Selain daerah irigasi Wanir, masih terdapat irigasi lainnya yang juga memanfaatkan Sungai Citarum sebagai sumber airnya, yang berdekatan dengan irigasi Wanir diantaranya adalah: DI. Cipatat, DI. Cirawa I, DI. Cienteng II, DI. Jamburaya dan Bendung PDAM/ Sukarame yang terletak di hulu Bendung Wanir serta DI. Cipanganten dan DI.Wangisagara yang terletak disebelah hilir Bendung Wanir. Pola tanam yang diterapkan di Daerah Irigasi Wanir pada saat ini adalah : Padi - Padi - Palawija dengan awal tanam Oktober II.
Irigasi merupakan suatu usaha mendatangankan dari sumbernya guna keperluan pertanian dan mengalirkan air secara teratur. Berkaitan dengan sistem irigasi, masalah pokok yang sering muncul adalah memanfaatkan air sebagai sumber/bahan yang penting ini dapat diefisienkan semaksimal mungkin. Salah satu cara untuk mengefisienkan penggunaaan air pada tahap operasi adalah dengan melakukan optimalisasi pada tahap rencana tata tanam.
Metode pemberian air irigasi bagi tanaman dapat dilakukan dengan 5 cara (Linsley dan Fransini, 1991) yaitu : penggenangan (flooding), menggunakan alur besar atau kecil (furrow), menggunakan air di bawah permukaan tanah melalui sub irigasi, penyiraman (sprinkler) dan menggunakan sistem tetesan (trickle).Â
Cara pemberian air irigasi yang lazim di Indonesia untuk tanaman padi dengan penggenangan (flooding), dibagi dua macam yaitu pemberian air non rotasi,dengan pengaliran terus menerus (continous flow) dan pemberian air secara rotasi, dimana pemberian air sistim terputus-putus (intermitten system).
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode untuk mengurutkan bobot elemen di setiap tingkat hirarki berkenaan dengan elemen (kriteria atau tujuan) dari tingkat hirarki selanjutnya. (Saaty, 1994 dalam Dewi,2008).Â
Penyusunan hirarki dalam AHP dimaksudkan untuk menstruktur permasalahan yang kompleks menjadi elemen-elemen pokok secara hirarkis. Dalam hirarki, level 1 (puncak) disebut : tujuan / goal hirarki, karenanya level ini harus hanya terdiri atas 1 elemen. Level 2 disebut "Kriteria Utama" yang akan digunakan dalam menilai tujuan pada level 1. Level 3 disebut "subkriteria". Kecuali level 1, semua level dapat terdiri atas lebih dari satu elemen.Â
Level paling akhir merupakan elemen dari suatu objek masalah yang dibahas dalam suatu studi perencanaan atau disebut "Elemen Alternatif Keputusan" yang mungkin akan diambil. Stuktur hirarki Optimalisasi penggunaan air irigasi di DI. Wanir terdiri dari Teknis (Operasi Pemeliharaan Koordianasi), Ekonomi (Produktivitas Pertanian Pendanaan Kesejahteraan Petani), dan Lingkungan (Pelestarian Sumber Air, Pengehamatan Air, Penyimpanan Air).
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan awal tahun 1970-an. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburg. AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai set alternatif.Â
Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka, pada situasi dimana data statistik sangat minim atau tidak ada sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman ataupun intuisi.Â
AHP ini juga banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty, 1991).
 Karena untuk tujuan optimalisasi penggunaan air irigasi di DI Wanir terdapat beberapa alternatif cara untuk mencapainya, dan untuk memutuskannya diperlukan beberapa kriteria maka model AHP merupakan analisis yang tepat digunakan dalam pengambilan keputusan batasan optimalisasi.