Pada tanggal 4 Februari 2018, Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat menetapkan bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) campak telah berakhir. Penetapan ini didukung oleh panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang lebih dahulu menyatakan pada 2 Februari bahwa KLB campak di wilayah itu telah selesai. Lantas apakah tugas pemerintah pusat di Asmat sudah berakhir?
KLB campak di Kabupaten Asmat disebabkan oleh gizi buruk. Gizi buruk adalah saat jumlah makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energi individu. Seseorang dengan gizi buruk dapat mengalami wasting (atau malnutrisi akut, ketika seseorang terlalu kurus untuk tinggi badannya) dan stunting (atau malnutrisi kronis, ketika seseorang terlalu pendek untuk usia mereka). Kekurangan gizi meningkatkan risiko penyakit menular seperti diare, campak, malaria dan pneumonia.
Menurut data terakhir, 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk di Asmat. Jumlah anak yang meninggal akibat wabah campak dan gizi buruk adalah 70 orang.
Malnutrisi kronis dapat mengganggu perkembangan fisik dan mental anak. Hal ini adalah bagian dari siklus dimana gizi buruk dan kemiskinan saling berhubungan.
Asupan makanan anak-anak di Asmat tidak bervariatif. Eksport makanan sulit karena akses transportasi menuju dan di dalam Asmat sangat buruk. Kampung terjauh dari Agats, ibu kota Asmat, berjarak tujuh jam perjalanan laut menggunakan perahu mesin.
Infrastruktur yang layak sulit dibangun karena wilayah didominasi rawa berlumpur dan sungai. Masyarakat sebagian besar tidak memiliki jamban dan buang air besar di dekat rumah. Mereka mengonsumsi air sungai untuk kebutuhan minum dan makan tanpa dimasak. Asmat hanya memiliki satu rumah sakit tipe C, 13 puskesmas, dan 26 dokter umum.
Penanganan pemerintah untuk malnutrisi akut dan campak sudah cukup baik. Kemenkes RI sudah mengirim 39 tenaga kesehatan yang juga termasuk ahli gizi, kesehatan lingkungan, dan surveillance. Selain itu, pemerintah mengirimkan 3 ton pemberian makanan tambahan (PMT), 800 vial vaksin campak dan 10.000 pcs jarum suntik 0,5 ml. Akan tetapi, itu belum cukup untuk menangani kasus yang kronik dan memutus siklus gizi buruk.
Kita dapat berkaca dari Brazil dan India yang sudah berhasil menurunkan angka stuntingpada negara mereka. Brazil melakukan beberapa program sekaligus untuk mengatasi stunting. Pertama, pemerintah meningkatkan daya beli keluarga melalui peningkatan upah minium dan perluasan program transfer uang.
 Masalah malnutrisi dimulai dari sebelum lahir hingga dewasa. Ibu dengan nutrisi yang buruk akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir yang rendah Tingkat pendidikan dan kesehatan ibu sangat penting. Pemerintah Brazil fokus terhadap kenaikan tingkat pendidikan perempuan serta perbaikan dan perluasan layanan kesehatan ibu dan anak. Pemerintah juga melakukan perluasan sistem air dan sanitasi serta perbaikan kualitas dan kuantitas makanan yang dihasilkan oleh peternakan keluarga kecil.