Membaca novel tentang kisah anak-anak pemulung membuatku memikirkan hal ini.Mereka, anak-anak pemulung itu, memilih dan memilah sampah sepanjang hari, mengumpulkannya, kemudian menjual apa yang bisa mereka jual, dan mendapat uang yang tak seberapa dibanding peluh yang mereka teteskan. Sampah sudah menjadi menu sehari-hari mereka.Bahkan sebelum makan pagi mereka. Nasib menjadi seorang pemulung sudah bisa dipastikan bahkan sebelum mereka bisa bicara, sebelum mereka bisa berjalan.
Beri tahu mereka! Jangan mau mengikuti jejak ayah, paman, atau saudara mereka menjadi pemulung yang biasa saja, tapi jadikan mereka pengolah sampah yang inovatif. Beri mereka pengetahuan mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sampah, daur ulang sampah, kerajinan tangan, seni dan nilai jualnya. Selebihnya dapat mereka kembangkan sendiri. Percayalah, mereka bisa lebih kaya darimu suatu hari nanti!
Sumber gambar: elsara-playground.blogspot.com voaindonesia.com surabayapagi.com surabaya.detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H