Pola Makan Sehat untuk Mahasiswa Penghambat Munculnya Gastritis
Ngekos atau jauh dari rumah adalah keadaan yang harus dialami seorang mahasiswi atau mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar daearah. Ngekos disebut sebut sebagai cara yang tepat untuk belajar mandiri. Ngekos biasanya dilakukan mahasiwa karena alasan-alasan seperti, keadaan kampus yang jauh dari rumah, atau mencoba untuk untuk belajar hidup mandiri. Keadaan peralihan dari hidup serba disiapkan oleh orang tua harus berubah 180 Â derajat pada saat ngekos.
Ngekos mengharuskan mahasiswa atau mahasiswi mampu menyiapkan segala sesuatu nya sendiri, mulai dari urusan kuliah, kebersihan diri, bahkan pola makan. Seringkali karena kepadatan jadwal kuliah dan kebiasaan yang tidak biasa menyiapkan makanan inilah yang akhirnya membuat mahasiwa mengesampingkan pola makan mereka, yang pada akhirnya tak sedikit menyebabkan gangguan pencernaan.
Salah satu gangguan pencernaan yang paling sering dialami oleh anak kos adalah gastritis. Gastritis adalah penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada dinding lambung yang menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman. Gastritis pada dasarnya tidal berbahaya,namun apabila dibiarkan akan menyebabkan efek selanjutnya seperti timbulnya refluks lambung, GERD bahkan resiko kanker.
(Yudha F.D, 2020) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja. Data penelitian menyebutkan bahwa gastritis timbul karena remaja yang berkebiasaan memiliki pola makan yang tidak sehat, sering terlambat makan, dan suka mengonsumsi makanan pedas.
Maka dari itu sebagai seorang mahasiswa sudah sepantasnya mampu bertanggung jawab atas kesehatan lambung dengan mengetahui dan menerapkan pola makan yang baik dalam kesehariannya. Lalu seperti apa pola makan yang baik?
Pada dasarnya pola makan mempunyai 3 komponen karakteristik yaitu frekuesi makan, jenis makanan dan porsi makan. Frekuensi makanan dapat dikatakan baik ketika setiap harinya 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan seperti buah, salad, dan cemilan lainnya.Â
Frekuensi makanan dapat juga dikatakan kurang ketika frekuensi makan setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang. Pada frekuensi makan juga dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan. Jenis makanan yang baik harus memiliki 2 bagian yaitu makanan pokok dan makaanan selingan. Setelah mengetahui pola makan yang benar diharapkan mahasiswa maupun mahasiswi mampu lebih mudah untuk berprestasi dengan keedaan tubuh yang sehat terbebas dari gangguan pencernaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H