Mohon tunggu...
mutiatul wadhifa
mutiatul wadhifa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

namaku Mutia, hobiku membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ketidakadilan bagi Penerima Bansos

2 Juli 2024   14:39 Diperbarui: 2 Juli 2024   14:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ketidakadilan dalam pembagian bantuan sosial sering menjadi sorotan, terutama bantuan yang seharusnya diterima oleh mereka yang membutuhkan justru jatuh ke tangan orang kaya. Cerita ini mencerminkan sejumlah masalah dalam sistem distribusi bantuan sosial (bansos) yang perlu diatasi. Penyebab utama ketidakadilan, mulai dari data yang tidak akurat. Data penerimaan bansos sering kali tidak akurat atau tidak di perbarui. Pendataan dilakukan mungkin hanya sekali tanpa ada kerutinan, menyebabkan orang yang sudah tidak berhak menerima bantuan sudah terdaftar. Hal ini bisa terjadi karena ketidak mampuan sistem untuk menyingkirkan orang-orang yang sudah tidak memenuhi syarat. Kemudian, penyelahgunaan wewenang oleh oknum tertentu juga menjadi salah satu penyebab utama. Penjabat atau petugas yang bertugas mendistribusikan bansos mungkin memanfaatkan posisinya untuk mnguntungkan diri sendiri atau kelompok tertentu. Praktik ini bisa melibatkan pemotongan dana bansos atau distribusi bantuan kepada orang yang seharusnya tidak berhak, termasuk orang kaya yang memiliki koneksi atau mampu memberikan suap.

Transparansi yang minim dalam proses distribusi bansos membuat pengawasan menjadi sulit. Informasi tentang siapa yang menerima bansos dan bagaimana proses seleksinya sering tidak tersedia untuk publik. Ketidak transparan ini membuka peluang bagi terjadinya manipulasi data dan ketidak adilan dalam distribusi. Kemudian birokrasi yang rumit dan tidak efesien dapat menjadi hambatan dalam distribusi bansos. Proses yang berbelit-belit tidak hanya menghambat akses bagi yang membutuhkan tetapi juga membuka celah bagi korupsi dan penyalahgunaan. Orang-orang yang tidak berhak, termasuk orang kaya, bisa saja memanfaatkan koneksi dan kekayaan mereka untuk menyiasati birokrasi dan mendapatkan bantuan.

Lemahnya mekanisme pengawasan dalam distribusi memungkinkan terjadinya penyalahgunaan. Tanpa pengawasan yang ketat, sangat sulit untuk memastikan bahwa bantuan hanya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Pengawasan yang lemah juga membuat pelanggaran sulit terdeteksi dan ditindak lanjuti. Begitu juga dampak ketidakadilan, ketika bansos jatuh ke tangan orang yang kaya, tujuan prtama dari program bantuan ini, yaitu membantu mereka yang berada dalam kondisi ekonomi yang sulit, tidak tercapai. Ini mengurangi efektivitas dari program bansos itu sendiri dan membuang sumber daya yang seharusnya digunakan untuk mengentaskan kemiskinan. Kemudian ketidak adilan dalam pembagian bansos dapat menimbulakan ketidak puasan dikalangan masyarakat. Mereka yang berhak merasa tidak diperlukan dengan adil, sementara orang kaya yang tidak membutuhkan justru menerima bantuan. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan program sosial yang ada.

Distribusi bansos yang tidak adil memperkuat kesenjangan sosial. Orang kaya yang menerima bansos mendapatkan kuntungan tambahan yang tidak seharusnya, sementara orang miskin semakin tertinggal. Kesenjangan ini dapat memperburuk kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

"Whereas the exclusive insistence on rights can result in self-opinionated and self-righteous  attitudes, Whereas neglect of responsibilities can lead to arbitrariness, lawlessness and chaos,  Whereas both the rule of law and human rights depend on the readiness of men and women to  act justly, because rights without the corresponding commitment to responsibilities cannot long endure."

Oleh karena itu, adanya data penerimaan bansos secara berkala untuk memastikan hanya mereka yang benar-benar berhak menerima bantuan. Pendataan harus dilakukan secara teliti dan melibatkan berbagai pihak untuk meminimalkan kesalahan. Transparansi dalam pross pendataan dan distribusi bansos harus ditingkatkan. Informasi mengenai penerimaan bansos dan proses seleksi harus tersedia untuk publik sehingga masyarakat bisa turut mengawasi dan memastikan tidak ada pnyelewengan. Makanisme pengawasan yang kuat sangat penting untuk memastikan distribusi bansos berjalan dengan adil. Hal ini bisa melibatkan lembaga yang bertugas mengawasi dan mengevaluasi program bansos secara rutin.

Penegakan hukum yang tegas terhadap korupsi dan penyalahgunaan wewenang dalam distribusi bansos harus diterapkan. Sanksi yang berat dapat memberikan efek jera bagi para pelaku dan mencegah terjadinya penyalahgunaan di masa depa. Ketidakadilan dalam pembagian bansos bagi orang kaya merupakan masalah serius yang harus segera diatasi. Penyebanya bervariasi, mulai dari data yang tidak berakurat hingga korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Dampaknya tidak hanya mengurangi efektivitas program bansos tetapi juga meningkatkan ketidak puasan sosial dan memperkuat kesenjangan. Solusi yang efektif mencangkup data, peningkatan transparansi, penguatan pengawasan, dan penegakan hukum yang tegas. Dengan upaya bersama, ketidakadilan dalam pembagian bansos bisa diminimalkan, memastikan bantuan tepat sasaran dan mencapai mereka yang benar-benar membutuhkan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun