan kerugian bagi teman tuli. Jika membuat tren tersebut dengan gerakan yang salah maka itu sama saja dengan menyebarkan hal yang salah.

Akan tetapi, tren mengcover lagu bahasa isyarat ini tidak selalu kontra melainkan memiliki sisi yang baik atau pro. Jika dilihat dari masyarakat biasa atau pengguna TikTok yang hanya menikmati cover lagu tersebut, mereka melihat bahwa tren ini bisa saja membantu meningkatkan kesadaran terhadap bahasa isyarat. Salah satu pengguna TikTok, Diva Nanda yang mengetahui tren tersebut menyampaikan bahwa, "Menurut aku, jika dilihat dari tren bahasa isyarat ini bisa termasuk peningkatan kesadaran terhadap inklusivitas, lalu juga dapat memperluas keterampilan dalam berkomunikasi dan juga mendorong masyarakat untuk memahami kebutuhan komunikasi individu dengan berbagai latar belakang yg berbeda. ini juga bagus agar membantu menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan mendukung bagi komunitas penyandang tuli," ujar Diva Nanda, memberikan tanggapannya dalam wawancara langsung, Kamis (28/12/23).

Jika mengamati dari kedua tanggapan narasumber di atas yang memiliki tanggapan dari sisi baik dan buruknya. Terdapat pelajaran yang dapat diambil dari adanya tren ini. Seperti, ketika tren bahasa isyarat hanya untuk dijadikan ajang ikut-ikutan tanpa memahami maknanya, itu sama saja bisa mengurangi nilai inklusivitasnya. Hal ini, sangat penting untuk memastikan bahwa penggunaan bahasa isyarat di platform media sosial atau konten yang sedang tren harus berdasarkan pada penghargaan terhadap komunitas tuli dan memiliki tujuan untuk memperluas pemahaman akan kebutuhan mereka. Penting untuk kita menghindari pemanfaatan bahasa isyarat hanya untuk popularitas, tanpa memperhatikan dampaknya pada komunitas yang sebenarnya menggunakannya, yaitu penyadang tuli. Akan tetapi, di dalam tren ini bisa membantu menyadarkan masyarakat untuk semakin memahami akan pentingnya berkomunikasi dalam berbahasa isyarat.

Ketika ada keinginan untuk belajar bahasa isyarat dengan serius tanpa harus FOMO, perlu dicatat bahwa belajar yang benar itu harus belajar dengan teman tuli bukan belajar dari video cover lagu dari orang dengar. Harus berani bertemu dengan teman tuli atau mencari kelas bahasa isyarat dan belajar dengan ahlinya. Berhubung bahasa isyarat itu tidak bisa sembarangan diajarkan, maka harus berhati-hati dalam mempelajarinya dan selalu melibatkan teman tuli.

Penulis: Meutia Amalia Putri, Mahasiswi semester 3 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun