Mohon tunggu...
mutmainah Emut
mutmainah Emut Mohon Tunggu... Guru - Wanita
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar, Bloger, writer aktif di komunitas belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Di Balik belajar menulis

20 Agustus 2022   10:41 Diperbarui: 20 Agustus 2022   10:43 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah selesai masih juga tetap bingung bagaimana cara ngeresume yang baik, bagaimana cara menyusun kata demi kata agar menjadi kalimat yang enak untuk dibaca, ku coba mulai merangkai kata di blog dan mulai menulis sebaris dua baris merasa tidak cocok dan tidak enak untuk dibaca ku hapus lagi begitu dan begitu sampai berkali kali, sambil ku intip resume beberapa teman yang sudah mulai mengirim ke WAG, semuanya bagus kata-katanya runut enak untuk dibaca, pantang tutup leptop sebelum mampu menyelesaikan tugas resume, hingga akhirnya tepat pukul 11.00 malam resume pertamaku selesai walaupun banyak sekali kekurangan dan kesalahan.

Pertemuan ke dua ke tiga dan ke empat masih sama terkendala dengan pembendaharaan kata, masih harus meraba-raba kata, terlanjur cakrub ya sudah mandi sekalian terlanjur gabung dengan WAG kepenulisan, terlanjur membuat blog mau gak mau harus siap untuk menjadi bloger dan wraiter dengan bimbingan nara sumer hebat dibawah naungan Om Jay.

Masukan dari pak Brian yang terus ku ingat ketika pertama kali mengirim link blog ke WAG cobalah belajar meresume minimal dengan 500 kata, waw aku sampai bingung kemana nyari kata-kata sebanyak itu, setiap kali selesai beberapa paragraf kuhitung ulang sudahkah nyampai batas minimal, ternyata masih jauuuuh dan belum sanggup.

Membuat resume dengan parafrase sungguh menguras pikiran, boro-boro 500 untuk menyusun kata menjadi kalimat, sejumlah 300 kata pun kesulitan. Masukan dari pak Brian menjadi cambuk untuk lebih semangat lagi, jika hari ini mampu membuat 500 kata esok hari menjadi 1000 kata dan akhirnya akan menjadi sebuah karya nyata.

Sempat terpikir untuk mundur dengan teratur dari pelatihan menulis, kemudian kupikir kembali penulis profesional pun berawal dari tidak bisa menulis, untuk mencapai ke seribu langkah pun harus dimulai dari satu langkah, harus di paksa biar terpaksa lama-lama terbiasa, bahasanya Bu Aam "allahumma paksakeun".

Kubandingkan hasil resume pertemuan satu sampai pertemuan ke 9, dari setiap pertemuan selalu ada perubahan walaupun sedikit, tidak masalah berproses karena proses tidak pernah membohongi hasil.

Hingga akhirnya ketika kelas menulis membuka kelas kembali aku ikut gabung lagi di gelombang 24 karena keilmuanku masih sangat jauh. Digelombang 24 aku mulai berani aktif di grup dan mulai ikut ikutan menulis antologi.

Intinya hilangkan rasa minder ketika mulai terjun ke dunia menulis minder akan membuat kita terkungkung dalam keterbelakangan informasi, tumbuhkan rasa percaya diri, oftimis, jangan pernah bilang tidak berbakat dalam menulis, menulis tidak berhubungan dengan bakat, karena menulis adalah keterampilan, keterampilan perlu diasah, semakin sering pisau diasah akan semakin tajam, pun dengan menulis, semakin rajin menulis akan semakin terampil, satu lagi penulis handal akan mengasah kemampuannya dengan menulis, tebarkan kebaikan walau hanya dengan tulisan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun