Sungai Citarum yang merupakan sumber air untuk DI. Wanir, mengalami fluktuasi debit yang cukup signifikan, walaupun secara keseluruhan ketersediaan debit di musim hujan cenderung besar bahkan jauh di atas kebutuhan air yang diperlukan untuk irigasi, namun pada musim kemarau debitnya cenderung berkurang, hasil tinjauan ke lapangan didapat bahwa pemanfaatan air dari Bendung Wanir tidak hanya di gunakan untuk tanaman pertanian, ada juga pemanfaat lainnya yang menggunakan air yaitu kolam dan industri.Â
Irigasi (DI) Wanir mendapatkan pasokan air utama dari Sungai Citarum, dengan cakupan area sekitar 2.062,50 hektar
 Namun, debit air dari Sungai Citarum cenderung fluktuatif. Saat musim hujan, debit air melimpah dan mencukupi, tetapi pada musim kemarau terjadi penurunan signifikan, terutama pada bulan-bulan seperti Juni, Juli, Oktober, dan November.
Pemanfaatan air di Bendung Wanir juga tidak hanya untuk pertanian, tetapi digunakan oleh sektor lain, seperti kolam ikan dan industri, yang menambah tekanan pada ketersediaan air di musim kemarau.Â
Pola tanam yang diterapkan di daerah ini adalah Padi-Padi-Palawija, dengan tingkat kebutuhan air yang cukup tinggi. Neraca air menunjukkan bahwa pada periode tertentu terjadi defisit air, sehingga diperlukan langkah-langkah optimalisasi penggunaan air.
Sebagai solusi, kajian optimalisasi irigasi menggunakan metode **Analytic Hierarchy Process (AHP)** diusulkan. Metode ini mempertimbangkan berbagai faktor seperti teknis, ekonomi, dan lingkungan untuk menemukan alternatif terbaik dalam pengelolaan air irigasi. Salah satu fokus utama adalah mengatur jadwal tanam dan pola tanam agar lebih sesuai dengan ketersediaan air, terutama pada saat musim kemarau.
Untuk mengetahui keseimbangan antara ketersediaan air yang ada pada Bendung Wanir dengan kebutuhan yang dipasoknya, maka perlu di adakan pengoptimalisasi Penggunaan Air Irigasi di DI. Wanir.Â
Kajian terdahulu tentang Optimalisasi oleh Gustawan (2010) dan Joubert (2011), keduanya membahas penggunaan air irigasi dari teknik optimasi untuk penggoptimalan luas tanam pada tiap masa tanam dengan menggunakan program linier. Optimalisasi penggunaan air irigasi memerlukan pengelolaan yang terarah dan terencana, untuk itu dalam kajian ini optimalisasi di buat berdasarkan sistem pembuatan keputusan AHP berdasarkan pada tiga kriteria yaitu Teknis, Ekonomi dan Lingkungan.Â
Sedangkan untuk mendapatkan batasan optimalisasi, maka dalam model AHP dibuat 4 (empat) alternatif yaitu Perubahan Jadwal Tanam, Perubahan Pola Tanam, Indeks Pertanaman, dan Luasan Golongan, kemudian akan dipilih satu alternatif dengan prioritas utama yang akan menjadi batasan dalam menentukan parameter optimalisasi penggunaan air irigasi di DI. Wanir.Â
Maksud dari kajian ini adalah melakukan optimalisasi pengunaan air irigasi melalui Jadwal dan Pola Tanam yang paling efektif dan efisien di Daerah Irigasi Wanir dengan Model AHP. Sedangkan tujuan pengoptimalisasi ini adalah untuk mencari alternatif penggunaan dan pemberian air irigasi yang optimal pada Daerah Irigasi Wanir Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat.
Sumber air yang dimanfaatkan untuk mengairi didaerah irigasi wanir dengan luas areal 2.062,50 Ha tersebut di atas diambil dari Sungai Citarum, adapun daerah aliran sungai (catchment area) Sungai Citarum sampai dengan lokasi Bendung Wanir yang terletak di desa Maruyung, Kecamatan Pacet adalah sebesar 79 Km2 (Sumber : Manual Operasi dan Pemeliharaan DI. Wanir di Kabupaten Bandung, DPSDA Provinsi Jawa Barat).Â