Mohon tunggu...
Mutiara Tyas Kingkin
Mutiara Tyas Kingkin Mohon Tunggu... Freelancer - Educators

These are my collection of words to share with you. Hopefully, it will bring a good vibe to the readers.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Humor Seksis: Kelakar Pandir para Seksisme

16 Juli 2024   14:51 Diperbarui: 16 Juli 2024   14:55 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Humor seharusnya membuat kedua belah pihak tertawa-tanpa menyudutkan dan merendahkan pihak lain. Namun, tidak menolak fakta-ketika sudah berkumpul dengan teman di tongkrongan bercandaan kita sering lepas kontrol. Dan salah satu humor yang sampai saat ini masih terus dinormalisasikan adalah HUMOR SEKSIS. Saat humor ini terlontar (kita) ikut tertawa-bahkan nyaris terpingkal-pingkal. Tapi, apa lucunya humor ini?

Apa sih Humor Seksis itu? humor yang paling pandir, karena bersifat merendahkan, menindas, mengobjektifikasikan seseorang berbasis gender, dan cenderung menjadi pelecehan. Beberapa contoh humor subjek yang pernah muncul dari yang terdengar biasa hingga yang paling ekstrim sampai melecehkan, "perempuan mana bisa sih," "cowok kok nangis," "wah ini sih bentuknya mantab, bisa kali," "ada yang bulat, tapi bukan tekad," dan masih banyak lagi.  Dan jika kita baper si pelaku akan bersembunyi dibalik kata, "kan Cuma bercanda." Apakah kamu pernah menjadi pelaku ataupun subjek dalam humor ini?

Saya menyakan beberapa teman yang notabenya asik dijadikan teman nongkrong dan diskusi terkait dengan lelucon ini. Sebagain besar dari mereka mengalami menjadi subjek bahan bercandaan tidak mutu ini-bahkan mengaku menjadi si pelaku. Narasumber pertama sebut saja H menuturkan, bahwa humor seksis pasti terjadi. "Pasti ada sih bercandaan gituan, tapi biasanya gak di depan perempuan juga. Dan biasanya cuma di lingkar yang lumayan akrab." (sebagian besar dari realita, humor ini memang kerap ditujukan pada perempuan).

Hampir sama dengan H, narasumber selanjutnya kita sebut saja Y juga mempunyai padangan yang serupa, "bercadaan di tongkrongan yang sulit dihilangkan itu justru bercandaan seksis. Itu nggak cuma di tongkrongan laki-laki aja, tapi juga perempuan juga."

Mari kita beralih ke narasumber selanjutnya sebut saja G, "yah, seperti pada umumnya ya. Aku nggak tahu ya kalau cowok yang komen seperti itu termasuk menyudutkan atau enggak. Karena, aku sendiri ketika bercandaan kaya gitu murni nyeplos aja. Mungkin sama juga ya, ketika cewek lihat cowok ganteng."

Dari obrolan singkat di atas, memang betul humor seksis bisa terjadi di kalangan laki-laki ataupun perempuan. Mari melihat cerita (dari mereka) yang pernah menjadi subjek secara langsung, "Kalau dulu sih awal-awal aku bodoamatan ya, tapi kalau denger lama-lama ya males juga. Tapi, aku coba nanggepin biasa aja. Kadang juga omongan itu dateng dari yang lebih tuas, jadi yam au nggak mau ikutan ketawa aja. Padahal mah kesel juga dengernya," ungkap T yang kerap mendengarkan humor seksis dari lingkungan sekitarnya.

Berbeda dengan T,  seorang narasumber berinisial W menyatakan tidak masalah dengan humor ini jika dilakukan oleh orang terdekatnya. "Tapi, kalau gak kenal banget dan emang dasarnya gak cocok, aku gak nyaman. Apalagi kalau yang nge-jokes cowo atau bapak-bapak."

Meskipun, bercadaan seperti itu (terkadang) murni terlontar hanya karena sedang berada di tongkrongan tetap saja itu tidak boleh dinormalisasikan terus menerus. "Kalau bercandaannya udah spesifik ke subjek tertentu udah gak suka gue," imbuh H.

Merujuk pada buku Dari Rahim Ini Aku Bicara karya Ester Lianawati mengungkapkan, jika guyonan para seksisme ini sudah popular sejak jaman dulu dan bisa terjadi di sekolah, kampus, tempat kursus, tempat kerja, bioskop, kafe, pokoknya di mana saja. Mengambil representative di tempat kerja-di mana ini sering terjadi di antara koleganya, sebab adanya relasi kuasa. Jika seseorang yang menjadi sasaran empuk, mereka akan turut tertawa bersama yang lain alih-alih melawannya. Sudah begitu masih saja dianggap baper-an dan tidak tahu selera humor.

Terus, gimana dong cara menanggapi humor seksis ini?

Meningkatkan Kesadaran 

Seiring berkembangnya teknologi tingkat kesadaran masyarakat juga harus meningkat. Dengan banyaknya konten yang mudah untuk diakses, mempunyai batasan untuk menyaring info yang bermutu dalam kehidupan. Hal ini sejalan untuk sama-sama menciptakan lingkungan yang sehat dan aman tanpa membuat standar ganda.

Berhenti Tertawa 

Berhentilah tertawa ketika seseorang mulai melucu soal humor seksis. Meskipun, kita dianggap baperan atau tidak punya selera humor yang sama, dengan mereka para pelaku humor seksis. Sebab, dalam realitasnya justru merekalah yang tidak punya selera humor-lantaran harus menggunakan humor yang sifatnya dangkal-merendahkan orang lain. Jadi, ketika kita sudah tahu bahwa humor seksis sama sekali tidak lucu. Maka tidak perlu tertawa.

Tegur Langsung dan Jangan Dinormalisasikan 

Ketika sudah mengetahui jenis-jenis humor seksis. Maka, tidak perlu lagi ada toleransi atau rasa tidak enak hanya karena takut dianggap baper. Semakin tinggi toleransi terhadap seksisme, semakin normal pula pelecehan yang terjadi-yang dibalut semakin lembut dalam bentuk h-u-m-o-r. Apalagi banyak banyolan para public figure yang menampilkan humor seksis ini, dan ditonton jutaan orang dan membuat penonton ikut tertawa-semakin dianggap biasa saja. Maka, tegur langsung dan katakanlah bahwa tidak lucu sama sekali humormu itu!

So, jangan lagi mentoleransi humor ini ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun