Mohon tunggu...
Mutiara Zulfa Lathifah
Mutiara Zulfa Lathifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi dan Tujuan Dakwah dalam Retorika: Sebuah Pendekatan Pedagogik

29 Juni 2024   00:16 Diperbarui: 29 Juni 2024   00:26 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan Mutiara Zulfa Lathifah
Dosen Retorika dan Mahasiswa UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta

Tujuan dakwah termasuk dalam ayat berikut: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran/3: 104).

Demikian juga, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Ali Imran/3: 110).

Nabi mengajarkan teknik untuk mencapai tujuan dakwah ini dengan mengatakan, "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).

Dalam retorika, berdasarkan isi pesan yang disampaikan, terdapat tiga tujuan utama: informatif, persuasif, dan rekreatif. Selain itu, tujuan retorika juga bisa bersifat edukatif dan advokatif. Kelima tujuan ini berkaitan dengan tujuan dakwah, yakni amar makruf dan nahi mungkar, yang bersifat informatif, persuasif, rekreatif, edukatif, dan advokatif.

Dari sisi cara menyampaikan pesan, tujuan retorika setidaknya ada dua: monologika dan dialogika. Monologika adalah gaya bicara satu arah, biasanya disampaikan saat pidato, ceramah, dan khutbah. Dialogika adalah gaya bicara dua arah.

Dalam dakwah Nabi, banyak riwayat yang memuat dakwah dialogis. Pertama, dalam kitab Fathush Shamad, Nabi merespons seorang Arab pedalaman yang mendekat dalam perjalanan. Nabi bertanya, "Wahai kisanak, kamu hendak kemana?" Orang itu menjawab, "Hendak pulang ke keluargaku." Nabi bertanya lagi, "Apakah kisanak menginginkan kebaikan?" Orang itu menjawab, "Apakah itu?" Nabi menjelaskan, "Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya." Orang itu bertanya, "Siapa yang akan bersaksi kepadamu untuk membenarkan ucapan tersebut?" Nabi menjawab, "Pohon ini atau buah ini." Pohon tersebut kemudian bersyahadat dan kembali ke tempat asalnya.

Kedua, dalam kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah, Syaikh Muhammad bin Abi Bakar menuliskan tentang keislaman Abu Bakar yang diawali dari mimpi melihat matahari dan bulan di dalam kamarnya. Dia pergi ke seorang pendeta Nasrani di Syam untuk menafsirkan mimpinya. Pendeta tersebut menjelaskan bahwa akan datang seorang nabi dari Bani Hasyim bernama Muhammad al-Amin, dan Abu Bakar akan menjadi pengikutnya. Setelah bertemu Nabi di Mekah, Abu Bakar mengucapkan syahadat.

Ketiga, dari hadits Nabi yang bersumber dari Abu Dzar al-Ghifari, Abu Dzar bertanya, "Ya Rasulullah, ajarkan aku satu perbuatan yang mendekatkan aku ke surga dan menjauhkan aku dari neraka." Nabi menjawab, "Jika kamu melakukan kejelekan, maka ikutilah dengan kebaikan." Abu Dzar bertanya lagi, "Apakah termasuk kebaikan kalimat 'Laa Ilaaha Illaahu' itu?" Nabi menjawab, "Benar, bahkan kalimat itu adalah yang terbaik di antara yang baik."

Keempat, dari Abu Hurairah yang mendengar Nabi bersabda, "Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga." Para sahabat bertanya, "Engkau juga tidak wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah" (HR. Bukhari).

Dari sisi pedagogik, terdapat empat tujuan retorika: korektif, instruktif, sugestif, dan defensif. Keempatnya dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun