Mohon tunggu...
mutmainah Emut
mutmainah Emut Mohon Tunggu... Guru - Wanita
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar, Bloger, writer aktif di komunitas belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngarengkong, Tradisi Angkut Padi Warisan Budaya Tanah Leluhur Kasepuhan Citorek Lebak Banten

27 Agustus 2022   13:44 Diperbarui: 27 Agustus 2022   13:49 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Ngarengkong lain ngan saukur mawa pare ti sawah ka leuit , tapi ngandung makna anu jero nyarta tentang semangat gotong royong di antara masyarakat adat.

Narengkong atau Rengkong merupakan adat istiadat di Kasepuhan Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak banten. Rengkong adalah bambu yang diisi dengan padi, dipikul dibahu dan digoyang-goyangkan, diiringi dengan pukulan musik gendang, gong, dan beduk. Rengkong menjadi alat pengangkut padi dari sawah menuju leuit (lumbung), penggunaan rengkong ini hanya dilakukan pada saat mengangkut padi dari sawah tangtu. Sawah tangtu merupakan sawah kepala adat. 

img-20220827-133958-6309bcd6a2184626bf6be902.jpg
img-20220827-133958-6309bcd6a2184626bf6be902.jpg

Gambar Leuit (Lumbung padi) dokpri

Salah satu adat di wilayah Citorek kabupaten Lebak dalam hal Pertanian masyarakat mengawali membajak sawah, menyangkul sampai dengan proses panen padi semuanya harus diawali dari sawah tangtu, semua warga turun ke sawah tangtu, tua muda laki laki perempuan untuk membajak bersama sampai dengan panen kelak. setelah sawah tangtu selesai, masyarakat baru akan menggarap sawahnya masing masing. 

 Sawah tangtu adalah sawah yang dikelola oleh ketua adat, Dalam peraturan adat, menanam padi hanya diperbolehkan satu tahun sekali tetapi hasil yang didapat saat panen cukup luar bisa banyak sehingga sudah tidak aneh kalau di Kasepuhan Citorek banyak lumbung padi yang dalam bahasa Sunda di sebut leuit. Hasil panen berlebih akan disimpan dalam leuit sebagai cadangan di hari depan.

Areal persawahan yang dikelola oleh Kasepuhan Citorek ini memiliki unsur mitologi. Masyarakat Kasepuhan percaya bahwa mereka tidak boleh mendahului sawah tangtu, baik saat menanam padi atau saat panen tiba. Hal tersebut harus dipatuhi oleh semua masyarakat di Kasepuhan Citorek tanpa terkecuali. Mereka juga meyakini apabila hasil panen sawah tangtu bagus, maka hasil panen masyarakat juga akan bagus. Terkait benar atau tidaknya mitologi yang mereka yakini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa pentingnya kebersamaan dan persatuan dalam menjalani kehidupan bisa kita contoh dari masyarakat Kasepuhan Citorek.

Setelah panen tiba, saatnya Festival Ngarengkong, yaitu ritual mengangkut padi dari sawah untuk dipindahkan ke lumbung padi adat yang disebut Leuit diiringi dengan tarian, musik tradisional bahkan sampai drum band. Kegiatan tahunan yang dirayakan masyarakat bersama tokoh masyarakat dan tokoh adat yang sudah dirayakan turun temurun dari jaman nenek moyang sampai sekarang semua turun berduyun duyung termasuk warga yang lagi mengembara jauh pun turut serta meramaikan Festival ini, mereka akan kembali ke kampung halaman.

 Padi yang dihasilkan dari ritual ngarengkong tidak boleh diperjualbelikan, padi tersebut disimpan di lumbung padi adat untuk cadangan saat paceklik atau untuk dipakai ketika ada acara adat ataupun dipergunakan untuk masyarakat yang sedang kesusahan. Bentuk kehidupan sosial budaya yang patut dilestarikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun