Mohon tunggu...
Mutiara Azzahra
Mutiara Azzahra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Halo, aku siswa jenjang SMP. Hobiku banyak, yang paling kutekuni adalah menggambar. Aku membaca dan menulis saat jenuh menggambar. Aku suka hewan bebek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebenaran dari Kisahnya

9 Februari 2024   14:56 Diperbarui: 9 Februari 2024   15:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Kisah-kisah menarik diceritakan dari mulut ke mulut. Tiap pergantiannya memunculkan perubahan sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya, memutar balikkan fakta sesungguhnya dari kisah itu sendiri. Aku disini, untuk memastikan kebenarannya.

            Gubuk reyot itu berdiri kokoh di puncak. Pintunya terbuka menyambutku masuk. Bau tanah tercium bahkan hingga di dalamnya. Wanita yang kucari duduk di sudut, kepala tertunduk. Aku mengambil tempat di depannya, kehadiranku langsung menyadarkannya.

            “…Oh…akhirnya datang juga,” suara serak di depanku menyapa.

            “Memangnya, saya adalah orang yang anda tunggu?” Kini wanita itu tersenyum.

            “Sudah setengah jam kamu berdiri di depan. Bajumu basah kuyup. Kalau bukan menemuiku, lantas apa tujuanmu, Nak?” Aku terperangah dalam diam.

            Dia tahu. Wanita ini tahu apa yang kulakukan. Senyum sopan terukir di wajahku, “Dengar-dengar, ada seorang wanita yang bisa melihat segalanya tingga di sini. Apakah itu anda?”

            Sang wanita diam.

            “Ah, anda memilih bungkam. Tidak apa, anda sudah membuktikannya dengan menebak apa yang saya lakukan sebelum ini. Tapi itu saja belum cukup, ada banyak faktor yang menyangkal kisah tadi. Karena itu, maukah anda membuktikan kebenaran kisahnya?”

            Wanita tadi tersenyum kembali. “Bukti apa yang kamu inginkan?”

            Balik aku yang tersenyum. “Buka penutup mata anda. Aku ingin lihat ada apa dibaliknya.”

            Wanita di depanku tetap tersenyum. Perlahan jari-jarinya menarik kain merah di wajahnya. Kengerian melewatiku, tampak rongga matanya yang kosong. Darah kering menghiasi pinggirannya. Dia menatapku sambil terus tesenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun