Mohon tunggu...
Muttaqin
Muttaqin Mohon Tunggu... Freelancer - Penggubah kata

Menggubah kata marangkai makna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Walisongo dan Kekeliruan Sejarahnya

18 Juli 2023   22:54 Diperbarui: 18 Juli 2023   22:57 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

jika kita berbicara mengenai sejarah walisongo, maka akan kita temukan fakta bahwa walisongo adalah tokoh yang sangat berpengaruh terhadapan penyebaran agama Islam di Jawa. Namun, figur walisongo sering dilekatkan dengan hal-hal yang mistis dan klenik. Sebut saja cerita tentang Raden Said atau dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Kisah mengenai Sunan Kalijaga sarat akan hal-hal mistis. Sebut saja contoh beberapa diantaranya seperti pertapaan Sunan Kalijogo saat menunggu Sunan Bonang selama kurun waktu 3 tahun. Dimana karena menunggu selama itu sambil bertapa sampai-sampai tubuh Sunan Kalijaga dilumuti dan dihinggapi burung-burung.

Ada pula bahkan yang sampai dibuatkan film tentang perselisihan antara Walisongo terkhusus Sunan Kalijaga dengan Syech Siti Jenar. Dalam film itu sarat akan hal-hal mistis dan klenik. Bahkan puncaknya, terjadi perseteruan antara Sunan Kalijaga dengan Syech Siti Jenar hingga menembus bawah tanah dan bermain dengan lahar api dan es tajam. Hal ini jelas sulit kita percayai sebagai sejarah yang valid.

Kesan mistis figur walisongo makin terasa dengan makam-makam dan peninggalan-peninggalan benda yang dimistiskan oleh masyarakat sekitar. Karena kisah Walisongo yang dikesankan dengan mistis dan penuh klenik seperti itu hingga ada beberapa di kalangan umat Islam yang meragukan bahkan menolak Walisongo sebagai representasi dakwah Islam pada saat itu. Ada pula yang menolak sejarah figur Walisongo dikarenakan banyak ajaran dari Walisongo yang menyimpang dari syariat Islam.

Jika kita melihat sekilas memang hal ini terkesan sangat pelik. Di satu sisi kisah walisongo yang ada saat ini dikesankan sarat akan nilai-nilai animisme dan dinamisme. Namun disisi lain menolak kiprah Walisongo sepenuhnya nampaknya juga bukan sikap yang bijaksana.

Dalam melihat persoalan ini perlu kita pahami bahwa sumber sejarah primer Walisongo kebanyakan berasal dari babad-babad maupun serat-serat seperti Serat Babad Tanah Jawi. Bahkan ada pula yang dari folklore (cerita rakyat) jika menyangkut kesaktian Walisongo.

Dan perlu kita akui dengan berat hati bahwa yang awal-awal meneliti sejarah daerah Jawa secara serius dan tersistematis adalah dari kalangan orientalis nativis. Diantaranya adalah Thomas Stanford Raffles yang mengarang buku History of Java yang membahas tentang sejarah Jawa dimana Walisongo termasuk didalamnya meskipun belum menggunakan Istilah Walisongo. Sebenarnya ini sedikit aneh ataupun ironis mengingat Raffles berdasarkan buku Bunga Rampai Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia karya Ahda Abid Al-Ghiffari bahwa Raffles bukanlah seorang sosok akademis apalagi seorang ahli arkeolog. 

Namun dia bisa menghasilkan sebuah magnum opus mengenai sejarah Jawa yang berpengaruh besar bagi kajian-kajian terhadap Jawa  dan juga bagi para Rafflesian.

Dalam buku tersebut Raffles menceritakan beberapa wali dan kiprah mereka di masyarakat. Beberapa diantaranya Raffles bercerita tentang asal mula kota Gresik dan kiprah Walisongo dalam menyiarkan Islam di pesisir Jawa. Beberapa tokoh yang diceritakan diantaranya adalah Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat. Penulisan buku ini sekali lagi banyak bersumber dari Babad dan tidak ada penyebutan istilah Walisongo.

Setelah kita mengetahui sedikti historiografi mengenai Walisongo sedikitnya kita bisa mengambil kesimpulan yang mengapa sejarah walisongo banyak mengalami kontroversi. Beberapa diantaranya adalah karena sejarah walisongo yang ada saat ini masih didominasi oleh sumber-sumber dari seorang orientalis yang berusaha untuk mengaburkan dan menjauhkan masyarakat dari peran ulama dengan upaya nativisasi seperti yang Raffles lakukan. Di samping memang kehadiran walisongo bertepatan dengan peradaban yang sarat akan nilai animisme dan dinamisme maupun indianisme yang eksis pada saat itu.

Sebenarnya ada yang bisa kita lakukan terhadap perselisihan mengenai sejarah walisongo tersebut. Apa yang bisa kita lakukan? Diantaranya adalah membuat rekonstruksi ulang mengenai sejarah Walisongo yang steril dari pengaruh nativisme ataupun orientalisme. Bukan pekerjaan ringan memang. Dan rasanya ini bisa menjadi wujud apresiasi kita terhadap ulama-ulama terdahulu kita akan kiprahnya terhadap dakwah Islam pada masanya. Semoga dengan pertolongan Allah cita-cita tersebut dapat terwujud atas izin Allah. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun