Mohon tunggu...
Mutia Ridha
Mutia Ridha Mohon Tunggu... Penulis - I am only human

Keep CALM and WRITE on!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku "Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu"

15 Februari 2020   18:43 Diperbarui: 15 Februari 2020   18:44 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah membaca buku "Orientasi Ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu", banyak ilmu- ilmu baru tentang filsafat yang dapat membuka wawasan berpikir kita yang semulanya masih awam tentang Filsafat Ilmu menjadi tahu kemana arah sebenarnya Filsafat Ilmu itu ditujukan.

Sejak hadirnya manusia di dunia sebagai makhluk bumi, sebenarnya mereka telah memiliki ilmu pengetahuan sebagai penolong hidupnya untuk bertahan dan melangsungkan hidupnya hingga hari ini. Pemahaman tentang keilmuan memang sangat terbatas hanya sebatas berpikir manusia. Diatas berbagai pandangan dan keterbatasan berpikir manusia inilah munculnya suatu telaah mendalam tentang pengetahuan yang dilandasi oleh filsafat hingga filsafat ilmu, mulai dari filsafat yang berkembang secara klasik atau kuno hingga zaman modern yang telah disentuh oleh teknologi informasi yang canggih.

Untuk dapat memperoleh ilmu pengetahuan,salah satu yang harus dipahami oleh seorang ilmuwan yaitu mengetahui metode apa yang harus digunakan. Ilmu dapat digali dan dapat dicari menggunakan prosedur yang disebut dengan metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, karena ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksud disini yaitu metode ilmiah. Metode dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.

Seperti yang telah diketahui, bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang menghasilkan suatu perubahan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran ini. Dengan cara bekerja ini pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan pengetahuan yag disusunnya merupakan pengetahuan yang benar dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

Akan tetapi, mengingat terbatasnya ilmu dan logika berpikir manusia "paradigma" dalam memprediksi, memaknakan, dan memberikan suatu deskripsi terhadap suatu objek pengetahuan, maka disinilah pentingnya keberadaan filsafat untuk menebas dan merambah hal-hal baru atas suatu pengetahuan yang tidak dapat tersentuh oleh ilmu. Dengan bersatunya filsafat dan ilmu yang menjadi "filsafat ilmu", hampir semua jenis pengetahuan dapat dijelajahi dan dijangkau oleh filsafat ilmu.

Cakupan filsafat lebih luas dari ilmu. Awal mulanya filsafat yang melakukan pembahasan secara sistematis, rasional, logis, dan empiris. Kemudian pada tataran berikutnya berkembang dan bercabang sehingga menjadi ilmu yang lebih luas dan berkesinambungan, maka dari sinilah timbulnya pemahaman untuk penyatuan filsafat dan ilmu yang menjadi filsafat ilmu, yakni suatu kajian khusus tentang hakikat ilmu pengetahuan.

Filsafat ilmu  sendiri memiliki 4 metode berpikir, yaitu:
1. Deduksi, yaitu metode berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum ke khusus.
2. Induksi, yaitu metode berpikir yang dimulai dari hal-hal yang khusus ke umum.
3. Dialektika, yakni metode mencapai definisi suatu konsep dengan cara menguji ciri-ciri umum yang ditemukan dalam suatu contoh khusus dari konsep tersebut.
4. Logika, yakni metode berpikir dengan menggunakan penalaran logis dan sistematis yang berlandaskan pada teori ilmu atau hukum dan ketentuan yang berlaku.

Ada juga pemikiran modern tentang filsafat ilmu yang memahami bahwa pengetahuan itu bagaikan lidi yang masih berserak dan terdapat di pohon-pohon kelapa, di pasar, di tempat-tempat umum yang belum tersusun dengan baik, sedangkan ilmu merupakan lidi yang sudah diraut dan terkumpul menjadi suatu rangkaian sapu lidi, yang siap digunakan.

Pentingnya filsafat ilmu telah membuka ruang akademis di hampir semua perguruan tinggi di dunia dengan menampilkan filsafat ilmu dalam pembelajarannya, hal ini tidak lain dimaksudkan untuk mengantarkan seorang akademisi menjadi ilmuwan yang juga seorang filsuf, dan dalam pandangan agama mereka lebih layak dikatakan ulil albab (cendikiawan).

Hal ini sesuai dengan tujuan filsafat ilmu di dunia akademis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Amsal Bakhtiar (2011): pertama, mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga kita dapat memahami sumber, hakikat, dan tujuan ilmu secara menyeluruh. Kedua, memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu secara historis dan kontemporer.

Ketiga, menjadi pedoman para dosen, mahasiswa, akademisi, dan praktisi keilmuan untuk mendalami studi utamanya dalam membedakan perihal ilmiah dan non-ilmiah untuk membangun budaya akademis di perguruan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun