Mohon tunggu...
Mutthia Mukharoma
Mutthia Mukharoma Mohon Tunggu... -

Talk More, Do More!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bisnis Satelit Bukan Bisnis Sembarangan

18 Juli 2014   21:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14056688882071422149

Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat terutama di bidang teknologi saat ini yang semakin canggih dari waktu ke waktu. Dan maraknya penjualan gadget terbaru dari hari ke hari apalagi menjelang hari raya seperti ini tidak bisa dihindarkan lagi. Tentunya perlu sebuah infrastruktur untuk memfasilitasi agar gadget itu bisa digunakan dengan baik. Dan memang tidak dapat dipungkirin lagi kebutuhan seperti adanya serat optik, dan juga satelit sangatlah penting.

Berbicara satelit Indonesia memiliki yang namanya Satelit Telkom-2 yang berhasil diluncurkan pada 16 November 2005 lalu. Dan dengan adanya satelit ini tentunya sangat membantu sektor komunikasi di Indonesia yang merukan negara kepulauan. Kristiono yang menjabat sebagai direktur utama PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk saat itu menjelaskan bahwa Satelit Telkom-2 dibuat oleh perusahaan asal Amerika Serikat yaitu Orbital Sciences Corporation yang pada saat itu memenangkan tender dari vendor lainnya yaitu Rusia dan China. Proses pemilihannya pun tidak asal, karena pihak Telkom sendiri lebih memertimbangkan secara detail track record dari masing-masing vendor yang ada daripada mempertimbangkan dari sisi harga ter-rendah. Meskipun dengan track record tidak lantas membuat 100% keberhasilan peluncuran.

Karena pemilihan vendor adalah hal yang sangat krusial, apalagi bisnis satelit ini bukanlah bisnis sembarangan. Karena resiko bisnis ini tidak hanya pada proses perancangan dan juga pembuatan satelit, tapi juga pada proses peluncuran satelit menuju orbit di luar angkasa yang merupakan hal penting dalam bisnis ini.

Sayangnya keberhasilan Satelit Telkom-2 tidak bisa terulang pada Satelit Telkom-3 yang gagal masuk ke jalur orbit. Maka dari itu Kristiono juga mengatakan bahwa vitalnya bisnis satelit bukan berarti sembarang orang bisa melakukan bisnis itu.

Dan baru-baru ini Bank Rakyat Indonesia sebagai bank dengan pendapatan terbesar di Indonesia telah menghabiskan dana hingga Rp2.7 triliun untuk memulai memasuki bisnis satelit ini. Satelit yang dinamakan BRIsat diharapkan bisa menghemat pengeluaran dari BRI sendiri sebesar Rp200 miliar setiap tahun dari total sebelumnya Rp500 miliar.

Kristiono pun angkat bicara atas ini, dia mengatakan kurang yakin dengan masuknya BRI ke bisnis satelit. "Kok saya kurang yakin ya kalau efisiensi jadi alasannya” kata Kristiono. Memang jika dikaji lagi sesuai dengan perkataan Kristiono, BRI merupakan pemain baru dalam bisnis satelit ini. Dan tentunya BRI sangat minim akan pengetahuan akan hal telekomunikasi karena BRI bergerak dibidang perbankan sementara Telkom sendiri bergerak dibidang telekomunikasi tersebut. Memang bisnis satelit ini adalah bisnis yang sangat vital dan begitu diperlukan di Indonesia, tapi kembali lagi jika para pemain bisnis satelit ini kurang bisa memahami bisnis yang dilakukannya, tentunya kedepannya bisa menjadi permasalahan sendiri. Bahkan telkom yang sudah malang melintang di bisnis satelit bisa mengalami kegagalan dalam peluncuran satelit. Entah bagaimana dengan BRI yang baru akan mencoba terjun ke bisnis satelit ini.

sumber cetak (Kristiono Jasa Satelit | Bisnis Indonesia Halaman 27)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun